Surat Untuk Presiden: Krisis Gaza, Lidah Pemimpin yang Kelu

Assalaamu’alaykum wr wb

Wassalamu ‘ala manittaba’al huda, dan keselamatanlah bagi mereka yang mengikuti petunjukKu. Semoga Allah senantiasa melapangkan segala urusan dan kebaikan disetiap prosesnya. Shalawat serta salam kami curahkan kepada Rosulullah SAW, suri tauladan pemimpin Negara terbaik sepanjang masa.

Bapak Presiden yang kami hormati,

Baru-baru ini, ketika deru suara martir dan ribuan roket menggempur Gaza, secara kasat mata hampir tak ada tempat aman dan selamat. Bayangkan saja, setiap detiknya ada 30 – 40 roket meledak terluncurkan. Gaza yang menjadi dataran Palestina yang tersisa kembali mendapatkan serangan yang begitu dahsyat setidaknya dalam 7 hari terakhir ini. Warga sipil pun menjadi korban.

Adalah fakta, bahwa ketika mereka kaum barat liberalis menyuarakan hak asasi manusia, hak untuk bebas dari tekanan orang lain dan merdeka, namun terang-terangan di bumi Palestina justru tidak mendapatkannya. Palestina mengalami penjajahan sektoral. Sedikit demi sedikit, tanah Palestina diduduki oleh Israel. Saat ini, sekitar hampir 85-90% teritorial Negara Pelestina telah jatuh ke tangan Israel. Benar-benar pengusiran dan penjajahan yang nyata.

Negara manakah yang suka ketika sejengkal tanahnya diambil oleh negara lain? Negeri manakah yang rela ketika warganya menjadi objek invasi militer negara lain? Negeri manakah yang pemimpinnya rela keamanan dan kedaulatan negaranya terusik dan terancam? Sungguh ketika pertanyaan-pertanyaan di atas disampaikan kepada pemimpinnya, jawabannya tentu tegas, “Tidak, kami tidak rela dan siap melawan”. Kecuali pemimpin yang kelu lidahnya dan gagu dalam berucap.

Sebagai pemimpin negara dengan penduduk muslim terbesar, Bapak memang seharusnya memiliki sikap yang jelas dan tegas terhadap kasus yang menimpa muslim di dunia internasional. Sejauh ini berdasarkan pengamatan kami, Bapak masih sekedarnya bersikap dan hanya beretorika saja. Tidak serius! Saya pribadi mengamati setidaknya 3 kasus yang belakangan ini terjadi.

Pertama, kasus Rohingya, yang saat itu PM Turki dan timnya mampu melakukan kunjungan untuk memberikan dukungan, namun pemerintahan Bapak, tidak melakukan hal yang minimal sama diberikan. Rohigya yang umat Islam di sana mengalami genocide, lagi-lagi pemimpin negeri ini tak beranjak menengoknya untuk memberikan dukungan. Menyedihkan!

Kedua, kasus di mana Bapak mendapatkan gelar “Ksatria Salib Agung” atau Knight Grand Cross in the Order of the Bath dari Ratu Kerajaan Inggris Ratu Elizabeth II, yang notabene masih menjadi salah satu Negara yang mendukung USA dan Israel dalam keputusan-keputusan politik internasionalnya, ini pun tak lepas dari siklus konspirasi asing yang hendak mengendalikan Indonesia. Bagi saya, sikap Bapak yang menghadiri jamuan ratu Elisabeth serta justru berbangga mendapatkan gelar tersebut sangat menyakiti hati umat Islam dunia. Menurut tokoh HTI yang menjadi analis dan pengamat perkembangan Islam di dunia, dirilis secara resmi oleh media dalam menanggapi kasus Bapak yang mendapatkan gelar tersebut, adalah bahwa tidaklah ada makan siang yang gratis. Semuanya tak lebih adalah untuk semakin mempengaruhi kebijakan-kebijakan Bapak atas negeri kita tercinta. Presiden secara tidak langsung, telah menjadi antek kepentingan-kepentingan asing. Saya mengutip pernyataan di media seperti berikut ini: “SBY memimpin negeri dengan mayoritas Umat Islam, namun dia selalu sibuk dengan pencitraan dirinya dibandingkan membela urusan-urusan umat Islam,”

Apa benar itu yang telah diniatkan bapak selama ini? Semoga saja tidak.

Ketiga. Kasus Gaza yang telah berlarut-larut. Perkembangan terakhir adalah Israel melakukan penyerangan terhadap kota ini. Sikap tegas terhadap Israel telah dilakukan oleh beberapa pemimpin Negara yang beragama Islam lainnya. Situasi yang berkecamuk di Gaza saat ini, mendorong Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, Presiden Mesir Mohammad Mursi, Perdana Qatar Sheikh Thani, dan Kepala Biro Politik Hamas Khaled Misy’al, melakukan pertemuan di Kairo, membahas situasi Gaza yang nampaknya mendorong ke perang terbuka. Bapak saat itu ada di mana? Sedang sibuk apa kah? Tidakkah ada waktu untuk memberikan dukungan kepada Negara yang secara sejarah dahulu menjadi Negara pertama yang mengakui kedaulatan NKRI ini?

Sikap konkret yang dilakukan seperti Muhammad Mursi (Mesir) adalah menarik Duta Besarnya di Israel. Selain itu, sesudah mengecam serangan-serangan udara Zionis Israel terhadap rakyat Gaza dalam seminggu terakhir ini, beliau juga mengirim Perdana Menteri, Menteri Kesehatan, dan Kepala Intelijen Mesir untuk masuk ke Gaza dan mempelajari berbagai situasi di wilayah yang sudah lima tahun dikepung Zionis itu. Presiden Yordania, Raja Abdullah II pun telah mengirimkan bantuan ke Palestine.

Sebagai pemimpin negeri Indonesia, kami paham, memang tak mudah menghadapi situasi politik internasional yang complicated, namun jika sikap-sikap yang diambil serta keputusan-keputusannya tidak juga berpihak pada saudara seiman (muslim) yang jelas-jelas terdzalimi saat ini, maka apa bedanya kita dengan pemimpin-pemimpin yang kafir? Apa bedanya dengan mereka yang tak beriman kepada Allah?

Politik internasional yang didominasi oleh Barat saat ini sangat tidak memihak Islam. Kita memang muslim, tapi tak jarang jabatan telah membunuh karakter kemusliman kita. Bagaimana tidak? Jelas terbukti pada setiap kebijakan keputusannya begitu diplomatis, cari aman dan terkesan toleransi yang sungguh tidak pada tempatnya. Karakter sebagai seorang muslim tidak didahulukan. Karakter kemusliman dipaksa menuruti jabatan (maaf) kepresidenan yang terjebak dalam kungkungan liberalism dan politik internasional.

Tidak hanya di dunia internasional, di dalam negeri pun terbukti jelas Bapak tidak bisa membendung sekulerisasi dan liberalisasi nilai-nilai Pancasila. Bagaimana bisa isu PKI yang telah menorehkan sejarah kelam di bumi Indonesia ini bisa terangkat dan hendak diadakan rekonsiliasi atas nama HAM? Juga kasus kaum tran-gender (LGBT) juga menjamur dan dibiarkan seenaknya mencari legitimasi di negeri yang berbasis Ketuhanan Yang Maha Esa ini? Apakah bapak tidak sadar bahwa Pancasila sedikit demi sedikit telah dirontokkan?

Wahai pemimpinku, ada apa denganmu? Begitu kelu kah lidah ini? Sebagai seorang muslim, kenapa begitu kaku hendak beramar ma’ruf nahi munkar? Terdengar tuntutan umat Islam yang membela agamanya karena penistaan, kenapa bersikap seolah seperti orang tuli? Melihat kebenaran seperti melihat kilat, tak berbekas, sebaliknya justruketika melihat kemungkaran, toleransi yang diberikan?
Atas nama pemuda Islam tanah air, dengan hormat, saya menuntut Bapak untuk segera bersikap berani dan jantan sebagaimana seorang muslim yang berjabatan pemimpin negeri ini. Jangan menjadi pemimpin yang hanya bisa berdiplomasi tapi sesungguhnya banci dan sembunyi di zona aman ketiak para konspirator dunia, Zionis illuminati. Tegaslah!Seperti yang dicontohkan oleh Ir. Soekarno dalam sikapnya, “Selama kemerdekaan bangsa Palestina beloem diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itoelah bangsa Indonesia berdiri menantang pendjadjah Israel!”. Dengan ketegasan terhadap musuh-musuh Islam, Bapak akan mendapat dukungan dari arah yang tidak disangka-sangka insya Allah.

Demikian surat ini disampaikan, mewakili gejolak jiwa pemuda Islam Indonesia, yang begitu membenci segala bentuk penjajahan, membenci toleransi yang tidak pada tempatnya.

Tanpa mengurangi rasa hormat, kami sampaikan bahwa kami pemuda Islam Indonesia, setiap kali warga Gaza berjihad, setiap kali itu pula kami tersengat. Kami pemuda Islam Indonesia, selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah kami berdiri menantang Israel durjana.

Wassalaamu’alaykum wr wb

Hormat saya,
Agastya Harjunadhi
 Sekjen YI-Lead