Hanya (Ada) Satu (Cinta)

Tulisan ini barangkali tidak bisa mewakili rasa sakit dan cemas, tidak mampu menggambarkan rasa takut, tidak cukup juga melukiskan rasa gelisah, rasa bahagia, rasa bangga, dan segala macam rasa selama satu, dua, lima, sepuluh, dua puluh tahun, bahkan hingga tahun-tahun tak berhingga. Karena seperti naik ke tangga surga, berat sekali kalimat ini kita percaya, “Ridha Tuhan adalah juga ridhanya”.

Satu jam saja tulisan ini dibuat, satu waktu saja kita baca. Sederhana. Sesederhana kita yang diberi jatah satu hari saja untuk mengingat belasan atau puluhan tahun kita membersamai satu sosok perempuan bersahaja.

“Bahagia yang tidak bisa dijelaskan,” kata seorang perempuan yang suatu hari ditanya.
“Senang yang tidak berhingga,” ujar perempuan satunya lagi.
“Generasi terbaik penerus bangsa,” haru perempuan lainnya menjawab.

Mereka, para perempuan itu, mampu menutupi rasa sakit demi melihat sang anak berbahagia. Ironisnya, kita menangis saat terlahir ke dunia, karena tahu bahwa sebenar-benarnya yang mereka rasa adalah: “pertarungan antara hidup dan mati”.

Setiap tahun kita merayakan hari lahir, berbahagia bersama kawan di kafe, restauran, rumah, dan tempat-tempat hiburan. Tapi pernahkan kita berpikir, saat ratusan orang mengucapkan “selamat ulang tahun!”, pada saat itu juga seharusnya memori kita lekat pada satu hari yang panjang. Satu hari yang jauh di belakang. Saat sekujur tubuh ibu kita berkeringat, saat satu tarikan nafas saja sangat berarti bagi hidup kita hingga kini. Saat kue tart dan nyanyian-nyanyian hari lahir tidak lebih bermakna dibandingkan lafaz-lafaz zikir di kamar bersalin.

Desember, ramai-ramai orang membuat harapan untuk menyambut tahun baru. Ramai-ramai orang menyusun dan mengevaluasi rencana hidup, bahkan membuat resolusi-resolusi yang begitu tinggi. Tapi dalam Desember, ada satu hari yang begitu sederhana, hari yang jatuh pada tanggal duapuluh dua. Hari bagi perempuan yang sering gelisah menanti kepulangan anaknya. Hari bagi perempuan yang berbangga saat kita memakai toga. Hari bagi perempuan yang berbahagia saat sang anak berlaku santun pada saudara. Hari bagi perempuan yang menangis saat sang anak satu-satu pergi meninggalkannya.

Hari yang membuat kita sadar, bahwa ternyata ia sedang pelan-pelan (belajar) hidup sendirian. Maka mari kita bertanya pada nurani, adakah satu harapan saja untuk perempuan hebat itu dalam daftar panjang mimpi-mimpi? Adakah satu pemberian berarti bagi ia yang tak bosan-bosan berdoa? Adakah surga di bawah telapak kakinya? Adakah kita percaya? (*)

Mother’s Day Photo Story Contest.

Menjelang Hari Ibu tanggal 22 Desember, Nalacity mengajak teman2 untuk ikut “Mother’s Day Photo Story Contest”, atau foto bercerita kamu bersama sang bunda tercinta.

Caranya Mudah

  1. Kirim foto terbaik kamu dengan Sang bunda ke [email protected] (1 peserta 1 foto saja) dengan memakai produk Nalacity.
  2. Follow twitter kami @Nalacity & like fanpage Nalacity Foundation.
  3. Setelah kami upload fotomu di fanpage, mention kami di FB & Twitter untuk promosi foto kamu.
  4. Ajak teman-teman & voter lainnya untuk like fotomu dengan ketentuan mereka wajib LIKE fanpage Nalacity Foundation & follow kami agar vote mereka valid.
  5. Jangan lupa sertakan deskripsi/cerita untuk fotomu ke email kami. Max 250 kata. Cerita berisi harapan & doa terbaikmu untuk Sang Bunda.

Akan ada 2 kategori pemenang “Mother’s Day Photo Story Contest” dari Nalacity. 2 pemenang untuk LIKE terbanyak & 2 pemenang untuk Nalacity’s Choice.

Pemenang akan mendapatkan hadiah menarik dr Nalacity & partner (Tupperware dan Moz5). Hadiahnya banyak banget. Buktinya? Bisa cek ke twitpic pemenang Sayembara Milad Nalacity.

Jadi, dengan ikut “Mother’s Day Photo Story Contest” kamu bisa eksis bareng sama Sang Bunda, mencurahkan doa terbaik untuk beliau, kalau menang dapat hadiah banyak banget.

LET’S JOIN!

Nalacity juga akan membuat paket spesial hari ibu. Tunggu ya lauchingnya. Akan ada hal spesial dari komunitas spesial untuk orang yang spesial. Follow dan Cek TL @Nalacity , juga like fanpage Nalacity Foundation.