Kenikmatan dari Allah adalah Ujian

Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan:

“Di antara tanda-tanda kebahagiaan dan keberuntungan adalah, apabila ilmu seseorang bertambah maka ia semakin tawadhu’ dan pengasih. Bila amalnya bertambah maka ketakutan dan kewaspadaannya juga bertambah. Jika umurnya bertambah maka makin berkurang sifat tamaknya. Setiap kali bertambah hartanya maka makin dermawan dan makin tinggi kesungguhannya dalam berinfak. Semakin tinggi posisinya maka ia semakin dekat dengan banyak orang, memenuhi hajat mereka dan bersikap rendah hati terhadap manusia.”

“Sementara,” lanjutnya, “Tanda- tanda kesengsaraan seseorang adalah, apabila ilmunya bertambah maka ia semakin sombong dan sesat, setiap kali amalnya bertambah maka ia semakin bangga dan meremehkan orang lain, semakin tambah usianya maka ia semakin tamak, semakin banyak hartanya maka ia semakin kikir dan bakhil, setiap kali naik jabatannya maka semakin sombong ia dan makin sesat.”

Kedua kondisi itu dalam hidup manusia adalah ujian dari Allah, sehingga akan nampak mana golongan orang-orang yang bahagia dan mana yang sengsara.

Kehormatan juga ujian, menjadi pejabat adalah ujian dan harta juga ujian, saat Nabi Sulaiman alaihissalam diperlihatkan singasana ratu bilqis, Nabi Sulaiman berkata:

[arabtext] هذا من فضل ربى ليبلوني ءأشكر أم أكفر [/arabtext]

“Ini adalah karunia dari Rabbku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau kufur (nikmat).”

Semua kenikmatan adalah cobaan dari Allah yang akan memperlihatkan rasa syukur atau kufur.
Sama dengan musibah, dia juga datang dari Allah untuk memperlihatkan kesabaran atau kemarahan.

Allah menguji hambanya dengan kenikmatan sebagaimana Dia mengujinya dengan musibah.

Maka manusia, jika Rabbnya mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan maka ia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku.” Namun jika Rabbnya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka ia berkata, ” Tuhanku telah menghinaku.” (Al-Fajr 15-17)

Ini tidak berarti bahwa sorang hamba yang diberi kelapangan, kemuliaan, kekayaan dan kenikmatan lainnya merupakan penghormatan Allah atas dirinya dan bukan pula sebuah penghinaan disaat Allah menyempitkan dan membatasi rizki seorang hamba dalam hidupnya ..

Kenikmatan dan kelapangan adalah ujian yang harus disikapi dengan rasa syukur. Kesulitan dan kesempitan juga ujian yang harus disikapi dengan kesabaran.

Jika keduanya ada dalam diri seorang hamba maka pasti dia akan mendapatkan kebaikan, keberuntungan dan kebahagiaan hidup di dunia sampe ke akherat.

Ustadz Ibnu Hasan Ath Thabari