Jangan Tanyakan, Hari Ke Berapa?

Tak terasa beberapa hari terlewati bulan nan penuh berkah, bulan berlimpahnya pahala yang disediakan untuk umat Islam yang beribadah dengan ikhlas dibulan ini. Terlepas dari perbedaan jumlah puasa, ada yang tigapuluh hari, ada yang duapuluh sembilan hari. Semuanya adalah benar. Janganlah kita bertanya pada orang lain ataupun diri kita sendiri, sudah hari keberapa puasa? Tapi, tanyakanlah tinggal berapa hari lagi Ramadhan membersamai kita.

Waktu itu memang cepat berputar. Satu detik tak terasa, menit saling menyapa, jam bersahutan mengikuti irama, sehari berlalu begitu saja. Minggu bertemu minggu, akhirnya bulan pun menghampiri.

Sekarang kita sudah berada dibulan yang sangat dinanti-nanti. Kenapa kita tak bisa memaksimalkan diri dalam mengisi dengan kebaikan dan amal ibadah yang akan menjadi saksi?

Terlalu sia-sia jika hari-hari dibulan nan suci ini terlewati tanpa sesuatu yang berarti. Tinggal berapa hari lagi bulan ini akan membersamai? Bulan yang di dalamnya dicurahkan secara full pahala, kasih sayang, ampunan, cinta dari Sang Pencipta.

Penyesalan memang selalu terjadi diakhir. Akankah kita menyesal karena Ramadhan kali ini tak terisi dengan optimal? Ataukah Ramadhan tahun depan diri ini tak lagi menemui? Umur manusia tak beraroma sehingga setiap manusia tak ada yang tahu kapan dia akan dipanggil menghadap-Nya.

Kita tak mau bulan nan suci tahun ini menjadi sebuah penyesalan. Bahkan, kita pun berharap bulan nan berkah tahun ini harus lebih baik daripada bulan Ramadhan tahun kemarin. Bukankah itu dambaan setiap insan?

Waktu itu laksana pedang. Bagi orang yang tak mampu menguasainya maka akan membunuh pemiliknya. Setiap orang memiliki waktu masing-masing. Waktu yang dibagikan pun sama rata sehari semalam yakni duapuluh empat jam.

Beruntunglah bagi orang-oran g yang mampu menguasai waktu. Dia akan menggunakan waktu hanya untuk hal-hal kebaikan yakni hal-hal yang akan semakin meningkatkan ketaqwaanya kepada Ilahi. Dia akan malu jika sedetik pun berbuat keburukan yang akan semakin menjauhkan dirinya kepada Allah.

Terlebih beruntung lagi bagi orang yang mampu mengdekorasi hari-hari dibulan Ramadhannya. Dia akan menghiasi hari-harinya dengan keindahan amal ibadah dan kebajikan-kebajikan sebab dia yakin bahwa saat inilah dia harus memaksimalkan amal ibadah yang akan menjadi bekal di akhirat kelak.

Ramadhan bulan di depan mata lagi. Tapi, sudah ada di dalam diri. Hari-hari yang kita lalui ini adalah hari-hari dibulan Ramadhan. Hari-hari dimana nafas pun menjadi dzikir bagi orang-orang yang senantiasa mentautkan hatinya kepada Sang Pemilik Hati.

Merugilah bagi orang-orang yang tak mampu mengisi waktu dengan sesuatu hal kebaikan, waktunya dia habiskan hanya untuk melakukan keburukan-keburukan yang semua itu adalah melanggar larangan-Nya dan menjauhi perintah-Nya. Tak malukah diri ini jika semakin jauh dengan-Nya?

Tetapi, akan lebih merugi lagi orang-orang yang telah berjumpa dengan bulan nan penuh limpahan pahala. Namun, dia sis-siakan kedatangan bulan tersebut. Tak ada satu amalan kebajikan pun yang dikerjakan. Dia menganggap bahwa hari-hari dibulan ini adalah sama seperti hari-hari dibulan lainnya. Sungguh, berada di lembah kerugian yang amat dalam orang yang seperti ini. Dia tak mampu mengubah kebiasaan dan dirinya di bulan Ramadhan, kebiasan buruk tetap dipertahankan. Kebiasaan baik tak mau dilakukan.

Sekarang plihan ada di tangan kita masing-masing. Hendak memilih yang manakah? Tergantung pribadi kita sendiri. Apakah akan memilih orang yang sangat beruntung ataukah memilih orang yang sangat rugi?

Layaknya seorang pedagang, tentu dia akan mengharapkan keberuntungan bukan kerugian. Dengan keberuntungan tersebut dia akan memberikan kebahagiaan bagi diri dan keluarganya. Bahkan dia pun bisa membagikan kebahagiaannya kepada orang-orang yang ada disekitarnya.

Namun, jika seorang pedagang dalam kerugian, dia akan amat sedih sebab dia tak bisa memberikan kebahagiaan untuk diri dan keluarganya. Orang-orang disekitarnya pun tak bisa ikut berbahagia.

Bayangkan sahabat, itu berlaku di dalam dunia perdagangan yang terjadi interaksi jual beli antar sesama manusia. Kita berharap mendapatkan untung agar menjadi orang yang beruntung. Bagaimana jika perdagangan itu terjadi antara hamba dan Tuhannya?

Akankah kita tetap memilih dalam kerugian ketika melakukan perdagangan dengan-Nya? Padahal, sangat jelas bahwa Dia akan ‘membayar’ semua ibadah dan kebaikan setiap insan yang melakukannya dibulan Ramadhan dengan berlipatganda bahkan tak terkira balasannya.

Kebahagiaan akan tampak di wajah orang-orang yang beruntung melakukan perdagangan dengan-Nya. Perdagangan dunia dan akhirat yang akan membuat insan tidak hanya bahagia di dunia tetapi juga bahagia di akhirat. Bukankah itu yang kita impikan?

Mari kita menghitung Ramadhan yang tersisa agar diri ini semakin sadar dan terbangun untuk melakukan ketaatan kepada-Nya dibulan nan suci ini. Hari-hari yang sudah berlalu, jadikanlah sebuah pelajaran berharga agar kedepannya tidak akan terulang kembali.

Jika hari kemarin masih dalam keburukan, ubahlah hari ini menjadi kebaikan. Jika hari kemarin berada dalam kebaikan, pertahankanlah atau perbanyak kembali kebaikan-kebaikan yang dilakukan sebab apa yang diperbuat itulah yang akan diperoleh.

Keburukan akan berbalas keburukan dan kebaikan akan berbalas kebaikan pula. Jadilah seorang manusia yang berada didalam kebaikan dengan cara selalu meningkatkan derajat ketaqwaan disisi-Nya.

Jangan tanyakan, hari ke berapa? Tanyakanlah Ramadhan tinggal berapa hari? Tanyakanlah sudah terisi oleh ibadah apa saja? Tanyakanlah kebaikan apa yang sudah dikerjakan hari ini?

Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu memperbaiki diri dari hari kehari terlebih dibulan nan suci ini, tak hanya diri yang diperbaiki tapi amalan dan kebaikan pun patut dipertinggi agar memperoleh keridhoan Ilahi yang akan berujung pada satu tempat terpuji di akhirat nanti.