Teruntuk Sosok Yang Mulia

Ramadhan, bulan yang mulia ini nampaknya tidak begitu mengubah kondisi jalanan utama di beberapa kota, di kota tempat tinggalku salah satunya. Masih seperti biasa, aku begitu enggan jika harus ke luar dan mesti berkendara menyusuri jalan-jalan ini. Anda tahu, mata ini telah begitu seringnya melihat hal-hal yang diharamkan. Terlalu banyak dosa akibat maksiat yang telah dilakukan mata ini. Kali ini aku berbicara tentang wanita.

Sadarkah diri anda dengan kondisi ini? Jalanan yang sering kita lalui, tempat-tempat umum yang sering kita jumpai, labih banyak mempertemukan mata kita dengan wanita-wanita yang begitu bangganya mengumbar aurat mereka. Kalau boleh dibilang, pakaian yang mereka kenakan semestinya digunakan oleh adik-adik mereka yang masih usia kanak-kanak. Bagaimana tidak, berapa bagian tubuh yang tertutup oleh pakaian-pakaian mereka itu? Ada yang membuat aku khawatir, sepertinya hal ini telah menjadi hal yang maklum dan lumrah di negeri yang katanya menjunjung adat ketimuran yang sarat dengan nilai-nilai kesopanan. Ah, memang perang yang tengah terjadi ini begitu melenakan. Perang tersembunyi yang membuat jiwa-jiwa manusia tak sadar. Ia seolah-olah berkawan padahal tengah menyerang. Bukan raga yang tengah diincar, melainkan hati yang bersifat sentral. Nampaknya musuh telah berhasil jauh, bahkan mungkin lebih jauh dari yang mereka rencanakan. Kita lihat dewasa ini, hal-hal yang tabu dan merupakan dosa besar seakan menjadi hal yang wajar dan patut diapresiasi. Kumpul kebo, hamil di luar nikah dan segala tren yang mengatasnamakan kebebasan dan perkembangan zaman telah lekat di berita sehari-hari.

Maaf, bukan bermaksud memojokkan, beberapa hal yang telah disebut sebelumnya banyak melibatkan wanita dan nampaknya diri yang semestinya mulia itulah yang menjadi pemicunya.

“Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih besar bagi kaum lelaki melebihi fitnah wanita.” (HR Bukhari dan Muslim)

Oh wanita, padahal dirimu begitu dimuliakan oleh agama. Risalah ini turun salah satunya untuk mengangkat martabat, derajad dan hak-hakmu yang banyak dilupakan oleh jaman. Bahkan serangan ke bani Quraizha yang tercatat di lembaran sejarah mulia itu juga berawal dari pembelaan saudaramu atas martabatmu yang tengah diinjak. Namun, apa yang tengah terjadi kini? Berapa banyak jumlahmu yang selalu menggoda nafsu seorang lelaki, menjatuhkan derajadmu sendiri ke dalam lubang kehinaan? Di jalanan itu, engkau banyak berlalu lalang sambil memamerkan bagian-bagian indah tubuhmu yang semestinya hanya dinikmati suamimu, berbanggakah hatimu?

Suatu ketika rasulullah berpesan padamu,
“Malu itu sifat yang baik, adapun pada diri wanita ia menjadi lebih utama.”

Benar, Rasulullah mewasiatkan sebuah nasehat pendek kepadamu untuk memelihara rasa malumu itu. Karena pada fitrohnya engkau memang makhluk yang pemalu. Dan sungguh itulah yang sebenarnya menjadi daya tarik padamu bagi seorang lelaki yang mencintaimu, tulus karena Allah.

Dua golongan di antara penghuni neraka yang belum aku lihat keduanya: suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk memukul orang-orang; perempuan yang berpakaian, tetapi telanjang yang cenderung dan mencenderungkan orang lain, rambut mereka seperti punuk unta yang miring. Mereka ini tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium aroma surga. Sesungguhnya aroma surga itu bisa tercium sejauh perjalanan demikian dan demikian. (HR Muslim)

Wallahu a’lamu bishshowab

Oleh: Catur Setyo Nugroho, Pati.