Subuh: Tonggak Kejayaan Islam

Umat Islam kini terpuruk. Umat yang awalnya gagah, kini lemah lantaran dilemahkan. Diserang dari berbagai sisi. Baik pemikiran, ekonomi, budaya hingga politik. Hal ini terjadi karena mereka kehilangan kesejatiannya. Islam tinggal KTP, Al Qur’an hanya dijadikan koleksi. Meskipun kita tidak memungkiri, ada sebagian umat yang senantiasa bekerja agar Islam yang mulia kembali berjaya, seperti dahulu di awal kedatangannya.

Kejayaan umat terdahulu terjadi lantaran adanya Pahlawan-pahlawan Subuh yang senantiasa terjaga di sepanjang malamnya. Mereka hanya tidur sejenak untuk mengembalikan stamina dan kembali terbangun, untuk bercengkerama dengan kekasih sejatinya, Allah Subhanahu wa Ta’alaa. Hasilnya, mereka menjadi generasi yang kuat secara fisik, cerdas secara emosional dan jernih secara nurani. Inilah generasi terbaik yang nyaris tidak banyak kita jumpai tandingannya di abad 21 ini.

Oleh karenanya, umat yang tertidur ini perlu segera dibangkitkan. Mereka harus dibangunkan untuk kembali menapaki jalan kejayaan itu. Harus ada upaya menyeluruh yang mesti dilakukan agar jatidiri Islam yang sesungguhnya bisa kembali menemukan momentum kejayaannya. Salah satunya dengan menyadarkan umat tentang pentingnya Shalat Subuh berjamaah di awal waktu sebagai tonggak bangkitnya kekuatan umat islam.

Keberkahan  Subuh diawali dengan shalat sunnah sebelum subuh yang lazim disebut dengan shalat fajar. Hanya dua rokaat namun diganjar dengan dunia dan seisinya, bahkan lebih baik lagi. Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, Rasulullah bersabda, “Dua rokaat fajar (shalat sunnah sebelum subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya” (HR Muslim). Dari hadits ini kita bisa menyimpulkan, bahwa mereka yang menjalankan shalat sunnah sebelum subuh, telah diganjar kebaikan (pahala) oleh Allah senilai dunia dan seisinya, bahkan lebih baik lagi. Meskipun, bisa jadi para Pahlawan Subuh itu adalah golongan yang miskin secara materi, dalam pandangan manusia.

Setelah dua rokaat barokah itu, Rasulullah menganjurkan kita untuk mengisi waktu antara adzan dan iqomah dengan memperbanyak istighfar. Istighfar adalah kekuatan yang dijanjikan berjuta kebaikan bagi siapa yang mengamalkannya. Dalam surah Nuh ayat 10-12, Allah berfirman, “Maka aku (Nuh) katakan kepada mereka (kaumnya): ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu,’ sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”

Ayat di atas adalah janji dari Sang Maha Suci, bahwa Istighfar tidak saja berbuah pengampunan atas dosa yang terlanjur kita lakukan, melainkan juga akan diberi ganjaran berupa kemelimpahan rejeki dalam bentuk hujan yang menyuburkan tanaman, keberkahan anak yang mengundang banyaknya rejeki dan aneka bentuk kemakmuran duniawi lainnya.

Subuh adalah limpahan pahala dari Sang Maha. Dalam sebuah hadits diriwayatkan, “Barangsiapa melangkahkan kakinya dalam kegelapan untuk menunaikan sholat Subuh dan Isya’, maka Allah akan meneranginya kelak di alam akhirat.” Dalam riwayat lain disebutkan pula, “Barangsiapa yang melaksanakan shalat Isya’ berjamaah maka ia seperti melaksanakan shalat sunnah setengah malam. Sedangkan mereka yang melaksanakan shalat Subuh berjamaah maka ia seperti melaksanakan shalat sunnah semalam suntuk” (HR Abu Daud dan At Tirmidzi).

Sedangkan Imam Muslim menegaskan dalam salah satu riwayatnya, “Tidak akan masuk neraka orang yang shalat sebelum terbit matahari (Subuh) dan sebelum terbenam matahari (Ashar).” Hadits ini selayaknya kita jadikan tiket yang akan senantiasa kita perbanyak jumlahnya, agar Allah benar-benar memasukkan kita ke dalam golongan Pahlawan Subuh yang akan diberi pahala surga.

Subuh adalah pembeda antara Mukmin dan Munafik. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya’ dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya (berjamaah di masjid) sekalipun dengan merangkak” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Umat Islam tidak akan kembali berjaya selama jama’ah shalat Subuh tidak sebanyak jama’ah shalat Jum’at. Maka, Subuh adalah janji tentang bangkit dan tidaknya umat ini. Jika sekarang umat Islam terpuruk, sejatinya penyebabnya adalah karena umat Islam yang mulai meninggalkan shalat Subuh berjama’ah di Masjid atau Mushola.

Oleh karena itu, musuh islam tidak henti-hentinya melancarkan serangan agar umat Islam selalu berada dalam  subuh yang kesiangan. Karena mereka faham, benarnya subuh umat Islam adalah runtuhnya kejayaan (semu) mereka. Kitapun akhirnya disuguhi dengan berbagai macam tontonan yang membuat kita tidur larut malam dan bangun ketika matahari telah naik.

Keberkahan subuh belum berakhir sampai di sini, ketika dua rokaat itu telah didirikan dengan sempurna. Melainkan berlanjut sampai waktu setelahnya. Dimana Rasulullah bersabda, “Barangsiapa shalat subuh dengan berjamaah kemudian duduk berdzikir hingga terbit matahari (dan meninggi), kemudian shalat dua rokaat, maka baginya seperti pahala haji dan umrah yang ditunaikan dengan sempurna… dengan sempurna… dengan sempurna!” (HR Tirmidzi)

Sejatinya, anugerah Allah begitu melimpah ruah. Bahkan, dari waktu subuh yang menyapa kita setiap hari terkandung di dalamnya berjuta pahala dan kebaikan. Hingga kita yang belum mampu melakukan ibadah haji dan umrah di tanah suci sekalipun, bisa dianugerahi pahala keduanya manakala kita mengoptimalkan waktu subuh dalam ketaatan. Memanfaatkan waktu tersebut untuk Ruku’, Sujud, Dzikir dan Tilawah Al Qur’an.

Akhirnya, benarlah doa yang disampaikan oleh Rasulullah, “Ya Allah, berkahilah umatku di pagi harinya” (HR Tirmidzi, Abu Dawud, Ahmad dan Ibnu Majah). Karena mereka yang bangun subuh tentunya mempunyai lebih banyak waktu untuk sekedar belajar, menyiapkan sarapan, menyiapkan berkas-berkas kantor ataupun berolahraga agar fisik lebih sehat. Sedangkan mereka yang malas, memilih melanjutkan tidur dan baru terbangun ketika ayam telah kenyang dan mentari telah meninggi.