Ketika Cinta Harus Memilih

Cinta..
Tumbuh merekah
Menggetarkan jiwa
Perih dan sakit segera musnah
Lelah akan terasa nikmat
Rintangan menjadi anugerah

Cinta ibarat dua sisi mata pisau yang saling berkebalikan. Di satu sisi, cinta bisa menggugah, mengubah, menghidupkan, menggelorakan, mengerahkan, dan memberikan semangat. Namun di sisi yang lain, cinta juga bisa membutakan bila tidak dipandu dengan cahaya ilmu dan dibingkai dengan iman.

Cinta merupakan ruh kehidupan dan pilar untuk selamat sebagaimana kekuatan gravitasi dapat menahan bumi dan bintang-bintang dari tabrakan dan kehancuran. Maka, cinta sejati dapat mengikat kuat dan menghasilkan energi yang mengikat manusia dari kejahatan.

Nabi SAW menegaskan, “Jiwa-jiwa manusia bagai bataliyon pasukan yang dikerahkan. Bisa saling kenal, maka akan terikat kuat. Bila tak saling kenal akan saling bertikai”.

Cinta mengantarkan kita pada pilihan dan jalan kehidupan. Jalan surga dihampari kesulitan yang membuat lelah, gerah, dan susah. Adapun jalan neraka dihiasi dengan keindahan syahwat, kenikmatan pangkat, kemeriahan popularitas yang menyenangkan.

Memilih Surga atau Kesembuhan?

Kisah seorang wanita yang telah memilih surga. Atha’ bin Abi Rabah berkata, Ibnu Abbas r.a. telah berkata kepadanya, “Maukah aku tunjukkan kepadamu seorang perempuan ahli surga? Atha’ pun bertanya, “Bah, siapa perempuan itu?” Ibnu Abbas berkata, “Dia adalah perempuan hitam itu, ia menemui Rasulullah SAW dan mengadu bahwa ia telah terserang penyakit ayan.”

Rasulullah SAW bersabda kepada perempuan itu, “Jika engkau tahan dan sanggup bersabar maka surga bagimu, sekiranya engkau tidak tahan dan tidak sanggup bersabar aku akan mendoakan engkau supaya engkau sehat dan segar.” Perempuan itu pun menjawab “Saya tahan dan sanggup bersabar, tetapi tolonglah doakan agar tidak terbuka aurat saya”

Perempuan itu pun menang dengan pilihan cintanya. Dia mencintai surga dan mencintai pertemuan dengan Sang Kekasih sejati dan itu adalah pilihan yang paling membahagiakann untuknya.

Memilih Perang atau Malam Pertama?

Khalid bin Walid dikenal sebagai saifullah al maslulpedang Allah yang senantiasa terhunus. Waktu yang paling berkesan baginya adalah di saat berkeliling inspeksi pasukan dan melenyapkan musuh-musuh Allah.

Sesungguhnya, berada di medan jihad di malam yang gelap, dingin dan mencekam lebih aku cintai daripada bermalam pengantin dengan seorang gadis.”

Khalid bin Walid sangat senang berperang dan selalu siap siaga dengan baju perangnya. Walaupun akhirnya Khalid bin Walid wafat di atas tempat tidur dan bukan di medan tempur, namun ruh jihad tetap ada di jiwanya.

“Barangsiapa yang meminta kepada Allah syahadah ‘kesyahidan’ dengan penuh kejujuran, maka Allah akan menyampaikannya pada manzilah ‘predikat’ syuhada, meski ia mati di tempat tidurnya” (H.r. Muslim)

Memilih Roket ‘Apache’

“Kematian itu bisa disebabkan dibunuh atau karena kanker. Jika memilih antara tersiksa oleh penyakit jantung dan tewas oleh serangan helicopter Apache, saya lebih baik tewas oleh Apache” (Abdul Aziz ar-Rantissi).

Abdul Aziz ar-Rantissi adalah seorang dokter yang menggantikan Syaikh Ahmad Yasin dalam memimpin gerakan Hamas. Dia merupakan orang yang menjadi incaran bagi Israel dan sebulan ia memimpin gerakan tersebut, Abdul Aziz ar-Rantissi pun syahid di jalan-Nya.

Begitulah cara Allah memuliakan hamba pilihan-Nya karena mereka telah memilih cinta untuk bertransaksi di jalan-Nya.

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Alquran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (Q.S. At-Taubah:111)

Mereka telah memilih cintanya, bagaimana denganmu?

“Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S. Ali Imran:31).

Mencintai Allah dan mengikuti Nabi akan dibalas dengan kecintaan, dihapuskannya dosa dan dijanjikan surga untuk kehidupan di akhirat kelak. Oleh sebab itu, fokuskanlah pilihan untuk mencintai Allah karena hal tersebut merupakan pilihan terbaik dan paling membahagiakan.

Walaupun jalan menuju surga dipenuhi oleh onak dan duri serta berbagai rintangan, tetapi dengan adanya rasa cinta kepada Allah SWT, maka rintangan tersebut akan menjadi penggugah semangat untuk terus bangkit dan bertahan.

 Oleh : Juli Trisna Aisyah Sinaga, Bandung
Facebook – Twitter – Blog