Jalan Dakwahku dan Karakteristik Kerja Transistor

Bermula jadi Mahasiswa

Kata “Dakwah” ini baru saya ketahui setelah masuk di salah satu kampus swasta Bandung. Pada saat itu saya sedang mengikuti sebuah leadership training dimana acara puncaknya adalah pendoktrinan tentang peran dan fungsi kita sebagai hamba Allah yang wajib mensyiarkan agamaNya di manapun kita berada. Dakwah ini adalah pekerjaan besar yaitu merubah masyarakat ke arah yang lebih baik dan islami, maka kita harus mempunyai kelebihan dibandingkan masyarakat umumnya. Sudah Sunnatullah, orang-orang yang bisa bertahan di jalan dakwah ini memang sedikit dan pendukungnya pun sedikit.

Hal tersebut telah dijelaskan pada firman Allah “Di antara orang-orang mukmin itu ada rijal (kader) yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur dan di antara mereka ada pula yang sedang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun yang memenuhi janjinya.” (QS. As Sajadah: 23)

Kader dakwah adalah seseorang yang telah tertarbiyah secara intensif sehingga memiliki kesiapan untuk berjuang dan berkorban di jalan Allah. la juga berpotensi menjadi agen perubah di tengah-tengah masyarakat. Namun, pada lingkungan kampus sedang membumi bahwa kader dakwah adalah director of change.

Perjalananku di Kampus itu

Di kampus saya, ada kegiatan wajib mentoring agama. Pada waktu itu saya merasa senang adanya mata kuliah ini, karena mengajarkan matkul agama langsung dengan praktek. Selain itu mentornya bagaikan peri di tengah-tengah ketidaktahuan saya dengan lingkungan baru di kampus ini. Terkadang rasa malas menyambar hati saya, sehingga langkah kaki ini terasa berat untuk digerakkan menuju ebuah mesjid kampus tempat kami mentoring. Namun, karena semangat mentor saya yang tak pernah letih untuk meneror, melunturkan malas dan saya pun bergegas duduk melingkar dengan teman-teman yang lain. Alhamdulillah, saya bisa menikmati indahnya persaudaraan Islami ketika mentoring.

Konsep Elektronika dalam Perjalanan Dakwah

Semester tiga saya mempelajari mata kuliah Elektronika yang kata orang pelajaran cukup sulit di semester ini. Salah satu babnya mempelajari Karakteristik Transistor. Nah, sedikit penjelasan tentang transistor. Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi teganganmodulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Satu  kata untuk komponen ini adalah sebuah komponen yang multifungsi dengan ukuran kurang dari 2 cm.

Di sini saya mencoba menyingkronkan karakteristik kerja transitor dengan perjalanan dakwah yang biasa kita lalui. Transistor memiliki tiga daerah kerja yaitu daerah aktif, daerah cut-off, dan daerah saturasi.

a. Daerah aktif adalah daerah dimana transistor berfungsi sebagai penguat.
b. Daerah saturasi adalah daerah dimana transistor berfungsi sebagai saklar yang tertutup (penyambung).
c. Daerah cut-off adalah daerah dimana transistor berfungsi sebagai saklar yang terbuka (pemutus).

Sama halnya dengan kader dakwah. Daerah Cut-off  adalah sebuah masa dimana kader dakwah sedang memulai perjalanannya sembari menimba ilmu tentang islam melalui mentoring, kajian, halaqah, dan sebagainya. Pada daerah ini, transistor sedang open loop dan membutuhkan tegangan untuk menuju daerah aktif.  Pada kondisi ini, kader dakwah membuka pikiran mereka dimana mereka membutuhkan suplemen-suplemen dasar tentang aqidah islamiyah sebagai pondasi awalnya sehingga dapat mengetahui Islam secara kaffah.

Ketika transistor mendapatkan tegangan yang besar, transistor berperan sebagai penguat arus sehingga komponen-komponen disekitarnya dapat berkerja sesuai tugas masing-masing. Kader dakwah pun yang telah memahami urgensi dakwah, maka mereka pun mulai bergerak mengajak orang sekitarnya. Kader dakwah akan memahamkannya dan mengajaknya untuk berjuang bersama di jalan yang panjang, berliku dan berduri ini. Sehingga kader dakwah tersebut tidak menjadi kader yang sholeh sendiri, berjuang sendiri, syahid sendiri, bahkan masuk surga sendiri.

Daerah Saturasi diibaratkan ke-Istiqamah-an kader dalam berdakwah. Untuk menuju daerah saturasi, dibutuhkan tegangan yang besar (pemahaman islam yang luas), arus yang kuat (keyakinan yang kuat), komponen pendukung dalam satu rangkaian tertutup (pembinaan yang kokoh), dan sumber tegangan yang terus mengalir (tarbiyah yang berkesinambungan).

Quote “Syaikh Hasan al Banna” pembinaan kader yang berkualitas haruslah berasaskan empat faktor yang sangat penting yakn

1. Al Fahmu Ad Daqiq (Pemahaman yang Luas)

2. Al iman Al Amiq (Keyakinan yang Kuat)

3. At Takwin Al Matin (Pembinaan yang kokoh)

4. Tarbiyah Mutawashilah (Tarbiyah yang Berkesinambungan)

Untukmu para kader dakwah, bekerjalah seperti karakteristik transitor. Transistor dapat berfungsi sebagai penguat untuk komponen lainnya, pemutus dan penyambung rangkaian, dan stabilisasi tegangan (konsisten). Ketika tegangannya kosong, ia akan mengisinya lagi sampai saturasi itu pun dapat diraih. Begitupula kader dakwah, teruslah memperluas pengetahuan kita, menguatkan keyakinan kita bahwa surga Allah jaminan kesholehan kita, mengkader kader-kader baru, sampai kekonsistenan itu dapat kita raih pula.

Konsisten di jalan dakwah merupakan salah satu konsekuensi Iman. Iman bukanlah sekedar kata-kata yang diucapkan melainkan kewajiban dan tanggung jawab serta jihad yang membutuhkan kesabaran dan kekuatan. Tidak mungkin seorang kader dakwah mengatakan kami percaya pada Islam dan dakwah tanpa berhadapan lebih dulu dengan ujian berhasil lulus melewati ujian it.

(Sayid Qutb, Fi Zhilalil Qur’an 5/2720).

Kader dakwah yang dibutuhkan saat ini adalah kader yang memiliki kemampuan memelihara dan mengembangkan potensi kebaikan yang ada pada dirinya  dan kemampuan memperluas jaringan dakwah sehingga Islam sebagai sumber peradaban dan kebudayaan serta pedoman hidup dapat menjadi kenyataan.

Ilmu Elektronika adalah ciptaan Allah

Ilmu elektronika yang saya dapatkan di bangku kuliah ini adalah ilmu ciptaan Allah. Saya hanya mencoba untuk menyingkronkan beberapa prinsip kerjanya dengan perjalanan dakwah yang pernah saya hadapi. Sesungguhnya, Allah Maha membolak-balikkan hati seseorang. Maka dari itu, mintalah kekonsistenan hati kepada Allah untuk terus berjuang, membela agama ini, sampai kemenangan Islam itu datang.

Saya berjanji: “Akan bersungguh-sungguh dalam menjalankan risalah ini selama hidupku dan mengorbankan segala yang saya miliki demi terlaksananya misi (risalah) tersebut.”

Saya meyakini: “Bahwa kaum muslim adalah umat yang satu, yang diikat dalam satu aqidah islam, bahwa islam yang memerintahkan pemelukya untuk berbuat baik (ihsan) kepada seluruh manusia.”

Saya berjanji: “Akan mengerahkan segenap upaya untuk menguatkan ikatan persaudaraan antara kaum muslimin dan mengikis perpecahan dan sengketa di antara golongan-golongan mereka.”

Hasan Al Banna

Wallahu A’lam bish Shawab.

 

Sitti Heliana  Sang Perantau

Humas PD Kammi Bandung