Kasih Sayang yang Mengancam

Kini sudah kembali Februari.  Di mana-mana warna pink mendominasi. Sebab tanggal 14 ini kata orang-orang adalah hari Valentine. Atau nama bekennya Hari Kasih Sayang. Seperti tahun-tahun sebelumnya, peringatan Valentine`s Day (V-Day) akan kembali dirayakan oleh mayoritas remaja. Mall-mall dan pusat perbelanjaan tidak mau kalah. Semua  turut bersolek menampilkan atribut serba merah muda. Beragam aksesoris pinky seperti bunga mawar merah dan bantal berlambang hati laris manis.

Ada juga pernak-pernik lain yang dipamerkan di etalase seperti kaos ketat, cardigan, bando, ikat rambut, jepit rambut, kartu, coklat, bunga, boneka cupid, bantal, hingga CD. Pemilik industry layar kaca juga tidak ketinggalan menayangkan sinema dan berbagai acara special Valentine. Bahkan beberapa organisasi membuat aneka lomba bertema Valentine. Pokoknya, ini adalah pesta bagi para kapitalis untuk menjerat mangsanya. Berbagai promo dan diskon ditawarkan membuai akidah anak muda kita.

Dalam banyak catatan sejarah, V-Day merupakan warisan ajaran pagan penyembah dewa-dewi. Ada banyak versi tentang asal usul perayaan ini. Salah satu yang paling populer adalah ketika seorang pendeta di zaman Romawi di sekitar abad ke II Masehi yang bernama Santo Valentine mengirimkan surat cinta dari penjara kepada wanita yang ia cintai. Isinya singkat, “From Your Valentine” sebelum ia dihukum mati pada tanggal 14 Februari 270 M oleh raja Claudius yang berkuasa ketika itu. Kemudian oleh banyak pihak itu dijadikan momentum untuk memperingati kematian pendeta tersebut dengan nama “Hari Kasih Sayang”.

Selebrasi Valentine sendiri pertama kali diawali di Inggris pada awal abad ke 14 ketika Charles, Duke of Orleans, mengirimkan setangkai puisi kepada istrinya ketika dia sedang di penjara di Tower of London ketika itu. Lalu sejak abad 17 dan 18 di Inggris dan Amerika Serikat, perayaan Valentine mulai marak serta mulai dikomersilkan.

Seiring berjalannya waktu, kaum Barat sukses melakukan propaganda simbolisasi terhadap tokoh St. Valentine. Didukung dengan penguasaan media yang mendominasi, V-Day pun secara cepat menjalar ke seluruh penjuru dunia. Ia menjadi ajang menyatakan “cinta dan kasih sayang” kepada pasangan. Opini publik digiring supaya percaya bahwa Valentine adalah tokoh yang layak dikenang sepanjang masa oleh siapa saja yang berjuang demi “cinta.” Dalam teori komunikasi massa, ada istilah efek penanaman. Yaitu efek yang membuat orang meyakini sesuatu yang sering dipublikasikan meski itu salah. Contohnya V-Day yang digembar-gemborkan secara “istiqomah” dengan sangat gencar dan terus menerus disuarakan sehingga orang menganggapnya logis, benar dan legal.

Tapi, mari kita lihat. Benarkah ini jadi saat yang tepat mengekspresikan cinta dan kasih sayang? Sepertinya jika ini disebut Hari Kasih Sayang, maka lebih tepat disebut sebagai Kasih Sayang yang Mengancam. Mengapa? Ya, setidaknya ada dua ancaman berbahaya nan berisiko tinggi dari ritual V-Day.

Pertama, ancaman musibah moral. Lihatlah saat hari V-Day tiba, para remaja ramai-ramai meninggalkan orangtua mereka. Mereka bepergian dengan pacar-pacar mereka. Entah ke tempat wisata atau sekedar ke penginapan-penginapan kelas melati. Di hotel, pihak pengelola pun sudah memfasilitasi mereka untuk melakukan hubungan seks pra-nikah dengan paket promo kondom yang sudah dipaket dengan coklat cinta.

Begitulah jadinya. Definisi cinta menjadi sempit. Anak muda sekedar memaknainya dengan pacaran, berdua-duan (khalwat), berpegangan tangan, pelukan, ciuman dan hubungan biologis tanpa ikatan.  Syaithan telah mencemarkan nama baik cinta. Seperti yang digambarkan oleh dr. Ali Akbar bahwa perkataan seorang pemuda, “Aku mencintaimu…” sesungguhnya berbunyi, “Aku ingin berzina denganmu…”.

Akhirnya, bertebaranlah janin-janin tanpa ayah. Terkadang tak jarang aborsi menjadi pilihan daripada malu menanggung aib keluarga. Padahal, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan tadzkirah (peringatan) agar kita tidak mendekati zina.”Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan jalan yang jelek” (QS. Al-Isra’: 32).

Dalam kesempatan lain, Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Kamu telah mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga jika mereka masuk ke dalam lubang biawak, kamu tetap mengikuti mereka.” Kami bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah yang engkau maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani?” Baginda bersabda: “Kalau bukan mereka, siapa lagi? (HR. Bukhari Muslim).

Kedua, ancaman akidah. Asal-usul perayaan yang berakar dari ajaran pagan dan kemudian diadopsi oleh Kristen untuk melanggengkan kekuasaan ini tentunya adalah sesuatu yang tak patut diikuti. Para ulama’ seperti Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim Al Jauziyah melarang kaum muslimin merayakan V-Day.

Menurut beliau, hari besar yang umat Islam tidak diperbolehkan untuk terlibat di dalamnya adalah semua jenis hari raya pemeluk agama lain selain Islam. Bahkan beliau meluaskan mengertiannya bahwa tidak hanya yang terkait dengan hari besar agama non Islam, tetapi hari raya apapun yang tidak ada dasarnya dalam Islam pun juga diharamkan untuk menjalankannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur’an, surat Al-An’am ayat 116 “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).”

 Di ayat yang lain, Allah SWT juga mengingatkan agar kita tidak melakukan suatu perbuatan tanpa dasar ilmu. “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Israa [17]: 36).

Nabi kita, Rasulullah Muhammad Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam juga memberi kita rambu dengan sabdanya, “Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk kaum tersebut.” (HR. Tirmidzi). Lebih ngawur lagi kalau ada yang mengkampanyekan Valentine’s Syariah seperti yang marak dikicaukan oleh sejumlah akun twitter. Jika kita mengikuti tradisi paganik ini, maka kita akan sama saja di hadapan Allah seperti para penyembah dewa dan berhala itu. Rasul pun akan enggan mengakui kita sebagai ummatnya. Bagaimana pula kita akan mendapat syafaatnya di Hari Akhir nanti?

Solusi: Belajar tentang Cinta Sejati

Ingin kukatakan

Arti cinta kepadamu dinda

Agar kau mengerti arti sesungguhnya

Tak akan terlena dan terbawa

Harumnya bunga asmara

Yang akan membuat dirimu sengsara

(Snada, Arti Cinta)

Kasih sayang dalam Islam begitu luas. Ia tidak berbatas waktu pada satu hari. Ia tidak hanya kepada sesama manusia (apalagi kepada lawan jenis). Dan ia (baca: cinta) diimplementasikan dengan cara-cara yang santun dan bermartabat.  Cinta diwujudkan dalam bentuk yang nyata seperti silaturahim kepada tetangga, menjenguk yang sakit, meringankan beban saudara yang sedang ditimpa musibah, mendamaikan orang yang berselisih, mengajak kepada kebenaran (amar ma’ruf) dan mencegah dari perbuatan munkar. Tak berlebihan jika dikatakan cinta dalam Islam lebih indah, lebih konkrit dan lebih universal dari sekadar kasih sayang versi “Valentine Day”.

Jadi, belajarlah cinta dari sumbernya, dari Sang Maha Pencinta. Mencintai dengan cara yang tepat, yang telah ditetapkannya. Lepaskan diri dari jerat nafsu hewani yang membelenggu diri di zaman kiwari dengan berpegang teguh pada aturan-Nya, “Orang yang konsisten berpegang pada agama dan sunnahku di zaman penuh kemungkaran bagaikan memegang bara api. Siapa yang melaksanakan sunnahku pada saat yang demikian itu, pahalanya senilai 50 orang dari kalian (sahabat).” (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Last but not least, ingat baik-baik pesan Shofwan Al Banna, “Hanya ada dua jenis orang yang merayakan Valentine’s Day yaitu : Kapitalis yang keji dan orang bodoh yang tertindas”.

Anugrah Roby Syahputra – Banda Aceh

Facebook Blog