Ayahku Jagoanku!

Dalam kajian Pengasuhan Anak dan Pendidikan Keluarga yang diisi oleh Ustadz Abu Abdil Muhsin, Lc. MA, disampaikan bagaimana mendidik anak dalam perspektif ayah.

Banyak hal yang perlu diajarkan kepada anak, salah satu yang penting adalah mengenai surga dan neraka. Bukan sekedar kalau tidak dengar orang tua masuk neraka, anak sholeh masuk surga, tetapi pahamkan dan tanamkan ke dalam diri anak. Bacakan ayat-ayat Al-Qur’an tentang keadaan surga dan neraka, juga ayat yang menunjukan pentingnya mengimani surga dan neraka. Ajarkan pula ciri-ciri orang yang beriman dalam surat Al-Baqarah dan Al-Mu’minun. Perbanyak kajian Al-Qur’an dan As-sunnah, ajak ke masjid dan kenalkan anak pada Allah Subhanahu wa Ta’ala sejak dini.

Bolehkah anak masuk masjid?

Ketika anak masuk ke masjid orang tua wajib mengingatkan bahwa tidak boleh berisik, tidak boleh mengganggu. Anak boleh ke masjid jika bisa diberitahu. Jika belum bisa, tidak boleh, jangan sampai menggaggu kekhusyuan shalat.

Memiliki anak yang mendahulukan akhirat selalu didambakan orang tua. Salah satu hal yang penting dijaga adalah tiang agama. Betapa pentingnya shalat, sehingga orang tua harus selalu memantaunya. Bagi anak yang belum paham dan melakukan shalat sendiri, harap selalu diingatkan. Jika ayah di luar kota, telepon istri ingatkan anak-anaknya sudah shalat belum.

Shalat itu mencegah perbuatan mungkar. Kelak ada saat anak shalat sendiri dan mengeluh saat tidak dibangunkan sebelum shalat. Lekatkan hati anak dengan masjid, ajak ke masjid, di bawah 10 tahun jangan dipaksakan, kapanpun mau diajak, tidak boleh dipaksa.

Abu hurairoh pernah menyuruh anak bermain padahal anak tersebut ingin shalat jumat, anak tersebut kukuh pada pendiriannya untuk shalat jumat, akhirnya dibiarkan. Maksudnya bukan tidak boleh shalat Jumat, tetapi anak-anak tidak diwajibkan. Jika ingin bermain, silakan bermain.

Ingatkan selalu pemahaman keutamaan shalat berjamaah, sehingga anak akan berlomba untuk salah berjamaah.

Selalu lakukan shalat sunnat. Saat anak melihat, “Sampai rumah kok abi shalat lagi?”

“Abi shalat sunnat nak, shalat sunnat adalah….”

“Kok abi shalat malam-malam? Kan malam katanya harus tidur.”

“Abi shalat tahajud, Nak, shalat tahajud ini sangat banyak keutamannya…..”

Memberi contoh adalah salah satu hal yang mutlak dilakukan dalam mendidik anak, termasuk beribadah.

Saat mengajar berpuasa, izinkan anak berpuasa setengah hari, boleh juga diberi hadiah. Namun tidak boleh dipaksa.

Ajari juga anak amanah, jika diminta membeli sesuatu harus tahu berapa harganya dan mengembalikan kembaliannya.

Alkisah seorang anak diminta membeli Coca-Cola.

“Kak nanti tolong belikan minuman Coca Cola, buat bapa,ibu,adek dan kakak. Jadi berapa botol?

“Tiga.”

Coba diulang. Ada berapa?

Tiga, untuk bapa ibu adek kakak.

“Loh kenapa?”

“Kan kakak fanta.”

Itu hanya sedikit anekdot saja

Penting juga untuk mengajak anak bersedekah. Tidak boleh pelit. Belajar berbagi apapun yg dimiliki. Sisihkan uang untuk adik, untuk teman. Ajak anak melihat orang miskin.

“Nak, lihat anak itu tidak sekolah. Padahal sekarang waktunya sekolah.”

“Iya bi, kasian ya.”

“Ini nak, tolong kasih ke anak itu ya.”

Biarkan anak yg memberikannya, belajar menghayati dan memahami bahwa tidak semua orang dapat hidup enak, nyaman berbagai kebutuhan terpenuhi. Oleh karena itu kita harus berbagi dengan orang yang membutuhkan.

Dalam mendidik kita juga tidak boleh memaksakan kehendak pada anak. Semisal saat puasa, waktu masih tengah hari anak lapar, biarkan ia berbuka. Jika hanya tinggal sebentar lagi waktu berbuka, kita bisa menghibur anak dengan memfasilitasinya untuk bermain.

Hal yang tidak kalah penting adalah memupuk rasa malu. Rasulullah saw bersabda bahwa malu adalah salah satu dari cabang keimanan. Malu adalah hal yang baik. Jika makan sendiri anak malu tidak berbagi, ada tamu malu tidak salam. Malu pada porsinya baik, namun tidak sampai minder malu kepada orang lain, bahkan rendah diri.

Kini urat malu seorang anak rasanya banyak yang putus.

“Dek tidak makan es krim terlalu banyak ya.”

“Apa mah!? Masalah buat lu!?”

Sesuatu yang tidak sopan kini tampak biasa saja diucapkan anak. Tentu hal ini ada awalnya. Bisa diawali dengan tidak langsung menjawab dan menghampiri saat dipanggil.

Mumpung anak kita masih bisa berubah, yuk kita juga sama-sama berubah. Selalu ingat anak berhak untuk main, bersenang-senang. Jika anak libur, jangan ragu keluarkan uang untuk hiburan, renang, berekreasi dan sebagainya. Namun tentu ada rambunya.

Beberapa orang tua tidak tega, setiap anak menangis permintaanya selalu dikabulkan.Akhirnya nangis jadi senjata anak untuk meminta. Berbuat baik berlebihan kepada anak justru menjerumuskan.

Bagaimana kalau anak kita nakal? Bandel, suka bohong, suka mencuri. Akhlak bisa diubah. Allah menjamin surga paling atas utk org yg memperindah akhlaknya. Namun butuh perjuangan. Pertama berikan contoh. Anak adalah peniru ulung.

“Nak klo mainannya dibereskan nanti ayah belikan mainan baru.”

“Ayah mainannya udah beres.”

“Eh ga jadi nanti lah belikan mainannya.”

Oh ayah juga suka berbohong. Bagaimana kita mempunyai anak yang jujur jika kita suka berbohong?

Lain halnya dengan ayah yang mudah marah, sehingga ketika anak ingin mengaku salah anak malah berbohong. Sebagai orang tua, biarkanlah anak mengungkapkan apapun. Jangan smpai anak berdusta karena takut dimarahi.

Dusta adalah kebinasaan
Jujur adalah keselamatan.

Beberapa anak mengeluh anak kasar, bohong dan sebagainya, ternyata ortunya yg kasar suka berteriak, mudah marah.

Jika kita senang memuji anak apakah berpotensi untuk riya? Bisa. Jadi, harus berimbang. Yang penting kita berusaha menasihati, ada beberapa hal yang di luar kuasa kita.

Jangan terlalu semangat mengajak beribadah pada anak, mereka hak punya bermain, bercanda untuk dipeluk, disayang.

Ingat, keberhasilan ada dalam kelembutan.

Mari berjuang dan belajar menjadi orangtua terbaik!

Mesa dan Nunuy