Mengelola Cinta Seorang Perempuan

Ketika seorang perempuan dikaruniai oleh Allah rasa cinta yang tak berbatas, maka haruskah rasa cinta membutakan mata hati hingga tak terbedakan kebaikan dan keburukan?

“ Katakanlah (Muhammad), jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha pengampun dan Maha Penyayang”. (QS. Al Imraan: 31)

*****

Sore itu Lisa diajak suaminya mengikuti family gathering di kantor suaminya bekerja. Di acara itu para suami mengajak istri untuk ikut serta, sekalian mengikat tali silaturrahim. Lisa semangat sekali kala itu, karena bertemu dengan para istri teman kantor suaminya adalah hal yang menyenangkan juga mengobati rasa jenuh sebab sepanjang hari ia hanya beraktivitas di rumah. Baginya ini kesempatan untuk bersosialisasi, mendengar cerita dan menambah ilmu dari pengalaman mereka mengurus rumah tangga .

Namun kekecawaan meliputi hatinya, ketika suami yang begitu dihormatinya membentak Lisa di depan teman-teman kantor suaminya. Hanya karena Lisa lupa membawa ponsel suaminya yang tertinggal di dashboard mobil. Lisa berusaha meredam emosi suaminya dengan menawarkan diri untuk kembali ke mobil. Tapi suami nya menolak dan memarahi Lisa. Lisa pikir itu hal sepele, apa susahnya jika ia kembali ke mobil untuk mengambil ponsel milik suaminya. Tapi kali itu suaminya bersikap lain dari biasanya. Tak pernah sekalipun ia mendapati suaminya membentak apalagi di depan orang. Ternyata pernikahan yang berjalan hampir 2 tahun tak membuat ia mampu memahami karakter suaminya.

Sesampai di rumah ia mencoba meminta penjelasan dan meminta maaf jika memang ia salah. Tapi suaminya makin menjadi-jadi. Hari-hari berikutnya suaminya bersikap acuh tak acuh. Hanya sesekali mengajak Lisa berbicara jika memang terpaksa. Bahkan mengajak berbicara pun tanpa melihat wajah Lisa. Ia berusaha bertahan, karena cinta Lisa begitu dalam pada suaminya  bahkan ia semakin rajin merapikan rumah, mempercantik diri, dan bersikap lembut.

Suatu kali Lisa sempat memohon kepada suaminya, untuk bersikap sedikit lebih baik padanya, namun hasilnya sia-sia. Bahkan suaminya seringkali bertindak kasar jika beberapa hal sepele ada yang tak dia sukai seperti nasi yang terlalu lembek lah atau jika si kecil menangis di tengah malam yang membuatnya terbangun. Lisa hanya menangis sepanjang malam sambil menggendong si kecil, bertanya-tanya ada apa dengan perubahan suaminya, hanya karena masalah ponsel ataukah ada masalah lain yang suaminya sembunyikan. Kenapa suaminya berbeda dengan awal perkenalan dulu ketika di acara perjodohan yang dihadiri kedua keluarga. Suaminya yang begitu sopan di depan keluarga besar, bersikap lembut pada Lisa. Tapi kini, kenyataan pahit yang harus dihadapi Lisa.

Dan rumah ibu adalah tempat yang membuat ia tenang. Meski ia tak mampu bercerita apapun pada ibunya. Setidaknya ia merasakan suasana yang berbeda dengan rumahnya. Lisa berharap suaminya tersadar dan mau menyeleseseikan permasalahan mereka dengan baik. Ia sangat takut jika suaminya akan meninggalkannya, tidak terbayangkan oleh Lisa untuk membesarkan buah hati mereka seorang diri.

Kini Lisa mulai merasa sangat menyesal, apa yang sudah ia lakukan seolah-olah tak ada arti didepan suaminya.

   *****

Allah menciptakan manusia sebagai sebaik-baik mahluk. Dalam satu paket, mulai dari panca indera, akal sehat, dan naluri untuk merasakan rasa cinta. Manusia membutuhkan akal untuk membuktikan rasa cinta yang dirasakannya. Rasa cinta kepada kedua orang tua, pasangan, anak, saudara, tetangga bahkan kepada lingkungan.

Namun rasa cinta tersebut harus dijaga agar tetap fitrah. Tak jarang sikap orang tua saking cintanya pada si anak, sampai harta yang tak halal pun ia berikan kepada keluarga, agar keinginan si anak atau istri tercukupi. Lalu menilik kisah diatas, rasa cinta yang mendalam seorang istri pada suaminya, sampai ia rela meskipun suami mengasarinya, tetapi ia tetap bertahan dalam memperbaiki rumah tangga nya karena ketakutan yang besar jika suami meninggalkannya. Perlu diingat, perempuan harus menakar rasa cinta sewajarnya. Pastikan rasa cinta yang berlebih itu untuk Allah, dan rasa cinta yang sewajarnya itu hanya karena Allah.

Rasa cinta harus dirawat dan di pupuk dengan pengertian. Agar cinta tak salah tempat dan melebihi takaran yang seharusnya. Berikut beberapa aktivitas sederhana untuk merawat rasa cinta seorang perempuan agar sesuai dengan tuntunan Allah SWT.

 

  •   Menakar Rasa Cinta

Mungkin kisah Lisa tak asing di telinga kita, kejadian yang semacam atau versi-versi lain yang seringkali  dihadapi sahabat muslimah. Kisah ini membuktikan bahwa Allah yang Maha membolak-balik kan hati setiap hamba-Nya. Mungkin di awal perjumpaan terkesan bersikap manis, namun selang beberapa bulan mulai menunjukkan keanehan sikap. Dan hari-hari selanjutnya rumah tangga diisi saling tak tegur sapa atau sikap sinis pasangan.

Dalam proses membangun rumah tangga, yang patut kita sadari adalah selama masih berstatus seorang istri, maka kita wajib menghormati dan menjaga harga diri serta aib keluarga.

Dimasa-masa awal pernikahan kita wajib mengatur naluri rasa cinta yang timbul atas karunia  Allah, karena rasa tersebut harus ditempatkan di posisi yang wajar, artinya tidak berlebihan dalam mencintai, baik mencintai anak, istri, orang tua, sahabat atau kencintaan  duniawi lainnya, sehingga kadar cinta tersebut tidak melebihi kadar cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya.

Mengendalikan rasa cinta ini perlu diasah setiap waktu agar rasa cinta tidak diambil alih kendali oleh setan. Berhati-hatilah, jika muslimah mulai melakukan sesuatu hal untuk menarik lawan jenis atau ingin dipuji, mungkin itu tanda-tanda rasa cinta akan diambil alih oleh setan.

“Katakanlah, Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, istri-istri mu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusanNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk bagi yang orang-orang yang fasik.” (QS. At Taubah : 24)

 

  •   Cinta = Ujian

Dunia merupakan tempat bertemu dan berpisahnya ruh dengan jiwa. Segala proses kehidupan manusia selalu berkaitan dengan dunia. Selama kita masih berstatus sebagai penduduk dunia maka akan  sering kita temui salah satu penyakit hati yang paling mudah merasuki jiwa seorang perempuan yaitu “cinta dunia”. Cinta dunia adalah ujian terberat seorang perempuan yang disebabkan oleh  rasa cinta yang berlebihan terhadap hal   yang bersifat duniawi yang tak sejalan dengan tuntunan Allah atau rasa cinta terhadap duniawi lebih besar dari pada cinta-Nya kepada Allah  dan Rasul-Nya. Seorang perempuan dapat  dikatakan golongan “Cinta Dunia” adalah ketika ia melakukan sesuatu bukan karena Allah. Bermacam-macam contoh, misalnya tamak akan harta, mencintai pasangan secara berlebihan hingga mengorbankan diri sendiri dan segala hal yang membuat kita lupa akan ke-Esa-an Allah.

 ”Dan diantara manusia ada yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan yang merekai cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat), behwa kekuatan itu semua milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka akan menyesal)”. (QS Al Baqoroh :165)

“Yang demikian itu disebabkan karena mereka lebih mencintai kehidupan di dunia daripada di akhirat, dan Allah tidak memberi petunjuk bagi kaum yang kafir”. (QS An Nahl:107)

Cinta dapat dengan mudah menghancurkan harga diri seorang perempuan. Imanlah yang membuat harga diri tersebut tetap terjaga. Muslimah jangan mudah terlena oleh rayuan setan. Karena cinta yang awalnya karunia, mudah saja berubah menjadi cobaan sebab cinta adalah ujian yang harus dijaga kemurniannya.

Yang perlu disadari bahwa seseorang mengasihi dan berlaku baik pada kita, itu karena kehendak Allah. Maka wajib kita mencintai Allah yang Maha Menurunkan Rahmat-Nya sehingga membuat orang lain mengasihi kita.

“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kapadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu..” (QS. Al Qashash : 77)

 

  • Meraih Cinta-Nya

Jika manusia tidak mempunyai ilmu, ibaratnya tak ada pegangan untuk melangkah. Tentu saja bukan sembarang melangkah, melainkan melangkah untuk kebaikan berdasarkan syariatNya. Begitu juga dalam mengelola cinta, Allah mewajibkan manusia untuk berilmu sehingga apa yang ia lakukan di dunia membawa kebaikan untuk sesama. Sebaliknya jika salah kaprah dalam pengelolaahnya, maka cinta kan mendatangkan keburukan.

Maka raihlah cinta Allah untuk mendatangkan kebaikan di dunia, dengan cara:

  1. Selalu istiqomahkan istighfar di lisan hingga hati mentafakurinya meski dalam diam, itulah salah satu pintu menggapai pertaubatan. Muhasabah diri atas kesalahan dalam mengelola cinta, hingga tuntunan Allah terabaikan.
  2. Sabar jika ujian menempa, karena kekuatan iman akan semakin kokoh jika tempaan dalam mengelola cinta dapat kita hadapi.
  3. Ikhlas, apapun yang Allah berikan adalah takdir Allah. Dengan ikhlas, maka Allah akan menjernihkan mata hati hingga kita dapat membaca hikmah dibalik hikmah yang terselubung. Karena keikhlasan memberikan ketenangan pada seorang perempuan, agar mampu mengelola cinta dengan benar.
  4. Allah senang jika hamba-Nya meminta kepada-Nya. Bukankah doa adalah senjata orang mukmin, maka untuk menguatkan iman agar muslimah mampu meraih cinta-Nya, selalu meminta untuk dapat memaknai rasa cinta supaya tak salah arah.

“Dan ketahuilah bahwa ditengah-tengah kamu Rasulullah. Kalau dia menuruti (kemauan) kamu dalam banyak hal, pasti kamu akan mendapat kesusahan. Tetapi Allah menjadikan cinta kepada keimanan, dan menjadikan (iman) itu indah dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang yang mengikuti jalan lurus, sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” (QS. Hujurat:7)

Semoga menjadi penyemangat setiap muslimah untuk belajar menjaga, mengelola dan meniatkan rasa cinta hanya karena Allah semata, agar cinta sejati-Nya lah yang kelak didapatkan.