Manis Tak Selalu Gula

Gula merupakan salah satu pemanis yang sering kita temui sehari-hari. Mulai dari kue basah hingga minuman ringan semuanya menggunakan gula sebagai pemanisnya. Meskipun gula merupakan salah satu pemberi rasa manis dalam makanan, apabila dikonsumsi terlalu berlebihan akan mengakibatkan hal yang tidak baik.

Gula yang selama ini dikonsumsi oleh masyarakat secara umum adalah sukrosa. Namun sebenarnya gula bukan hanya sukrosa saja, tapi ada juga glukosa, fruktosa, galaktosa, dan lain sebagainya. Gula sukrosa merupakan gula alami yang mudah diserah oleh tubuh. Namun sayangnya apabila dikonsumsi terlalu berlebihan akan mengakibatkan kegemukan dan meningkatkan resiko diabetes melitus.

Sebab itu lantas banyak yang menghindari gula sukrosa. Untuk mengatasi hal ini maka ditemukanlah gula-gula pengganti sukrosa. Meskipun bisa menggantikan sukrosa, bukan berarti gula-gula pengganti ini bebas ‘penyakit’. Misalnya untuk aspartam, meskipun tidak menyebabkan kenaikan gula darah, aspartam merupakan salah satu zat yang dapat memicu kanker. Penggunaan gula-gula pengganti sukrosa ini hingga saat ini masih menuai kontroversi dari berbagai pihak.

BPOM sendiri melalaui surat keputusannya menetapkan 13 jenis pemanis buatan yang diijinkan penggunaannya untuk jenis pangan tertentu. Penggunaan jenis pemanis pengganti ini ditetapkan cara penggunaan dan batas maksimum penggunaan.
Dibawah ini beberapa pemanis yang mendapatkan ijin BPOM yang sering kita temui di pasaran berikut dengan bahayanya:

Sorbitol

Sorbitol adalah gula alkohol. Biasanya digunakan sebagai campuran aspartam. Tingkat kemanisannya 50% dibawah sukrosa. Namun kandungan kalorinya cukup rendah sehingga membuat pemanis jenis ini banyak dilirik masyarakat.

Aspartam

Tingkat rasa manis yang dihasilkan 200 kali diatas sukrosa. Sehingga dengan takaran yang sedikit, rasa manis sudah kita dapatkan. Aspartam ini biasa digunakan untuk gula meja. Banyak yang menganggap bahwa penggunaan aspartam tidak mengakibatkan penyakit apapun. Namun ternyata, aspartam apabila digunakan terlalu berlebih, dapat memicu sel kanker.

Siklamat

Tingkat kemanisannya 600 kali lebih tinggi dari sukrosa. Rasanya mirip sukrosa namun tidak memiliki after taste. Awalnya siklamat hanya digunakan untuk industri obat. Tujuannya untuk menutupi rasa pahit dari zat aktif obat. Hasil metabolisme siklamat yaitu sikloheksilamin bersifat karsinogenik atau pemicu sel kanker.

Sakarine

Sakarin banyak digunakan oleh produsen chewing gum, soft drinks, buah kaleng, salad dressing, dan sebagainya. Konsumsi sakarin yang berlebih dapat menimbulkan dampak dermatologis bagi anak-anak yang alergi terhadap sulfamat. Apabila ini dibiarkan akan memicu sel kanker.