Iman Itu Kepedulian

“Aku melakukan sholat dan aku ingin memperpanjang bacaannya akan tetapi, tiba-tiba aku mendengar suara tangis bayi sehingga aku memperpendek sholatku karena aku tahu betapa gelisah ibunya karena tangis bayi itu.”
(Hadits dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim)

Subhanallah… Maha Suci Allah. Sholawat dan Salam semoga senantiasa tercurah kepada Kanjeng Baginda Rasulullah SAW, manusia paling Peduli, wujud dari kekuatan iman dan ketinggian ilmunya.

Suatu ketika Rasulullah sedang mengimami shalat berjamah. Tiba-tiba beliau mendengar ada seorang bayi menangis di barisan belakang. Rasulullah segera memendekkan bacaan ayat-ayat Al-Quran. Beliau mengetahui bahwa bayi yang menangis itu karena ingin menyusu kepada ibunya yang kebetulan sedang ikut shalat berjamaah.

Demikianlah, Rasulullah senantiasa memperhatikan kepentingan orang lain (umat) dan mengenyampingkan kepentingan dirinya atau kepuasan dirinya semata-mata, bahkan ditengah ritual shalat yang dilakukannya, sikap peduli tetap terpatri dalam jiwanya. Itulah Rasulullah. Manusia paling kuat imanya, paling tinggi ilmunya, paling Peduli kepada sesama. Peduli dengan hati, hingga beliau merasai bagaimana gundah hati seorang ibu.

Kadang kita sibuk sekali membicarakan fiqh-fiqh ritual, tapi kita lupa disekitar kita ada banyak orang (umat) yang membutuhkan kepedulian kita. Ada banyak anak yatim yang kesepian butuh kasih sayang orang tua.

Kadang kita berapi-api di atas mimbar mengkhutbahkan amar ma’ruf nahi munkar, tapi kita terlupa ada fakir miskin yang meringis menahan lapar disekitar kita.

Kadang kita semangat sekali berdiskusi tentang masa depan anak-anak kita, tapi ketika lewat di jalan raya ada terlintas anak jalanan yang tak terurus kita hanya berlalu tanpa makna seolah masa depan itu hanya milik anak-anak kita.

Astaghfirullah… Itulah cerminan iman kita. Itulah cerminan hati kita.

Al Iman Al Ihtimam,  Iman Adalah Kepedulian.

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. 2:177)

 

 Oleh: Surono Abuhaidary, Yogyakarta

facebooktwitterblog