Jokowi dan Kemandirian Ekonomi

Pertumbuhan perekonomian Indonesia beberapa tahun terakhir cukup signifikan, hingga mencapai angka 4,5% – 6,5%. Pertumbuhan yang tinggi ini masih didominasi oleh faktor konsumsi rumah tangga. Ini menandakan bahwa tingkat produktivitas belum mendominasi total PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia. Para ekonom berpendapat, jika tingkat konsumsi masyarat Indonesia tidak digiring ke produksi akan memberi dampak yang buruk bagi perekonomian Indonesia. Produksi domestik yang kurang ini mengakibatkan tingginya nilai impor yang kita lakukan, sialnya dengan kekayaan sumber daya alam Indonesia baik darat maupun laut tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Indonesia bagaikan ‘mati dilumbung padi’, dengan kekayaan yang begitu melimpah impor bahan-bahan pokok seperti beras, bahkan garampun menjadi komoditas impor. Pemerintah harus menerapkan kebijakan yang radikal untuk pertumbuhan perekonomian dalam negeri. Data laporan tahunan yang diliris Bank Indonesia (BI) menyebutkan bahwa nilai impor Indonesia pra krisis yang melanda Amerika Serikat sebagai salah satu negera eksportir terbesar ke pasar domestik  cendrung stagnan. Namun peningkatan yang paling radikal terjadi pasca krisis tersebut adalah naiknya impor Indonsia hingga mencapai angka 132,098,517 (ribu U$) pada tahun 2010, sedangkan pada tahun sebelumnya sebesar 90,355,554 (ribu U$) (laporan tahunnan BI).

SMK dan Pembangunan Ekonomi

Wajah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yang selama ini kurang diminati masyarakat karena tingkat popularitas yangg dimiliki masih dibawah SMA (Sekolah Menengah Atas), hal ini disebabkan oleh beberapa kasus dan pandangan masyarakat terhadap citra SMK yang identik dengan kekerasan.

Namun saat ini paradigma tersebut berbalik 180 derajat, SMK telah melakukan langkah konkret dalam memberi kontribusi terhadap pembangunan ekonomi Indonesia di masa depan. Langkah konkret tersebut telah dirintis mulai tahun 2009 silam. SMK masa kini memberi jawaban langsung atas tantangan ekonomi dalam negeri. Dengan kata lain SMK telah menunjukkan kekuatan mereka dengan menghasilkan mobil rakitan sendiri yang diberi nama Esemka. Kekuatan inilah yang menjadikan lulusan SMK siap untuk bergelut pada sektor rill dan lebih produktif untuk memajukan perekonomian dalam negeri. Dengan fakta tersbut adalah suatu keniscayaan bahwa lulusan SMK akan lebih banyak dibutuhkan dalam beberapa tahun kedepan untuk berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Peran SMK saat ini sudah masuk hitungan sebagai salah satu faktor penggerak kreativitas dan produktivitas masyarakat.

Indonesia memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang kualitasnya tidak kalah baiknya dengan SDM yang ada dinegara lain, hanya saja orang-orang jenius Indonesia belum memiliki ruang yang cukup untuk eksplorasi bidang keilmuannya. Bila terdapat lingkungan  yang memberikan wadah bagi para ilmuan dan kebijakan yang mendukung mereka dalam bereksplorasi, niscaya suatu saat Indonesia akan mampu besaing dengan negara-negara maju yang telah menguasai pesar domestik selama bertahun-tahun. Dengan munculnya SDM seperti SMK ini merupakan modal yang sangat berharga bagi Indonesia. Semua itu harus dikembangkan dan dapat bersaing dengan produsen yang telah lama bergelut dalam dunia otomotif selama puluhan tahun. Langkah awal untuk Indonesia menuju masa depan yang baik telah di depan mata, dukungan dari pemerintah sebagai regulator melalui kebijakannya adalah kunci utama.

Jokowi dan Mobil Esemka

Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi adalah tokoh pioner dalam memberi contoh mobil dinas toyota camry nya yang sudah berumur 11 tahun tidak diganti. Tahun ini Jokowi menggantinya dengan mobil Kiat Esemka. Gerakan Jokowi dalam hal ini patut dicontoh oleh elite lain dalam mengapresiasi dan memberi dukungan atas karya anak bangsa. Tanpa dukungan maksimal dari pemerintah akan menihilkan cita-cita dalam memperkuat perekonomian Indonesia melalui sektor produksi yang selama ini masih didominasi oleh sektor konsumsi terhaddap barang impor. Dukungan dari Walikota Solo dalam mengapresiasi kinerja siswa SMK menjadi semangat baru bagi perekonomian akan datang.

Hingga saat ini bahan baku yang digunakan siswa SMK dalam memformulasikan mobil Kiat Esemka, 80% nya merupakan bahan baku yang berasal dari dalam negeri. Ini menunjukkan bahwa masa depan industri mobil di Indonesia akan terus mengalami peningkatan. Proyeksi kedepan, Indonesia akan dapat memproduksi mobil sendiri tanpa harus mengimpor bahan baku. Dari segi hargapun, mobil Kiat Esemka ini dibandrol dengan harga 95 juta per unit lebih murah hingga 50% bila dibanging dengan  harga mobil impor yang telah puluhan tahun menguasai pasar domestik.  Pertumbuhan produksi ini juga akan membuka lapangan usaha-usaha lainnya seperti pabrik-pabrik spare-part akan mulai tumbuh, dampak langsung yang positif akan dirasakan masyarakat. Seperti yang dilakukan Toyota Corp puluhan tahun silam, hal ini juga yang dilakukan siswa SMK dalam memproyeksikan perekonomian Indonesia dimasa depan. Memiliki perencanaan yang jauh kedepan adalah modal awal dalam mempertahankan eksistensi industri mobil dalam negeri.

Perjuangan siswa SMK dengan Kiat Esemka membuahkan hasil yang sangat mencengangkan. Apresiasipun datang dari berbagai pihak atas munculnya mobil buatan SMK, hal ini menandakan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap produk buatan nasional. Tidak ada alasan bagi pemerintah untuk menghambat segala macam proses perijinan pengoprasiannya.  Pemerintah sebagai legulator harus memberikan kebijakan yang mendukung pertumbuhan produksi dalam negeri, dengan tujuan produktivitas dalam negeri dapat tumbuh kembang dalam memperkuat perekonomian.

Oleh: Eja Armaz Hardi, Jogjakarta