Bola, Hobi, dan Prioritas Hidup

“Ah parah! Tim gue semalem kalah” sentak Rocky.
“Haha lagian sih tim lo kelewat sombong duluan” cibir Nemo.
“Yah gimanapun udah keren lah itu tim, bisa kalah tipis dalam kondisi yang nggak menguntungkan” kata Alim menenangkan.

Begitulah obrolan sesaat sebelum masuk kelas. Si Rocky yang ngerock abis meskipun rambutnya klimis tidak terima tim kesayangannya kalah. Kemudian ditimpali oleh si Nemo yang nggak asli jowo berambut kribo, teman sekelas Rocky. Lalu Alim yang lumayan kalem tapi serem mencoba menenangkan. Dan percakapan singkat itu terhenti karena bel masuk berbunyi. Perjalanan pulang dari sekolah, percakapan yang sempat terhenti itupun kembali berlanjut. Rocky, Nemo, dan Alim memang teman dekat atau lebih tepatnya rumah mereka yg berdekatan. Itulah alasannya mereka bisa menjadi sahabat padahal karakter mereka sangat berlainan. Sepanjang perjalanan ada saja yang mereka bicarakan, termasuk tentang pertandingan bola semalem. Rocky dan Nemo sibuk mem-flash back sedangkan Alim lebih memilih untuk diam, cari aman.

“Eh gue masih nggak terima pokoknya sama tuh wasit, pengen gue jadiin pecel!” teriak Rocky sebal.
“Alah emang dari awal lo aja yang songong duluan, berasa di atas angin, kena balesannya kan, hahaha” balas Nemo puas.
“Ah nggak asik lo Mo!” Rocky berbelok ke arah rumahnya tanpa basa-basi, apalagi salam.

“Nah bener kan, udah gue duga pasti jadi kayak gini” batin Alim
“Apa-apaan tu begitu aja ngambek, cupu!” umpat Nemo.
“Udah udah, elo juga si kebangetan. Minta maaf gih sono” kata Alim.
“Idih ogah lah yau” teriak Nemo sambil berlari meninggalkan Alim sendiri.

Awalnya Alim mengira kejadian ini tidak terlalu serius, tapi nyatanya Rocky dan Nemo sudah hampir tiga hari tidak bertegur sapa walaupun mereka tetap berjalan beriringan ketika pulang. Hal ini menjadi beban tersendiri bagi Alim, karena mau tidak mau ia yg harus mendamaikan keduanya. Tapi kok aneh ya, kan mereka yg bikin masalah kenapa orang lain yg ikut pusing, bola oh bola.

Sepak bola itu olahraga yg memiliki banyak cerita dan banyak bagian untuk dibahas. Hal yang pertama kali terlintas ketika mendengar kata sepak bola pasti nggak jauh-jauh dari club-club besar, para pemainnya, jadwal pertandingannya, dan masih banyak lagi. Sepak bola juga sangat mudah menjadi bahan tulisan yang menarik pembaca bahkan bagi orang yg nggak ngerti tentang sepak bola (gue banget). Selain menarik dan bisa sebagai alat pemersatu, sepak bola juga bisa banget menjadi bahan pemecah belah, bahkan bisa jadi masalah serius ketika penggemar fanatik nggak bisa bersikap bijak. Dan konflik-konflik kayak gitu udah nggak asing lah bagi kita, contoh sederhana ya seperti yg terjadi pada Rocky dan Nemo gitu.

“Eh Rock, Mo, gue nemu artikel bagus nih. Baca deh, ntar lo komentarin ya” Alim mencoba memecah keheningan dengan memperlihatkan sebuah artikel di majalah.
Awalnya mereka acuh tak acuh dengan perkataan Alim, tapi setelah melihat judul artikel yg dibawa Alim, mereka mulai beringsut mendekat. Pemain bola Palestina penghafal Al Quran.
“Wah apa nih? Bagus kayaknya, pinjem dong!” seru Rocky antusias.
“Ah nggak bisa! Gue dulu!” Nemo mencoba menarik majalah dari tangan Alim.
“Eh stop stop! Udah deh gini aja, kayaknya lo berdua tertarik ya? Untuk menciptakan keadilan dan menjaga agar keadaan aman terkendali, gimana kalau gue ceritain aja?” ucap Alim menengahi.
“Hmm, boleh deh” jawab Nemo disertai anggukan dari Rocky.
“Ya udah kita sambil duduk aja ya ceritanya, yuk ke sana!” ajak Alim sambil mengajak kedua kawannya itu ke bangku taman komplek.

Setelah ambil posisi dan semuanya siap, Alim pun mulai bercerita.
“Jadi gini, kita sedikit tau lah ya tentang kondisi saudara kita di Palestina. Mereka dalam konflik yg berkepanjangan, bom siap setiap saat meghancurkan pemukiman mereka, yah kondisi yg begitu deh. Tapi kenyataannya mereka nggak takut, mereka terus semangat mempertahankan negeri tercinta, semangat itu nggak pernah padam, dan kalian tau nggak gimana caranya mereka tetap semangat dalam keadaan yg kayak gitu?” tanya Alim.
“Gue tau! Pas itu gue sempet ikut kajian, yah walaupun sedikit lo paksa kan Lim, hehe” sahut Rocky.

“Jadi mereka di sana itu deket banget sama Al Quran, dari kecil anak-anak Palestina udah dibiasain buat belajar memahami Al Quran. Kalau udah paham otomatis juga udah apal, nah dengan begitu mereka pasti udah tau lah apa isi Al Quran itu, tau kalau mati syahid itu mulia. Itu yg bikin mereka terus semangat. Bener kan?” kata Rocky bangga.
“Iya bener, intinya memang begitu. Ah nggak nyesel gue maksa lo ikut kajian, haha” kata Alim sambil menyenggol lengan Rocky.

“Nah mereka udah sangat sibuk ya kedengarannya, menjaga wilayah mereka, sambil mempelajari Al Quran juga, tapi ditulis di artikel ini kalau ternyata mereka juga menyempatkan untuk berolahraga dan sepak bola salah satunya. Bahkan ada yang jadi pemain bola profesional sekaligus penghafal Al Quran, namanya Ahmad Kaskas. Terus ada juga aktivis masjid, penghafal, yang juga pernah main di Barcelona, keren nggak sih? Jadi, ya ini bukti kalau sepak bola nggak harus mengabaikan ibadah, ataupun sampai memutus tali silaturrahim. Tapi gimana dengan kita sekarang? Sibuk menghabiskan waktu dengan hal-hal yang kurang jelas manfaatnya. Apa kita mau tetap mengorbankan waktu, tenaga, uang, bahkan sahabat hanya untuk mendukung tim kesayangan kita? Alasan apa sih yang sebanding dengan yang kita korbankan? Terus di artikel ini juga digambarin ilustrasi pemuda Islam yang tau seluk beluk pemain bola profesional tapi pengetahuan tentang Rasululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam sangat minim. Padahal siapa sih yang lebih pantes diidolakan? Udah nggak perlu dijawab, kita tau semua pasti jawabannya. Intinya sih gue nggak masalah kalau kalian suka sama bola atau apapun itu, asalkan nggak berlebihan dan bener-bener bermanfaat. Hal yang paling penting jangan sampai gara-gara bola, kalian sampai ninggalin sholat. Musuhan sama temen juga nggak baik tuh.” sindir Alim.

Kedua kawannya itu cuma bisa terdiam menunduk. Ada benarnya juga apa yang Alim ceritakan. Terkadang manusia lupa diri dan tidak peduli mana yang sebenarnya lebih prioritas, kesenangan sesaat ataukah melaksanakan kewajiban.

Matahari senja sudah mulai bersembunyi di balik gelap. Sayup adzan terdengar dari kejauhan. Tiga serangkai anak Adam berjalan bersama menuju masjid komplek. Senyum persahabatan terlukis di wajah ketiganya.

Oleh: Ummi Kaltsum, Tangerang Selatan
Facebook TwitterBlog