Cinta Ramadhan: Al Quran dan Qiyamul Lail

Ramadhan, bulan yang penuh kemuliaan dan keberkahan. Setiap detiknya begitu berharga. Bulan yang penuh produktifitas. Lihat saja sejarah umat Islam yang begitu cemerlang di bulan ramadhan, di setiap pertempuran kitalah yang menjadi pemenang. Didalamnya tersimpan cerita-cerita kemenangan besar seperti perang Badar, persiapan di bukit Uhud, Fathu Makkah, perang Tabuk, kisah Thariq bin Ziyad dalam perang Wadi Birbath, perang Mesir melawan Israel, kemudian yang tidak pula ketinggalan adalah sejarah kemerdekaan Bangsa Indonesia yang pemeran utamanya adalah para pemuda. Luar biasa!

Tapi jangan terburu senang dulu, karena Ramadhan itu milik mereka yang sudah tiada. Hanya menjadi sebuah kenangan indah. Sejarah yang telah lampau. Lalu bagaimana dengan sejarah Ramadhan pemuda muslim kita hari ini? Apa yang sudah kita lakukan untuk membuat sejarah Ramadhan kita?

Saat masih kuliah dulu penulis sering menemukan beberapa diantara teman-teman muslim sendiri “bolos” shaum (puasa) dengan berbagai alasan yang tidak syar’i. Mencoba tetap ber-positive thinking mungkin saat itu mereka sedang sakit.  Kemudian ada lagi yang terlihat asik berduaan naik motor sambil berpelukan erat serasa dunia milik berdua. Kalau yang satu ini rasanya sulit untuk husnuzhan sebab semua orang tau mereka belum menikah. Efek dari kesengajaan mereka ber-khalwat (berduaan) atau makan di tempat umum memancing orang lain untuk berprasangka dan merugikan citra seorang pemuda muslim. Sungguh miris melihatnya.

Pemuda muslim bukan hanya yang jenggotan atau jilbabers saja atau  bahkan yang hobinya nongkrong di masjid. Ingat, semua pemuda yang mengaku muslim dan telah bersyahadat maka wajib hukumnya untuk melakukan ibadah shaum Ramadhan, kecuali pada wanita yang punya hari-hari istimewa dan yang punya alasan syar’i lainnya.

Okey, sekarang lupakan sejenak tentang orang lain yang menodai kesucian Ramadhan. Lalu sekarang kembali kepada diri kita sendiri. Sebagai pemuda muslim, apa yang sudah kita lakukan untuk Ramadhan kita kali ini? Jawabannya ada di dalam diri kita masing-masing. Semoga amalan-amalan yang kita lakukan mendapatkan ridha dariNya.

Ramadhan adalah bulan kerja besar. Di dalamnya bukanlah tidur panjang atau memasak sepanjang hari atau belanja  sampai uang tabungan habis. Bahkan bukan sekedar tarawih, tadarus qur’an, atau kultum rutinan. Justru Ramadhan adalah bulan berkarya yang penuh dengan produktifitas. Berkaca dari sejarah umat Islam bahwa ternyata kemenangan yang mereka peroleh berasal dari kekuatan spiritual Ramadhan. Apa sajakah kekuatan itu?

Pertama, Tilawah Al Qur’an

Begitu banyak keutamaan Ramadhan yang bisa kita raih bersama Al Qur’an. Beberapa waktu lalu, penulis berkesempatan bertemu dengan seorang ayah dari 10 anaknya yang penghafal Al Qur’an. Beliau adalah Ustadz Mutamimmul ‘Ula yang akrab disapa Mas Tamim. Pada acara talk show tersebut beliau memberikan inspirasi kepada kita untuk menjadi sahabat Al Qur’an (Shahibul Qur’an). Bekal hidup yang paling mahal adalah Al Qur’an. Bacalah Al Qur’an karena hal itu memiliki banyak keutamaan, ia akan memberikan syafaat bagi yang membacanya, hidup akan mulia di dunia dan di akhirat, meninggal dengan khusnul khatimah, dilapangkan kuburnya, dimudahkan hisab amalnya, dan dimasukkan ke dalam surga.

Pasang target yang tinggi untuk amalan yang satu ini di bulan Ramadhan sebab pahala membaca Al Qur’an bukan dihitung per kata akan tetapi per huruf. Satu huruf bernilai pahala 10 kali lipat, keren kan? Tentu kita semua bisa membayangkan betapa banyak pahala yang didapatkan oleh Imam Syafi’i yang khatam 60 kali selama bulan Ramadhan. Dahsyat!

Beberapa waktu yang lalu, penulis juga diberikan kesempatan untuk memberi kultum di hadapan siswa SMPIT. Penulis bertanya sudah berapa juz di hari ke enam Ramadhan ini? Sungguh membanggakan, dari mereka ada yang menjawab 7 juz, 10 juz, 15 juz bahkan ada yang lebih dari 20 juz. So, kita sebagai pemuda muslim jangan mau kalah dengan siswa SMP dong. Ayo Fastabiqul khoirot!

Kedua, Qiyamul Lail

Setiap malam di bulan Ramadhan kita melakukan shalat tarawih.  Pada malam-malam di sepertiga malam Ramadhan kita boleh menambahnya dengan shalat qiyamul lail atau tahajud, dengan catatan jika sudah menjalankan shalat witir tidak perlu diulang lagi witirnya.[1] Keutamaan mengerjakan amalan sunah di bulan Ramadhan sangat dianjurkan sebab pahalanya akan menjadi berlipat ganda seperti amalan wajib.

Fadhilah qiyamul lail sangat banyak. Allah akan menaikkan derajat kita, diberatkan perkataannya, diberikan maghfirah-Nya, dimudahkan urusannya pada esok hari, dan hati menjadi tenang. Bahkan menurut penelitian, orang yang sering melakukan qiyamul lail akan menjadi cerdas. Jika setelah qiyamul lail kita belajar maka ilmu itu akan melekat dalam dadanya (al ‘ilmu fiishudur).

Tilawah Al Qur’an dan qiyamul lail adalah senjata para pemuda muslim sampai kapan pun dan dalam kondisi bagaimanapun. Nggak gaul kalau kita belum komitmen dengan membaca Al Qur’an dan qiyamul lail. Iya nggak?

Walaupun diantara kita masih terbatas dalam menghafal atau mentadaburi ayat-Nya, tapi minimal kita bisa membaca Al Qur’an setiap hari. Membacanya saja sudah berpahala apalagi sampai menghafalnya, mentadaburinya, dan mengamalkannya. Tentu pahalanya akan jauh lebih banyak.

Mahasiswa dan pemuda muslim yang keren adalah yang selalu berusaha komitmen memperbaharui ruhiyahnya dengan amalan-amalan sunnah tadi. Di bulan suci, tidak ada alasan bagi kita untuk bermalas-malasan sebab sejarah telah membuktikan bahwa Ramadhan adalah bulan kemenangan dan bulan kerja besar.

Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa) dan (bacaan di waktu itu) lebih berkesan.”

Sungguh telah Aku mudahkan Al Qur’an untuk dijaga (dihafal). Adakah di antara kalian yang mau menjaganya…?”

 

Al faqir ilallah. Wallahu a’lam bishshawab

Subang, 8 Agustus 2011

Miftakhul Zanah

Blog

_____________________


[1] Shalat tarawih juga merupakan bagian dari qiyamul lail – redaksi Fimadani