‘PMS’ Bukan Bahan Bercanda!

Akhir-akhir ini sering muncul meme comic di sebuah media sosial yang menceritakan sikap para perempuan saat PMS atau menjelang haid. Pada saat menjelang haid, kebanyakan perempuan menjadi mudah marah. Sedikit saja masalah bisa menjadi sebuah masalah besar yang kalau dipikir-pikir hanya hal sepele yang tidak penting.

Menjelang haid dalam tubuh perempuan memang terjadi berbagai macam perubahan. Salah satunya adalah perubahan hormonal yang menyebabkan perubahan tingkat emosi. Bila biasanya stabil, bila menjelang haid menjadi sensistif dan mudah tersinggung. Ini hal manusiawi, namun bukan lelucon. Sekali lagi bukan lelucon.
Munculnya berbagai meme bertemakan PMS kini seolah menjadi hal yang biasa. Tidak jarang yang membuat meme tersebut adalah kaum adam yang selama ini merasa menjadi ‘korban’ atas kelabilan emosi perempuan.

Namun sadarkah kita bahwa fenomena ini adalah sebuah tanda ketidakterjagaan kita mulai mewabah. Haid bukanlah hal yang boleh sembarang orang tahu. Apalagi yang bukan mahram. Munculnya fenomena meme PMS ini seharusnya membuat kita sadar bahwa ada ‘aurat’ yang mulai terbiasa dibuka untuk umum.

Menjadi hal lumrah yang bukan masalah bila semua orang tahu.
Padahal pada saat haid seorang perempuan menjadi begitu labil secara emosi dan ruhiyah. Secara emosi, hormone dalam tubuh tidak seperti biasanya. Dari segi ruhiyah, ada beberapa ibadah yang biasanya bisa dilakukan kini untuk beberapa saat tidak boleh dilakukan.

Lalu siapa yang harus disalahkan? Tidak ada yang harus disalahkan. Ini menjadi evaluasi kita bersama. Mau menyalahkan para kaum adam yang iseng membuat meme, namun pada kenyataannya masih banyak perempuan yang dengan santainya update status tentang kondisinya yang sedang haid. Lalu bagaimana jalan tengahnya?

Salah satu jalan yang bisa kita lakukan adalah saling menjaga. Bagi para perempuan, cobalah bersikap biasa saja saat haid atau sebelumnya. Kalau pun ada keluhan sakit, berusahalah untuk tidak mengeluh kepada yang bukan mahram. Tidak perlu semua orang tahu apa yang sedang kita rasakan.

Kepada kaum adam, bagi kami para perempuan, ini adalah ‘aurat’ yang harus kami jaga. Tidak perlulah semua orang tahu. Tidak perlu juga kalian tahu, kecuali memang diharuskan misalnya menyangkut profesi seorang dokter.

Bukankah masih begitu banyak masalah ummat yang bisa kita menunggu tangan kita? Dan ‘urusan perempuan’ yang satu itu tidak perlu menjadi salah satu masalah genting yang harus semua orang pikirkan. Mari lebih amanah menggunakan nikmat Allah.