Sekali Lagi Tentang Syukur

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)

Ada dua jenis muslim di dunia ini, pertama mereka yang selalu bersyukur bila diberi kenikmatan serta mampu bersabar bila diberikan musibah dan cobaan. Kedua, mereka yang dalam hidupnya selalu saja merasa kurang. Kurang cantik, kurang kaya, kurang pandai, kurang putih, dan lain sebagainya.

Muslim golongan yang pertama begitu dekat dengan sifat qana’ah. Qana’ah dapat diartikan sebagai merasa cukup dan rela atas rejeki dari Allah SWT. Bagaimana dengan kemiskinan? Bukankah itu juga merupakan pemberian Allah? Ya, meskipun Islam menganjurkan umatnya untuk kaya namun ada kalanya kemiskinan itu menjadi sebuah episode kehidupan yang harus dilalui. Allah ingin melihat apakah sifat qana’ah itu masih melekat dalam hatinya atau hilang bersama hilangnya harta.

Lalu bagaimana seorang muslim seharusnya bersikap qana’ah? Apakah dengan pasrah menerima keadaan seminimal apapun?

Bersyukur dan Menerima Apa yang Ada

Ini bukan hal yang mudah. Apalagi di era medsos ini, semua orang bebas menunjukkan apapun yang dipunyai. Tanpa rasa syukur, setiap apapun yang dimiliki oleh saudara kita, akan menjadi hal yang menyakitkan hati kita.

Ikhtiar untuk merubah keadaan.

Tentu kita masih ingat perintah Allah dalam Alquran surat Ar Rad Ayat 11. Bahwa Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, melainkan mereka merubah keadaannya sendiri. Bersyukur dan menerima bukan berati lalu pasrah seperti apapun keadaan yang sedang dialami.

Meminta kepada Allah

Allah adalah tempat berdoa dan meminta. Bersabar dengan keadaan bukan berarti tidak meminta kepada Allah untuk memberikan berkah yang lain dalam hidup. Jangan sampai kita menjadi hamba sombong yang tidak mau meminta dan berdoa kepada Allah.

Tawakal dan Tidak Tergiur Nikmat Dunia

Nikmat dunia hanyalah sementara bila dibandingkan dnegan nikmat akhirat yang kekal selamanya. Salah satu wujud dari sifat qana’ah adalah tidak tergiur oleh dunia. Meletakkan dunia di tangan, bukan di hati.

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (Surah Al-An’Am ayat 32)