Sudah Sejauh Mana Kita Melangkah?

Sejenak saja coba kita telusuri jejak kehidupan kita. Semenjak dilahirkan ke dunia sampai detik ini, sudah sejauh apa kita melangkah? Apa saja yang telah kita perbuat untuk kemaslahatan baik diri sendiri maupun orang lain? Sejarah apa saja yang telah kita torehkan?

Mari rehat sejenak, introspeksi diri kita. Mungkin kita telah terlalu tergesa-gesa dalam melangkah atau malah sebaliknya. Sadar atau tidak dalam hidup ini jika kita tak menoleh ke belakang kita tak tahu cara melangkah ke depan. Walau sampai sejauh ini kita tetap melangkah ke depan, tapi apakah kita yakin telah melangkah dengan benar? Penggalan-penggalan kisah masa lalu memberi kita pelajaran untuk bersikap lebih arif dan bijak, sayangnya mozaik-mozaik sejarah ini kadang hanya terlewat dan terlupakan begitu saja. Mari merenung, sampai sejauh hidup kita sekarang apa saja kesuksesan dan kegagalan yang kita peroleh? Perbuatan benar apa saja yang telah kita lakukan? Bagaimana dengan perbuatan-perbuatan salah? Bisakah kita menulisnya di atas kertas sekarang?

Dalam sebuah buku yang ditulis Ustadz Anis Matta, menyebutkan pentingnya melakukan pemberhentian sejenak. Berhenti sejenak untuk menguatkan kembali tekad dan memperkokoh visi-visi yang telah kita tancapkan. Sejak awal memulai langkah (baca: sejak menyadari tujuan hidup), kita telah membangun impian dan berusaha sekuat tenaga dan hati untuk meraihnya, namun badai kehidupan telah mendera hidup kita dan menyebabkan jiwa-jiwa yang kokoh kehilangan pijakan. Mari azzamkan sekali lagi visi-visi hidup kita dengan mengingat mimpi-mimpi kita. Apakah ada hal lain di atas mimpi-mimpi yang melenakan kita?

Inilah muhasabah, membantu kita mengintrospeksi keseimbangan antara kegiatan dan rencana-rencana yang ingin diraih. Sampai sejauh kita mampu menemukan hal-hal yang tidak seimbang maka kita bisa memperbaharui dan mempertajam orientasi, melakukan penyelarasan dan keseimbangan agar selalu maksimal langkah-langkah kita. Pada akhirnya lintasan sejarah masa lalu ini mampu memberi energi baru dalam nafas dan langkah, ibarat charger bagi hati. Karena hati adalah sumber energi hidup.

Catatan ini mungkin sedikit banyak diwarnai kalimat-kalimat yang harus kita jawab. Sedikit mengganggu jika kita termasuk orang-orang yang ragu menoleh ke belakang. Sejarah adalah sumber kebenaran jika kita menyadarinya bahkan jika masa lalu itu berisi kesalahan sekalipun, karena kita bisa mengetahui mana yang benar mana yang salah dengan pengalaman masa lalu.

Mari rehat sejenak, menakar aktivitas yang telah lewat dengan perenungan yang mendalam. Semoga Allah memberikan hidayahNya pada kita.

“Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang bengkok. dan Jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya (kepada jalan yang benar).” (Q.S. An Nahl : 9)

Oleh: Muammar Abdi, Palembang
FacebookTwitterBlog