5 Kaidah Emas Menghafal Al Quran

Karena keutamaan hafiz (orang yang menghapal Al Quran) Al Quran itu begitu besar, saya sangat berhasrat untuk menyajikan di hadapan sidang pembaca dan pengunjung (portal Fimadani) ini, sebagian kaidah-kaidah umum yang bisa membantu untuk menghapal Al Quran dan mendapatkan kedudukan yang agung tersebut, atau setidaknya sebagian darinya.

Sesuatu yang tidak bisa didapatkan secara keseluruhannya, maka tidaklah mengapa jika didapatkan sebagiannya atau sebagian besar darinya. Sesungguhnya kekuatan itu akan datang berdasarkan kadar kesungguhnya orang yang mempunyai kemauan.

1. Wajib bagi seseorang yang hendak menghapal Al Quran untuk membatasi hapalannya dalam setiap harinya.

Misalnya, hanya beberapa ayat saja, satu halaman atau dua halaman dari Al Quran, ataupun seperdelapan juz dan seterusnya. Lalu setelah membatasi hapalan dan membenarkan bacaan, mulailah dengan melakukan pengulangan (muraja’ah). Dalam muraja’ah ini, wajib bagi hafiz untuk melagukan (baca: membaguskan sesuai kaidah) bacaan. Tujuannya ialah untuk mencegah kebosanan dan untuk memantapkan hapalan.

Sebab, melagukan bacaan bisa menyenangkan pendengaran, hingga pada akhirnya dapat membantuk dalam menghapal. Selain itu, lisan juga akan terbiasa dengan suatu senandung tertentu serta akan diketahui secara langsung adanya kesalahan ketika terjadi kerancuan pada wazan bacaan dan senandung bacaan yang biasa dipakai untuk membaca ayat Al Quran.

Pembaca akan merasakan bahwa lisannya tidak sesuai dengan bacaan ketika terjadi kesalahan, atau senandung bacaannya rancu sehingga akhirnya ia ingat kembali. Lebih dari itu, sesungguhnya melagukan (membaguskan) bacaan dalam membaca Al Quran itu adalah sebuah kewajiban yang tidak boleh dilanggar. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw:

“Tidak termasuk golongan kami siapa saja yang tidak memperbagus (bacaan) Al Quran.”(HR Bukhari)

2. Jangan menghapal melebihi batasan harian sampai Anda dapat menghapalnya secara sempurna.

Bagi hafiz Al Quran, tidak boleh beralih ke batasan hapalan, kecuali jika ia telah menyempurnakan dengan baik batasan hapalan sebelumnya. Hal itu supaya apa yang telah ia hapal benar-benar terpatri ke dalam otak. Tak diragukan lagi, faktor yang dapat membantu menghapal ayat-ayat yang telah ditentukan adalah, hendaknya seorang hafiz Al Quran menjadikan hapalan sebagai kesibukannya sepanjang siang dan malam. Caranya dengan membacanya dalam shalat yang bacaannya sirriyyah (pelan) jika ia menjadi imam, ataupun dalam shalat-shalat yang bacaannyajahriyyah (keras).

Begitu pula sata shalat-shalat sunnah, pada saat menunggu shalat, dan selesai shalat. Insya Allah, dengan cara seperti ini akan sangat mempermudah hapalan dan bisa dipraktikkan semua orang meskipun kesibukannya banyak sekali. Sebab, ia tidak perlu duduk pada waktu khusus untuk menghapal ayat-ayat Al Quran tetapi cukup membenarkan bacaannya dengan cara memperdengarkannya kepada seorang guru yang fasih. Kemudian, ia mempraktikan hapalannya pada waktu-waktu shalat lima waktu, serta pada waktu membaca surat Al Quran dalam shalat sunnah maupun shalat fardhu.

Dengan demikian ayat-ayat yang batasan hapalannya telah ditentukan sudah terpatri secara sempurna dalam otak. Jika mempunyai kesibukan pada hari itu, hendaknya bagi Anda –hafiz Al Quran- untuk tidak menambah hapalan yang baru. Namun, hendaknya ia meneruskan pada hari berikutnya dengan hapalan sebelumnya, sampai hapalannya terpatri secara sempurna.

3. Jangan beralih ke surat lain sebelum Anda benar-benar menghapalnya

Usai menghapal satu surat Al Quran, tidak seharusnya bagi seorang penghapal langsung beralih ke surat lain, kecuali setelah ia menghapalnya secara sempurna dan mengikat antara awal dan akhir surat tersebut. Lisannya juga bisa menghapal secara gampang dan mudah, tanpa bersusah payah serta kerja keras guna mengingat ayat-ayat yang dihapal dan menyempurnakan bacaan (mencocokkan bacaan). Bahkan, hendaknya hapalannya laksana air (yang mengalir).

Selain itu, seorang hafiz bisa membaca dengan cepat meskipun terkadang pikirannya tidak terfokus dalam memahami makna-maknanya. Hal ni seperti ketika ia membaca Al Fatihah yang tanpa susah-payah atau tanpa menghadirkan pikiran karena seringnya surat itu diulang-ulang dan dibaca.

Sementara itu, menghapal setiap surat dalam Al Quran tidak sama dengan menghapal Al Fatihah, kecuali jarang sekali. Akan tetapi halnya ini hanya sebagai contoh dan peringatan, bahwa hendaknya surat-surat yang berbeda-beda dan terpisah-pisah telah benar-benar terpatri dalam otak dengan kuat dan mantap. Hendaknya pula, seorang hafiz tidak segera beralih ke surat lain, kecuali setelah ia menghapalnya dengan sempurna.

4. Senantiasa Memperdengarkan Hapalan Anda.

Wajib bagi seorang hafiz tidak menyandarkan hapalannya kepada dirinya sendiri. Akan tetapi ia wajib memperdengarkan hapalannya kepada guru hafiz yang lainnya atau mencocokkannya dengan mushaf. Lebih baik lagi jika dikerjakan bersama hafiz yang sangat teliti.

Ini bertujuan supaya seorang penghapal mengetahui kesalahan bacaannya atau adanya bacaan yang terlupakan dan diulang-ulang tanpa sadar. Sebab banyak dari kita salah dalam membaca sebuah surat dan tidak menyadarinya meskipun sambil melihat mushaf. Hal ini terjadi karena ia banyak membaca tetapi tidak dengan teliti. Ia membaca dengan melihat mushaf, sedangkan dirinya tidak mengetahui letak kesalahan bacaannya. Karena itu tasmi’ (memperdengarkan hapalan kepada hafiz lain) merupakan sarana untuk mengetahui kesalahan-kesalahan bacaan tersebut. Selain itu hal tersebut berguna pula untuk peringatan bagi otak dan hapalannya.

5. Menfaatkanlah Usia Emas dalam Menghapal

Sesuatu yang pasti untuk meraih kesuksesan dalam menghapal ialah, siapa yang memanfaatkan usia emas dalam menghapal. Usia emas tersebut ia usia dari 5 tahun sampai kira-kira usia 23 tahun. Pada usia ini, kekuatan hapalan manusia sangat bagus. Bahkan, ia merupakan tahun-tahun emas yang sangat berharga untuk menghapal.

Di bawah usia 5 tahun, kemampuan hapalan manusia masih lemah. Adapun kira-kira setelah usia 23 tahun adalah usia saat kemampuan hapalan mulai menurun, sementara kemampuan memahami dan menelaah mulai meningkat.

Hendaknya setiap orang memanfaatkan usia-usia yang berharga ini untuk menghapal seluruh Al Quran atau seberapapun yang ia mampu. Hapalan pada usia-usia ini sangat cepat dan sulit untuk lupa. Sedangkan untuk usia selainnya, seseorang akan sulit dan lambat menghapal sekaligus cepat lupa. Benarlah orang yang berkata, “Menghapal di waktu kecil itu laksana mengukir di atas batu, dan menghapal di waktu besar itu laksana mengukir di atas air”

Karena itu, wajib bagi kita memanfaatkan usia-usia berharga tersebut untuk menghapal Al Quran. Jika tidak bisa, perintahkan kepada anak laki-laki maupun perempuan kita untuk melakukannya.

Semoga Allah menolong dan memudahkan kita semua dalam menghapal ayat-ayat suci-Nya. Amiin.