‘Lebih Baik Pemimpin Kafir Namun Tidak Korupsi, Daripada Pemimpin Islam Namun Korupsi’

‘Lebih Baik Pemimpin Kafir Namun Tidak Korupsi, Daripada Pemimpin Islam Namun Korupsi’, begitulah jargon yang selalu diangkat oleh non-Muslim, anti-Islam, kaum liberal, golongan kiri dan sebagainya di Indonesia supaya umat Islam tidak memilih pemimpin-pemimpin dari agamanya sendiri.

Fanspage Habib Rizieq Menjawab memuat sebuah bantahan atas jargon yang sering kita dengar itu. Berikut jawabannya:

Sebelum jargon ini diangkat tentu sudah di-blow-up segala kasus-kasus korupsi yang melibatkan tokoh-tokoh Islam apalagi dari parpol Islam.

Walaupun banyak diantaranya skalanya sebetulnya tidak besar-besar amat, pasti berita kasus korupsi yang melibatkan tokoh Islam apalagi dari parpol Islam akan setiap hari di blow-up dan diulang-ulang di Kompas, Metro TV dan sejenisnya. Sementara kasus-kasus korupsi yang banyak diantaranya skalanya “mega trilyunan” dan melibatkan orang-orang semacam: Eddi Tansil, Hartati Murdaya (Ketua Walubi), Sjamsul Nursalim alias Liem Tek Siong, Sherny Konjongiang, David Nusa Wijaya, Samadikun Hartono, Maria Pauline, Hendra Rahardja alias Tan Tjoe Hing, Djoko Chandra alias Tjan Kok Hui, Dewi dan Anton Tantular, Sukanto Tanoto, Sengman Tjahja, Basuki, Elizabeth Liman, Yudi Setiawan, Artalyta Suryani alias Ayin dan sangat banyak lagi non-Muslim lainnya, beritanya selalu ditutup-tutupi, kalaupun “terpaksa” disiarkan beritanya sedikit saja alias dikecil-kecilkan.

Media sekuler melakukan semua ini tujuannya untuk menanamkan “imej” di kepala umat Islam bahwa… “Kalau orang Islam itu pasti korupsi, tokoh Islam pasti korupsi, parpol Islam pasti korupsi. Maka itu pilihlah orang bukan Islam, tokoh agama lain yang bukan Islam, yang berasal dari parpol sekuler macam PDIP dan sebaginya.”

Padahal di situ (PDIP) aksi korupsinya justru terbukti yang paling dahsyat!

Mengapa kita harus memilih pemimpin Muslim walaupun berakhlak kurang baik (bukan total tidak baik), dibandingkan memilih pemimpin non Muslim yang berakhlak lebih baik?

Jelas lebih baik dipimpin oleh muslim walau akhlaknya kurang baik (bukan tidak baik ya, atau absolut tidak baik). Mengapa? Karena pemimpin Muslim yang kurang berakhlak baik, pastinya (walaupun akhlaknya kurang baik) mereka dalam menentukan kebijakan pemerintahannya masih berpihak kepada Islam dan sesuai dengan ajaran Islam, kecuali kaum liberal.

Dan juga, setiap Muslim harus tahu bahwa ,”Islam adalah agama sempurna, tapi Muslim tidak selalu sempurna.”

Sekali lagi, “Islam adalah agama sempurna, tapi Muslim tidak selalu sempurna.”

Camkan ini!

Nah, kalau pemimpin yang non-Muslim (kafir), sebaik-baiknya akhlak pemimpin non-Muslim, pastinya mereka dalam menentukan kebijakan pemerintahannya tidak akan berpihak terhadap Islam.

Contohnya? Banyak!

  1. Pelarangan jilbab dengan alasan tidak seragamlah dan sejenisnya
  2. Warung makan, diskotik dan lain-lain tetap buka dan bebas dibulan Ramadhan
  3. Acara televisi yang bebas, prostitusi dibiarkan, segala kemaksiatan dibiarkan
  4. Malam takbiran dilarang, sementara pesta malam tahun baru diadakan dan difasilitasi besar-besaran
  5. Bantuan untuk masjid, majelis ta’lim dan lembaga-lembaga Islam pasti dipangkas, bantuan untuk gereja dan lembaga-lembaga non-Islam dan lain-lain diperbanyak
  6. Pelarangan berdagang hewan kurban di masjid, sekolah dan lain-lain. Tradisi Muslim yang selama ratusan tahun aman-aman saja di Jakarta, begitu Jakarta dipimpin oleh orang kafir walau belum dilantik saja dia sudah berani ngusik-ngusik.
  7. Lurah-lurah Muslim diganti non-Muslim dengan kedok “lelang jabatan”
  8. Kepala-kepala sekolah negeri yang Muslim pelan-pelan digeser dan digantikan dengan non-Muslim
  9. Gereja-gereja liar makin dibiarkan, dan dipermudah izin-izin mendirikan gereja di perkampungan-perkampungan Muslim walaupun menyalahi aturan, sementara masjid-masjid dirubuhkan
  10. Busana Muslim di sekolah-sekolah tiap hari Jum’at tidak diperbolehkan.

Dan banyak lagi lainnya, yang jelas bertentangan dan mengganggu umat Islam.

Hal tersebut semua diatas Jelas dilakukan oleh non-Muslim, karena bagi mereka hal tersebut tidak bertentangan dengan agama mereka, karena Hal tersebut tidaklah mengganggu kepentingan mereka, intinya mereka tidak peduli dengan Islam.

Dan inilah yang kita saksikan saat ini. Kita semua harus paham, bahwa sebagian besar kaum non-Muslim di Indonesia, tidak mengingkan azas proporsionalitas terjaga. Yang mereka inginkan adalah dominasi atas mayoritas Muslim di Indonesia. Tidak apa-apa secara populasi umat Islam mayoritas, yang penting arah dan kebijakan pemerintahan pro kepada golongan mereka, itulah target mereka.

Tidak ada pemimpin non-Muslim (kafir) mau dan rela menerapkan kebijakan yang sesuai dengan Islam apalagi menguntungkan Islam. Jangankan skala negara, di perusahaan yang dipimpin non-Muslim pun selalu saja menerapkan kebijakan yang tidak berpihak kepada umat Islam.

Miras tentu dilarang oleh Muslim , namun bagaimana dengan tanggapan pemimpin non-Muslim? Mereka tidak peduli! Dengan entengnya mulut Mereka berkoar,”Kalau gak suka ya gak usah minum.”

Kita ingat ucapan Ahok yang bilang oke-oke aja minum bir asal tidak sampai mabuk, “Itu kan bukan miras (minuman keras), tapi kan bir. Ya tergantung berapa persen alkoholnya dong, kalau bir masih okelah,” kata Ahok di Balaikota Jakarta, Jl Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (22/8/2013).

Ahok juga tidak mempermasalahkan minum bir, asal tidak mabuk.

“Saya kira kalau minum bir gak salah kok, asal gak mabok. Masalahnya kalau dicampur spiritus sama air kelapa, ya tewas,” jelas Ahok.

Padahal hal-hal dan kebiasaan yang buruk bersifat menular! Apa yang ada dibenak kafir (apalagi kafir harbi) bila melihat masjid?

Tentunya ingin segera menggusurnya, dengan alasan-alasan yang mereka buat-buat sendiri, demi menekan umat Islam. Pemimpin liberal pun tidak kalah berbahayanya dibandingkan pemimpin kafir, bahkan lebih berbahaya dibandingkan pemimpin kafir (non-Muslim). Sebut saja contohnya, pelarangan jilbab di kepolisian dan penyebaran kondom di masyarakat!

Jadi, dari sini kita berkesimpulan, pilihlah pemimpin Islam, carilah yang berakhlak yang terbaik dari banyaknya pemimpin yang Islam yang ada.

Ingat, “Islam adalah sempurna, tapi Muslim tidak selalu sempurna!”

Sebaik-baiknya akhlak pemimpin Kafir tidak akan pernah mempedulikan kaum Muslim. Tidak akan membuat kebijakan yang baik untuk Islam. Dan apapun yang terjadi, pemimpin non-Muslim akan selalu membuat hal-hal yang bertentangan dengan Islam.

Dan lagi keunggulan Pemimpin Islam jauh lebih baik dibandingkan pemimpin non-Muslim di Indonesia. Pemimpin Islam terbukti memberikan keleluasaan membangun tempat ibadah agama lain, memberikan hari-hari libur agama lain,dan banyak lainnya.

Bagaimana dengan pemimpin non-Muslim seperti di Eropa? Jilbab saja dilarang di Prancis, belum lagi di banyak negara lainnya.