Husnuzhan dengan Ilmu 

Negeri ini telah sampai pada masa carut marut. Tidak sedikit masyarakat yang akhirnya memilih apatis karena bingung mana yang bisa dipercaya. Para pemimpin yang seolah tidak punya kuasa, koruptor yang terus meraja lela. Pada waktu yang sama, lembaga hukum pemberantas korupsi juga diobrak-abrik.

Semua ini disuguhkan dihadapan masyarakat bersaingan dengan beragam drama Korea yang terus menggeser industri perfilman dalam negeri. Masyarakat yang jengah dengan drama tingkat parlemen banyak memilih beralih kepada film-film setengah kolosal setengah modern yang isinya tidak jauh-jauh dari ular terbang atau harimau jadi-jadian. Anak-anak yang kebetulan ikut menonton film akhirnya ikut-ikutan bangga dan mengeluelukan artis pemain ular terbang.

Disisi lain, kita menemukan sebagian orang yang begitu kukuh memberikan masukkan dan kritikan kepada apa-apa yang putusan oleh pemerintah. Apabila itu dirasa tidak berpihak kepada rakyat, maka beragam protes dilayangkan, apalagi kalau ternyata kebijakan tersebut malah berpihak kepada asing. Mereka yang seperti ini harus terus diingatkan agar tetap ahsan saat bernasehat.

Namun, ada pula sekelompok yang terus menerus memelihara husnuzhan. Apapun yang dilakukan oleh pemerintah dianggap baik selama belum terlihat keburukan yang memerinthkan masuk kedalam kesyirikan. Padahal, ada beragam aliran pembenci islam yang sekarang mulai merongrong pemerintahan dan berusaha untuk menancapkan akarnya di Negara ini. Semua itu tidak cukup jelas terlihat. Sengaja disamarkan agar tidak banyak yang curiga. Kelompok yang terakhir ini memilih diam, tidak mendukung, namun juga tidak mau berperan aktif untuk menyelesaikan masalah yang ada.

Kepadamu yang masih diam,
Apakah masa itu belum tiba? Masa dimana kita bisa mengambil pelajaran. Tidak tergesa menyimpulkan, namun juga tidak berlamban-lamban. Apakah husnudzan membuat kita abai atas pentingnya memeriksa apa yang sedang terjadi? Apakah hanya karena husnudzan lantas hilang kehati-hatian? Membiarkan apapun terjadi. Diam saja, selama tidak diminta untuk syirik dan musyrik, maka diamkan saja, husnudzan saja. Begitukah? Padahal sebenarnya terhadap yang sangat kita percayai pun, tatsabbut itu penting.

Husnudzan tanpa ilmu yang benar adalah kebodohan yang sangat besar. Ia membuat kita terjerumus dan memberikan kepercayaan kepada orang-orang yang fasik. Husnudzan itu bukan untuk orang-orang yang fasik, namun ditujukan kepada mereka yang benar-benar teruji kebenarannya.

Mungkin kita perlu merenungi kembali firman Allah dalam Alquran berikut ini:

“Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukmin dan mukminah tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata, “Ini adalah suatu berita bohong yang nyata.”(QS. An-Nuur 12).

Bukankah sangat jelas dalam ayat diatas seperti apa husnudzan itu?

Allah juga mengingatkan kita dalam firmanNya berikut ini,

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujuurat 6).

Hal yang harus kita garis bawahi adalah, kita diperintahkan untuk berhati-hati terhadap orang yang fasik. Untuk diri yang masih mudah husnudzan kepada setiap orang, mulailah belajar sejak sekarang. Allah sudah mengatur dengan begitu nyata apa-apa yang harus kita lakukan ketika berhadapan dengan orang fasik. Tidak seharusnya kita asal meletakkan keprcayaan kepada sembarang orang.

Semoga tulisan ini bermanfaat. Wallahu’alam