Fobia pada Ular

“Ofidiofobia atau Ophiophobia” merupakan salah satu jenis fobia yang spesifik yaitu rasa takut akan ular. Takut akan ular merupakan salah satu fobia yang tergolong paling umum ditemui, tetapi “lucunya” banyak dari “penderita” tersebut terkadang tidak pernah melihat seekor ular secara secara langsung. Jadi bagaimana rasa takut ini dapat dihasilkan?

Rasa takut dan rasa benci akan ular biasanya merupakan ketakutan yang “irasional”. Ketika kita merasa takut akan sesuatu, jika sekali tertanam maka akan sulit untuk mengubahnya.

Salah satu contoh peristiwa yang dapat menunjukkan rasa takut yang “dapat dibuat”, ketika orang tua atau “figur yang dihormati” oleh anak-anak sedang melihat anak-anak tersebut melihat atau memegang seekor ular, tanpa banyak kata langsung akan memberitahukan mereka kalau semua ular itu berbisa dan berbahaya. Dan beberapa alasan “semu” yang memperkuat ketakutan “irasional” tersebut :

1. Ular hewan yang berlendir dan berminyak
Terkadang kita dianjurkan untuk tidak memegang kulit dari “si ular” yang terlihat “berlendir dan berminyak”, ditambah fakta bahwa ular tinggal di pohon-pohon dan di tanah yang cenderung sering bersinggungan dengan sampah, daun, dan bahkan kotoran sehingga dapat menimbulkan penyakit. Tetapi kenyataannya kulit “sisik” ular kulit itu kering bahkan mereka selalu “mengganti” sisik mereka dengan yang baru. Sisik yang terdapat pada ular juga tergantung pada lingkungan dimana ular itu hidup, sehingga akan menimbulkan kesan yang berbeda juga. Sisik pada ular juga terkadang memiliki warna “mengkilau” yang dapat membuat orang berasumsi bahwa kulit mereka basah, licin, atau berminyak.

2. Ular tidak berkedip dan berjalan merayap
Ketika rasa takut itu datang, rata-rata orang beranggapan bahwa ular merupakan hewan aneh karena mereka tidak dapat “berkedip” bahkan berjalan dengan perutnya. Kenyataannya sekitar 120 juta tahun yang lalu, beberapa ilmuan beranggapan bahwa spesies kadal yang hidup di bawah tanah mengalami evolusi tidak hanya kehilangan kaki bahkan mereduksinya kemampuan melihat mereka dan digantikan dengan memiliki membran “pembungkus mata”, diiringi meningkatnya kemampuan “merasakan” yang lebih peka terhadap kondisi lingkungan seperti apa pun.

Tetapi Lucunya banyak dari “penderita” tersebut terkadang tidak pernah melihat seekor ular secara secara langsung

Gejala Ofidiofobia
Takut akan ular terkadang sulit untuk didiagnosa, karena gejala dapat bervariasi pada masing-masing penderita. Jika penderita termasuk dalam Ofidiofobia ringan maka si penderita mungkin hanya takut dengan ular yang tergolong besar atau ular beracun. Sedangkan jika termasuk dalam fobia berat mungkin rasa takut mulai muncul ketika meilhat ular kecil, bahkan mungkin takut untuk melihat foto bahkan program televisi yang menayangkan ular. Gejala yang dapat ditimbulkan seperti badan gemetar, menangis, jantung berdebar, kesulitan bernapas, atau bahkan melarikan diri jika mengalami perjumpaan langsung dengan ular. Jika penderita juga memiliki rasa takut akan bangsa kadal seperti Cicak, Biawak, sampai Komodo maka fobia tersebut dikatakan sebagai Herpetofobia.

Efek dari Ofidiofobia
Menjadi gugup itu merupakan hal yang normal ketika sedang dihadapkan oleh seekor ular yang jarang dilihat. Tetapi jika “rasa mitos umum” yang muncul mendominasi ketika berhadapan dengan ular, seperti halnya gugup karena berfikir kalau ular itu berlendir atau takut kalau badan kita akan hancur ketika dililit oleh ular maka Ofidiofobia tersebut dapat dikatakan berbahaya. Seiring berjalannya waktu, ketika penderita akan mulai takut akan hal-hal yang tidak secara langsung berhubungan dengan ular. Sebagai contoh kecil, penderita mungkin menjadi takut terhadap toko hewan peliharaan yang tidak semua dari mereka menawarkan ular untuk dijual, penderita lebih menghindari kegiatan berkemah atau hiking, atau bahkan untuk mengunjungi kebun binatang.

Memperlakukan Ofidiofobia
Perawatan yang dapat dilakukan bagi penderita fobia akan ular didasarkan pada teknik terapi “perilaku” yang berkelanjutan. Kita dapat memulainya dengan menanamkan pandangan baru tentang ular kepada penderita dan bertanya apa yang membuat penderita memiliki rasa takut tersebut.

Dilanjutkan dengan menunjukkan foto-foto ular secara bertahap untuk membangun rasa percaya diri sampai pada dengan perjumpaan langsung dengan ular kecil dalam konteks “kondisi yang terkendali”.

Hipnosis juga terkadang digunakan untuk membantu relaksasi bagi si penderita.

 

Dari Bigslimcute Ndee dalam Forum Deric Education

Oleh: Wahyu Ramdhan Wijanarko, Depok
FacebookTwitter Blog