Koh Ahok, Khamer, dan Kecerdasan Ulama

Kata Koh Ahok, “Bir salahnya di mana sih? Ada enggak orang mati karena minum bir? Orang mati kan karena minum oplosan cap topi miring-lah, atau minum spiritus campur air kelapa?”

Abu Umar Basyier memberikan ulasan pada bagian penutup dalam bukunya “Humor Salafy”terbitan Unaizah Media yang disadur dari Kitab Al-Adzkiyaa karya Ibnul Jauzy halaman 118 ketika usai memaparkan kisah-kisah cerdik dan lucu yang redaksinya kira-kira sebagai berikut:

“Dalam kitab Al-Adzkiyaa memang kisah-kisah tersebut berstandar riwayat,ada yang shahih dan ada yang tidak shahih, namun tujuan disini bukanlah mengupas kisah tersebut dari segi riwayat. Pun dalam kehidupan sehari-hari,kisah-kisah yang hampir mirip juga acapkali terjadi. Kebenaran riwayat kisah-kisah tersebut tidak diulas karena tidak membahas soal aqidah, fiqih dan sebagainya. Para ulama juga adalah anak manusia yang memiliki kisah-kisah dan kejadian unik/lucu.”

Jadi teringat kisah Iyas bin Muawiyah ketika ada yang bertanya kepadanya, “Kenapa khamar diharamkan padahal dia hanyalah fermentasi anggur/gandum?”

Iyas menjawab, “Jika aku lempar tubuhmu dengan segayung air, apakah itu akan menyakitimu?”

“Tentu tidak,” jawab si penanya.

“Jika aku lempar tubuhmu dengan segenggam pasir apakah itu akan menyakitimu?”

“Tidak balas,” si penanya.

“Jika aku lempar tubuhmu dengan segenggam semen (pada masa itu semen berupa adukan kapur) apakah itu akan menyakitimu?”

“Tidak juga..,” jawab si penanya

“Jika aku campur semua bahan tadi (menjadi suatu adonan lalu dijemur menjadi bata/batu) dan aku hantamkan ke tubuhmu,apakah itu akan menyakitimu?”

“Iya,bahkan hal itu bisa membunuhku..”

“Begitulah khamer, dia berbahaya karena semua campuran bahannya.”

Ada seorang ikhwah bersafar ke negeri Eropa untuk urusan bisnis,lalu dia singgah ke rumah rekannya..
Temannya memberinya khamer, dan ikhwan itu tidak mengambilnya. Lalu temannya memberinya buah anggur dan oleh ikhwan tersebut dimakannya.

Si Tuan rumah berkata, “Bukankah ini (sambil menunjuk khamer) berasal dari ini (sambil menunjuk buah anggur), lalu kenapa dilarang?!

Si ikhwan tersebut menjawab; “Apakah kamu sudah berkeluarga dan punya anak perempuan?”

“Sudah,”  jawab tuan rumah.

“Bisakah kamu panggil Istrimu dan anak perempuanmu?!”

“Baiklah.”

“Bolehkah kamu menikahi Anak perempuanmu ini?”

“Jelas tidak boleh.”

“Kenapa, bukankah ini (sambil menunjuk anak perempuannya) berasal dari ini (sambil menunjuk istrinya)?”