Tentang Rohis, “Akhirnya Fitnah Itu Sampai Kepadaku”

Senin, 17 September 2012 Pukul 23.00 WIB

“Id, nanti kamu gak usah jemput ke rumahku ya, aku aja yang kesana.”

Aku dan sahabatku, Rio, baru selesai mengaji. Seperti biasa, sepekan sekali dia menemuiku untuk setoran hafalan. Alhamdulillah hari itu dia menyelesaikan hafalan juz 1 nya. Setelah mengaji, aku traktir dia makan nasi goreng.

Dalam obrolan hangat malam itu, dia menyinggung masalah hari Jum’at kemarin. Ya, hari Jum’at tanggal 14 September aku mengajak Rio ikut acara silaturahmi di Jogja. Dia merespon senang saat itu, dan langsung mengiyakan. Tapi tiba-tiba malam harinya dia sms kalau dia nggak bisa ikut. Dia nggak jelasin alasannya. Okelah no problem kataku, it’s ok yo.

Nah, di warung nasi goreng itu dia minta maaf perihal kejadian yang kemarin. Dia juga jelasin apa alasan kenapa tiba-tiba dia nggak jadi ikut. Dia bilang waktu aku sms ngajak ke Jogja, dia lagi kerja. Dan dia langsung izin ke bos nya kalau hari Sabtu nggak masuk. Bos nya kasih izin. Terus dia bilang ke ibunya, ibunya juga kasih izin. Nah, waktu minta izin sama ibunya, bapaknya yang denger langsung melarang keras.

Aku kaget dan tanya ke Rio, kenapa kok bapaknya ngelarang?

Rabu, 5 September 2012

Indonesia digemparkan oleh pemberitaan salah satu media yaitu METRO TV terkait tuduhan sarang teroris yang dialamatkan kepada ROHIS. ROHIS yang diciri-cirikan sebagai siswa sekolah yang ‘lebih alim’ (lebih sholeh, lebih sopan, lebih rajin ibadah) dibanding siswa-siswa yang lain, disebutkan bahwa mereka itulah siswa-siswa yang terindikasi sebagai calon teroris (end).

Rio bilang, dia kaget waktu mendengar alasan bapaknya ngelarang dia ikut aku ke Jogja. Dia nggak percaya bapaknya gampang termakan pemberitaan media yang sama sekali nggak ada benarnya.

Rio bilang, dia marah banget waktu itu. Bukan marah karena dilarang ikut, tapi karena bapaknya udah fitnah yang nggak-nggak ke aku. Dia mengurung diri di kamar seharian. Bahkan katanya, dia ngaji ketemu aku itu berangkatnya diam-diam biar nggak ketauan bapaknya. Dia yang biasanya pakai baju koko, malam itu pake jaket sport yang biasa dibuat main. Dia juga beli Al-Qur’an baru yang ukuran kecil biar bisa disembunyikan di kantong.

Masyaa Allah… Subhanallaah… Di satu sisi aku kaget dan marah, di satu sisi aku juga terharu dengan semangat dia untuk menghafal Al-Qur’an. Aku juga bangga dengan persahabatan kami. Rio, dia sahabatku sejak kecil. Teman sebangku waktu SD. Kini ikatan persahabatan kami semakin kuat, insyaa Allah.

Nb: ditulis pada hari Ahad 30 September 2012 untuk menghindari penulisan dikarenakan emosi.

Oleh: Sa’id Rosyadi, Magetan