Kota Madinah Terguncang Mendengar Adzan Bilal

Ummu Salamah radhiyallahu anha, salah seorang istri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menceritakan, “Kami berkumpul di hari wafatnya Rasulullah, saat itu kami tidak tidur dan Janazah Rasulullah ada disisi kami, tiba-tiba kami mendengar bunyi sesuatu sebelum fajar.”

Ummu Salamah melanjutkan ceritanya, “Kami menjerit sambil menangis begitu pula orang-orang yang
berada di masjid juga menangis, kota Madinah terguncang dengan satu jeritan saat sahabat yang mulia Bilal ibn Rabah radhiyallahu anhu mengumandangkan adzan subuh, ketika sampai pada kalimat asyhadu anna muhammadar Rasulullah, Bilal menangis tersedu-sedu, menyaksikan suasana seperti itu kami semua bertambah sedih dan semua orang di masjid menangis.”

Sejak peristiwa itu, Bilal tidak mau lagi mengumandangkan adzan, ia pergi ke negeri Syam dan tinggal di sana.

Ketika sahabat yang mulia Umar ibnul Khaththab radhiyallahu anhu menjadi khalifah, Bilal datang ke Madinah dan berziarah ke kubur Nabi shallallahu alaihi wa sallam, ia menempelkan wajahnya diatas kubur Nabi sambil menangis.

Setelah selesai ziarah ke kubur Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Bilal menjumpai kedua cucu Nabi, sahabat yang mulia Hasan dan Husain radhiyallahu anhuma, Bilal mencium kedua putra sahabat yang mulia Ali ibn Abi Thalib radhiyallahu anhu tersebut.

Hasan dan Husain berkata kepadanya, “Ya Bilal, kami ingin mendengar suara adzan-mu.”

Bilal tak kuasa menolaknya. Bilal naik keatap masjid dan berdiri tegak.

Ketika Bilal mengumandangkan kalimat Allahu Akbar, Allahu Akbar, kota Madinah bergoncang.

Ketika Bilal mengumandangkan kalimat asyhadu an laa ilaaha illalLaah, kota Madinah tambah bergoncang.

Ketika Bilal sampai pada kalimat asyhadu anna Muhammadar Rasulullah, manusia dan para hamba sahaya keluar dari tempat masing-masing seraya berkata, ”Telah diutus Rasulullah…”

Sejak Rasulullah wafat tidak pernah penduduk Madinah mengalami kesedihan luar biasa dan banjir air mata yang dahsyat melebihi suasana kesedihan dan banjir air mata pada saat itu, suasana sedih dan duka menyelimuti setiap sudut kota Madinah, mereka terkenang dengan sosok manusia yang paling mereka cintai yaitu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan kenangan itu muncul dan bangkit seketika saat mereka mendengar muadzdzin Rasulullah, sahabat yang mulia Bilal ibn Rabah radhiyallahu anhu mengumandangkan adzan sebagaimana beliau melakukannya semasa hidup Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam…

Allahumma shalli wa sallaim wa baarik ala sayyidina Muhammad wa `alaa aalihi wa shahbihi wa baarik wa sallim ..

Ustadz Ibnu Hasan Ath Thabari