Melanggar Peraturan

Melihat gambar di atas, terlintas sebuah pertanyaan di benak saya: Apakah ini manusiawi? Entahlah.

Tapi di kehidupan sehari-hari pun, sering juga kita saksikan tindakan-tindakan melanggar peraturan. Mulai dari peraturan agama, peraturan pemerintah, peraturan orang tua, peraturan  lalu lintas, peraturan kantor, peraturan kampus, peraturan sekolah, dan macam-macam peraturan lainnya. Foto di atas hanyalah 1 dari sekian banyak contoh nyata implementasi dari kalimat “Peraturan dibuat untuk dilanggar”.

Melanggar peraturan di sini adalah yang dilakukan dengan sengaja. Jadi, sudah tau dilarang,  sudah tau tak boleh, masih saja dilanggar. Sebagai makhluk yang tak luput dari salah dan khilaf, kita pun pastilah pernah melanggar peraturan, sebaik apapun diri kita menurut penilaian orang lain. Sudah tau lampu merah artinya berhenti, tapi tancap terus berhubung lagi sepi dan tak ada polisi. Sudah tau tugas dari dosen deadlinenya tanggal sekian, masih saja sengaja ditunda-tunda. Sudah tau shalat waktu shalat telah tiba, masih saja dilalaikan. Dan berbagai jenis “sudah tau-sudah tau” lainnya…

Itulah manusia. Punya hati, tapi tak digunakan untuk memahami. Punya mata tapi tak digunakan untuk benar-benar melihat. Punya telinga, tapi tak digunakan untuk menyimak.

“Sesungguhnya Kami Jadikan untuk [isi neraka Jahanam] kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami [ayat-ayat Allah] dan mereka mempunyai mata [tetapi] tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga [tetapi] tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai” (QS. al-A’raf : 179)

Itu kabar buruknya.

Kabar baiknya, Allah menciptakan manusia dengan potensi fisik dan psikis yang maksimal, bisa berkembang dengan baik. Al Qur’an berulangkali mengangkat derajat manusia dan berulangkali pula merendahkan derajat manusia. Manusia dinobatkan jauh mengungguli alam surga, bumi dan bahkan para malaikat. Allah juga menetapkan bahwa manusia dijadikan-Nya sebagai makhluk yang paling sempurna keadaannya dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain (lihat QS 95:4). Allah menciptakan manusia dengan susunan yang proporsional. Sebagaimana dalam QS 82: 7.

Nah, sebagai makhluk yang diciptakan Allah sebagai makhluk paling canggih, dilengkapi dengan sukma kefasikan dan ketaqwaan, kita tinggal pilih, mau maksimalkan potensi fasik yang sudah tau salah tapi tetap dilakukan, atau potensi taqwa, yang berusaha keras untuk ta’at pada aturan Allah, juga peraturan-peraturan lainnya yang tujuannya tak lain tak bukan adalah untuk kebaikan kita pula.

Well, then. Life is a choice. The choice is in your hand. You do your choice, you also get the risk..

Oleh: Dini Haiti Zulfany, Sekadau, Kalimantan Barat
FacebookTwitterBlog