Menyikapi Balita Generasi Z Saat Bermain Gadget

Seiring perkembangan zaman, gadget bukanlah benda mahal bagi para orang tua. Dengan uang ratusan ribu rupiah saja mereka sudah dapat membelikan sebuat tablet PC untuk mainan anak-anak. Banyaknya aplikasi dan game yang dapat diunduh dengan gratis juga memicu orangtua untuk menyerahkan urusan hiburan bagi anak mereka pada Tablet PC atau iPad.

Saat ini anak-anak kita telah memasuki era Z Generation atau Generasi Z, anak-anak yang terlahir tahun 2000 ke atas, dimana semuanya serba digital dan akses internet tak bisa dipungkiri. Orang tua santai saja memberikan gadget kepada anak-anak supaya mereka tidak gaptek dan “tenang” saat bermain. Bahkan, anak sering merengek untuk memainkan gadget dalam waktu lama. Tentunya, sesuatu yang berlebihan akan berdampak buruk bagi perkembangan anak.

Orangtua hendakya peduli dengan kesehatan dan perkembangan anak yang suka memainkan gadget. Bermain gadget dalam jangka waktu lama akan memengaruhi kesehatan mata dan otot anak. Saat asyik bermain, anak akan duduk diam memandang layar gadget sehingga membuatnya tidak melakukan gerakan fisik sehingga dapat mengganggu kesehatan penglihatan dan perkembangan ototnya. Radiasi yang dipancarkan oleh gadget juga menjadi ancaman bagi kesehatan anak.

Oleh karena itu, bijaklah saat memberikan gadget untuk dimainkan anak. Dampingi anak bermain, agar dia tidak memainkan aplikasi atau game serta melihat konten negatif yang tidak sesuai untuk anak-anak. Ajak anak Anda berkomunikasi, sehingga anak tidak pasif dan anak tidak mengalami keterlambatan bicara.

Batasi penggunaan gadget pada anak sehingga anak tidak gampang marah atau merengek tatkala Anda mengambil gadget tersebut dari genggaman mereka. Jangan turuti rengekan anak yang maunya bermain gadget terus menerus. Peran orangtua sangat penting supaya anak tidak kecanduan gadget.

Memang, tak dapat dielakkan lagi zaman menuntut anak-anak cakap mengoperasikan gadget karena semua informasi dan kemudahan ada di sana. Namun, hendaknya orangtua peduli dengan perkembangan anak, bukannya malah senang jika anak “diasuh” oleh gadget.