Panduan Menghafal Al Qur’an (2)

Masalah ke-3:

Memelihara membaca Al Qur’an pada waktu malam. Hendaklah seorang penghafal Al Qur’an lebih banyak membaca Al Qur’an pada waktu malam dan dalam sembahyang malam. Allah berfirman:  “…diantara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sholat). Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) berbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang sholeh. (QS Ali Imran: 113-114)

Diriwayatkan dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa baginda bersabda: “Sebaik-baik lelaki ialah Abdullah, seandainya di sembahyang pada waktu malam.”

Dalam hadits lainnya dalam kitab Shahih disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Wahai Abdullah, janganlah engkau menjadi seperti si fulan; dia kerjakan sembahyang malam, kemudian meninggalkannya.”

Diriwayatkan oleh Thabrani dan lainnya dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu ‘Anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam baginda bersabda: “Kemulian orang mukmin adalah sembahyang di malam hari.”

Banyak hadits dan atsar diriwayatkan berkenaan dengan hal ini.

Diriwayatkan dari Abu Ahwash Al Jusyami, katanya: “Ada orang mendatangi sebuah kemah pada waktu malam. Dia mendengar suara dari penghuninya seperti dengungan lebah. Katanya: “Kenapa mereka merasa aman dari apa yang ditakutkan oleh orang lain?”

Diriwayatkan dari Ibrahim An-Nakha’I bahwa dia berkata: “Bacalah Al Qur’an pada waktu malam, walaupun lamanya seperti memerah susu kambing.”

Diriwayatkan dari Yazid Ar-Raqasyi, katanya: “Jika aku tidur, kemudian aku terbangun, kemudian aku tidur, maka kedua mataku tidak dapat tidur.”

Saya (An Nawawi) katakan: “Sesungguhnya sembahyang malam dan membaca Al- Qur’an ketika itu amat diutamakan karena ia lebih menyatukan hati dan lebih jauh dari hal-hal yang menyibukkan dan melalaikan. Di samping itu ia lebih mampu menjaga dari riya’ dan hal-hal lain yang sia-sia. Dan ia menjadi sebab timbulnya kebaikan-kebaikan pada waktu malam.”

Sesungguhnya Isra’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terjadi pada waktu malam. Disebut di dalam hadits: “Tuhanmu turun setiap malam ke langit dunia ketika berlalu sepertiga malam yang awal, kemudian berkata: “Aku adalah Raja (2x), siapa yang memohon dari-Ku maka Aku perkenankan.”

Diriwayatkan dalam hadits bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Pada waktu malam ada suatu saat di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabulkan doa setiap malam.”

Diriwayatkan oleh penulis Bahjatul Asraar dengan isnadnya dari Sulaiman Al-Anmathi, katanya: “Aku pernah melihat Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu dalam mimpi berkata: “Kalau bukan karena orang yang sembahyang di malam hari dan lainnya puasa pada waktu siang. Niscaya bumimu telah digoncangkan dari bawahmu karena kamu kaum yang buruk dan tidak taat.”

Ingatlah bahwa keutamaan sembahyang malam dan membaca Al Qur’an ketika itu akan menghasilkan sesuatu dan tercapainya yang sedikit dan yang banyak. Semakin banyak hal itu dilakukan, semakin baik, kecuali jika meliputi seluruh malam karena yang demikian itu makruh dan boleh membahayakan dirinya.

Hal yang menunjukkan tercapainya keutamaan itu dengan amalan sedikit ialah hadits Abdullah bin Amrin Ibnu Al-Ash Radhiyallahu ‘Anhu, katanya: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Barangsiapa sembahyang malam dan membaca sepuluh ayat, dia tidak ditulis (dimasukkan) kedalam golongan orang yang lalai. Barangsiapa yang sembahyang dengan membaca seratus ayat, dia ditulis dalam golongan orang yang taat. Dan barangsiapa yang sembahyang membaca seribu ayat, dia ditulis ke dalam golongan orang yang berlaku adil.” (Riwayat Abu Dawud dan lainnya)

Ats Tsa’labi menceritakan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu, katanya: “Barangsiapa sembahyang dua rakaat pada waktu malam, lalu dia bermalam dalam keadaan sujud dan berdiri menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Masalah ke-4:

Perintah memelihara Al Qur’an dan peringatan agar tidak melupakannya.

Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari Radhiyallahu ‘Anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, baginda bersabda: “Peliharalah Al Qur’an ini. Demi Tuhan yang nyawa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh dia lebih mudah lepas dari unta dalam ikatannya.” (Riwayat Bukhari & Muslim)

Diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya perumpamaan penghafal Al Qur’an adalah seperti unta yang terikat. Jika dia memperhatikan unta itu, dia boleh menahannya. Dan jika dilepaskan, ia akan pergi.” (Riwayat Bukhari & Muslim)

Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, katanya: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Ditunjukkan kepadaku pahala-pahala umatku hingga (pahala) kotoran yang dikeluarkan seseorang dari Masjid. Dan ditunjukkan kepadaku dosa-dosa umatku. Maka tidaklah kulihat dosa yang lebih besar daripada surah atau ayat dari Al Qur’an yang dihafal oleh seseorang, kemudian dilupakannya.” (Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi)

Hadits ini dipersoalkan derajat dan kedudukannya.

Diriwayatkan dari Sa’ad bin Ubadah dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, banginda bersabda: “Barangsiapa membaca Al Qur’an, kemudian melupakannya, dia berjumpa dengan Allah Azza wa Jalla pada hari kiamat dalam keadaan sedih yang amat.” (Riwayat Abu Dawud dan Ad-Darimi)

Masalah ke-5:

Orang yang tertidur sebelum membaca wiridnya.

Diriwayatkan dari Umar bin Al-Khatab Radhiyallahu ‘Anhu, katanya: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa tertidur sebelum membaca hizibnya pada waktu malam atau sebagian dari padanya, kemudian membacanya antara sembahyang Fajar dan sembahyang Zuhur, maka dia ditulis seolah-olah membacanya pada waktu malam.” (Riwayat Muslim)

Diriwayatkan dari Sulaiman bin Yasar, katanya: “Abu Usaid Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Semalam aku tertidur sebelum membaca wiridku sehingga pagi. Apabila tiba waktu pagi, aku mengucapkan istirja’ (Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun). Wiridku adalah surah Al-Baqarah. Kemudian aku bermimpi seolah-oleh seekor lembu menandukku.” (Riwayat Ibnu Abi Dawud)

Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya dari salah seorang penghafal Al Qur’an bahwa pada suatu malam dia tertidur sebelum membaca hizibnya kemudian dia bermimpi seolah-olah ada orang berkata kepadanya: Aku heran pada tubuh yang sehat, Dan pemuda yang tidur sehingga pagi.

Sedang kematian tidak boleh dihindari kedatangannya,

Bahkan di kegelapan malam pun ia mungkin akan tiba.

Imam An Nawawi