Mau Tak Mau, Kita Harus Terlibat dalam Da’wah

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.” (Ali Imran:104).

Ayat ini ditujukan kepada siapapun kita, profesi apapun kita. Allah berfirman kepada setiap individu untuk melaksanakannya disesuaikan dengan kemampuan dan persoalan ayang dihadapi masing-masing. Al-Hafizh Ibnu Katsir, menjelaskan bahwa maksud ayat ini adalah Allah menyerukan kepada kita agar kita menjadi sekelompok orang dari umat yang melaksanakan kewajiban da’wah yang memang ditujukan atas setiap muslim.

Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:, “Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya, kalau tidak mampu, hendaklah mengubah dengan lisannya, kalau tidak mampu hendaklah mengubah dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman.” Dan pada riwayat lain, “Dan setelah itu tidak ada iman sedikitpun.”

Pembaca yang budiman.

Da’wah ilallah merupakan kewajiban yang disyari’atkan dan menjadi tanggung jawab yang harus dipikul kaum muslimin seluruhnya. Setiap muslim diharuskan berda’wah sesuai kemampuannya, berpartisipasi dalam menyebarkan Islam ke mana saja dan di mana saja kita berada.

”Kamu semua adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.” (Ali Imran: 110).

Dari firman Allah ini, Allah mengabarkan bahwa DIa akan memberikan predikat kepada kita sebagai ummat terbaik kalau kita memenuhi tiga syarat.

Pertama, menyuruh kepada perbuatan yang ma’ruf . Da’wah tidak sesulit yang kita bayangkan. Di tempat manapun kita berada, kita dapat mengajak orang untuk berbuat kebaikan. Pagi hari di kantor kita dapat mengejak orang untuk shalat duha di musala kantor. Siang hari ketika mendengar adzan zuhur kita dapat mengingatkan teman sebelah untuk bersama-sama salat zuhur. Ketika bersama-sama dalam berjalanan kita dapat mengajak teman seperjalanan untuk menyisihkan uang seikhlasnya untuk disedekahkan kepada fakir miskin di jalanan. Aketika di manapun, kita dapat memulai diri menjadi contoh orang yang suka menyapa, memulai mengucap salam , dan menebar senyuman.

Kedua, mencegah perbuatan yang mungkar. Mencegah kemungkaran, bagi beberapa orang, mungkin terasa lebih sulit dibandingkan dengan  menyuruh perbuatan makruf. Tetapi sesungguhnya tidak selalu demikian. Kita dapat memulainya dengan yang paling ringan dan mudah,a terutama kepada orang-orang terdekat kita. Kalau ada saudara yang menjalin cinta di luar yang diperbolehkan oleh syariat, kita dapat mendekatinya, memahamkan perlahan-lahan dan mencoba menawarkan solusi terbaik. Mungkin ada teman dekat yang suka mengajak ngerumpi, kita dapat mengingatkannya atau mengalihkannya pada pembicaraan lain yang bermanfaat.

Ketiga,  beriman kepada Allah. Beriman adalah meyakini dalam hati, mengucapkan dalam lisan, dan mengamalkannya dalam perbuatan. Dari keyakinan kita yang begitu kuat, ucapan kita menjadi begitu mantap, dan amalan kita menjadi dahsyat. Tentu saja untuk mengajak orang kepada perbuatan makruf dan mencegahnya dari kemungkaran, kiata harus telah memulai dari diri kita. Tanpa banyak member hadiah, tanpa anyak merayu dengan kata-kata indah, apa yang kita sampaikan akan mudah diterima jika kita telah menjadi sosok mukmin yang kuat.

Sekarang dan kapanpun, mari kita tetap terlibat dalam da’wah. Bagi yang merasa belum, mulailah dengan apapun yang kita mampu, dari hal-hal kecil dan paling sederhana. Agar kita tidak mendapat teguran kelak di hari akhir, hanya karena tidak menganggap bahwa da’wah itu wajib lalu tidak terlibat di dalamnya.