Kembali Kepada Allah

Negeri ini tengah berada dalam titik nadir sebuah peradaban. Hal ini terlihat dari rusaknya moral sebagian besar penduduknya. Mulai dari rakyat hingga pejabat.  Mulai rakyat jelata yang harus meregang nyawa lantaran diamuk masa, seorang kakek yang mencabuli beberapa anak kecil karena menuruti nafsu bejatnya, para pejabat berdasi yang rajin korupsi, berita perselingkuhan artis yang menjamur, hingga aneka aksi anarkis aparat yang mengatasnamakan penegakan hukum.

Oleh karena akutnya masalah tersebut, perlu adanya kesadaran dari tiap individu untuk melakukan instropeksi diri. Berkaca lebih dalam, bahwa kesalahan tiap individu sekecil apapun, berdampak pula terhadap kerusakan massal yang tengah terjadi di negeri ini. Instropeksi ini harus berujung pada taubat nasional oleh seluruh komponen bangsa agar kebangkitan bukan sekedar wacana.

Taubat berarti kembali kepada Allah setelah seorang hamba menjauh. Baik secara sadar ataupun tidak. Taubat terdiri dari tiga langkah. Menyesali perbuatan dosa, komitmen untuk tidak mengulangi kesalahan dan beramal shalih seoptimal mungkin untuk menebus kesalahan. Jika kesalahan yang dilakukan terkait dengan orang lain, maka diwajibkan pula meminta maaf dan mengembalikan hak-hak orang yang didholimi.

Sayangnya, kata taubat sering disalahmaknai. Taubat hanya dimaklumatkan kepada mereka yang telah lama bergelimang dosa. Padahal, taubat diperintahkan kepada orang beriman, “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung (QS an Nuur [24]:31). “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,” (QS at-Tahriim [66]:8).

Satu Aksi Banyak Solusi

Salah satu ciri khas perintah Allah adalah aspek imbalan yang selalu dijanjikan di awal dan tidak mungkin diingkari. Barangsiapa yang menjadikan taubat sebagai jalan keluar atas masalah yang menimpa, Allah akan memberikan kepada orang tersebut beragam imbalan. Baik di dunia ataupun di akhirat.

Pertama, dihapuskan kesalahan-kesalahannya. Sebagai manusia yang tidak lepas dari kesalahan dan dosa, dihapuskannya kesalahan dan dosa oleh Sang Maha adalah nikmat yang tidak mungkin ditukar dengan apapun.

Dalam konteks individu dan kebangsaan, taubat adalah jalan pintas yang Allah berikan untuk menghapus dosa dan kesalahan hambaNa. “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS Furqon [25]:70). Dalam ayat lain, Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu,” (QS at-Tahriim [66]:8).

Taubat, iman dan amal shalih adalah paket yang tidak bisa dipisahkan jika penghapusan kesalahan dan dosa yang diiinginkan. Tentu, dengan taubat yang benar sehingga tidak terjerumus berulangkali dalam lubang yang sama.

Kedua, diberi rejeki tanpa batas. Disadari atau tidak, rejeki erat kaitannya dengan kadar keimanan. Taubat adalah salah satu pintu pembuka rejeki bagi orang beriman. Logika sederhananya adalah ketika ada anak yang sholih, maka orang tua dengan mudah memberikan semua yang diminta anak tersebut. Begitupun ketika anak tersebut nakal, maka orang tua akan mencari berjuta dalih untuk tidak menuruti permohonan sang anak.

Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa” (QS Huud [11]:52).

Taubat yang berbentuk istghfar merupakan salah satu sebab turunnya hujan. Air hujan dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan dan hewan untuk berkembang biak secara optimal. Sehingga kedua makhluk tersebut menghasilkan limpahan rejeki untuk dimanfaatkan umat manusia. Dalam surah lain juga ditegaskan bahwa taubat bisa membuat seseorang diberi anak yang bisa memberatkan bumi dengan kalimat tauhid.

Allah juga berjanji, “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan (QS Huud [11]:3).

Sedangkan Sang Rasul junjungan menegaskan, “Barangsiapa memperbanyak istighfar (taubat) maka Allah akan membebaskannya dari kedukaan dan memberinya jalan keluar bagi kesempitannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga-duga.” (HR. Abu Dawud)

Ketiga, alat tukar untuk ‘membeli’ surga. Surga dijelaskan sebagai tempat kenikmatan yang dijanjikan atau diwariskan. Dalam sebuah hadits juga disebutkan bahwa seorang mukmin masuk surga lantaran rahmat Allah, bukan sekedar karena amalnya.

Taubat merupakan salah satu tiket yang bisa digunakan untuk ‘membeli’ surga. “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang mengembara (demi ilmu dan agama), yang ruku’, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin (QS at-Taubah[9]:111-112).

Taubat dalam ayat terebut disejajarkan dengan jihad, ruku’, sujud, ibadah dan amar ma’ruf nahi munkar. Ayat ini merupakan salah satu bukti bahwa taubat menduduki maqam yang tinggi di sisiNya.  Allah juga berfirman, “Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun,” (QS Maryam [19]:60)

Keempat, didoakan oleh malaikat. Salah satu doa yang tidak tertolak adalah doa orang sholih dan doa malaikat. Dimana makhluk yang terbuat dari cahaya ini tidak pernah durhaka kepada Allah. Karena tingginya derajat orang yang bertaubat, malaikat yang suci  pun mendoakan mereka, “(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): ‘Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala,’”(QS al- Mu’miin [40]:7)

Kelima, menjadi kekasih Allah. Menjadi orang yang dikasihi oleh Sang Pencipta adalah anugerah yang sangat luar biasa. Jika Allah sudah mencintai seorang hamba, maka Dia akan menggerakkan seluruh penghuni langit dan bumi untuk turut serta mencintai hamba tersebut.

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”(QS al-Baqarah [2]:122). Orang yang bertaubat didahulukan dari orang yang bersuci. Karena taubat merupakan sarana untuk mensucikan fisik, fikiran juga jiwa dari kesalahan dan dosa.

Dalam sebuah hadits riwayat Imam ad-Dailami, Rasul berpesan, “Tiada sesuatu yang lebih disukai Allah daripada seorang pemuda yang bertaubat.”

Semoga kita bisa menjadi bagian dari orang-orang yang dicintai Allah dan dicukupi semua kebutuhannya dengan membiasakan bertaubat. Meminta ampun kepada Allah atas semua kesalahan yang kita kerjakan. Jika taubat sudah menjadi budaya di negeri ini, insya Allah Indonesia akan bangkit dan menguasai dunia. Semoga. Aamiin.