Salah satu masalah dalam kehidupan keluarga adalah adanya hambatan dalam berkomunikasi antara suami dan isteri. Hambatan itu muncul dalam bentuk tidak nyaman, atau bahkan tidak berani, untuk berbicara dengan pasangannya. Bisa juga selalu muncul salah paham setiap kali berkomunikasi, sehingga berujung kemarahan dan pertengkaran.
Penyebab munculnya kendala dalam komunikasi itu adalah tidak adanya saling pengertian dan pemahaman terhadap pasangan. Suami tidak memahami karakter isteri, dan isteri tidak memahami karakter suami. Untuk itu diperlukan sejumlah ketrampilan dan kemampuan untuk memahami pasangan.
Berikut ini saya coba sampaikan 6 (enam) kiat untuk memahami pasangan anda. Keenam kiat ini merupakan hasil pengamatan saya selama sepuluh tahun menjadi konsultan pernikahan dan keluarga di Jogja Family Center (JFC).
Pertama, memahami perbedaan karakter laki-laki dan perempuan
Laki-laki dan perempuan diciptakan Tuhan dalam kondisi yang khas, berbeda satu dengan yang lainnya. Mereka sama dalam status kemanusiaan, nilai kehambaan di hadapan Tuhan, juga hak dan kewajiban umumnya. Yang membedakan mereka adalah dalam derajat ketakwaan masing-masing. Dalam dataran praktis, perbedaan fisiologis ciptaan laki-laki dan perempuan telah juga dibarengi dengan sejumlah perbedaan karakter.
Laki-laki dan perempuan diberi akal dan hati dengan segala macam potensinya. Kebanyakan laki-laki cenderung menggunakan akalnya untuk menyelesaikan masalah, dan perempuan cenderung menggunakan perasaan. Ini berkaitan dengan kecenderungan pemanfaatan potensi-potensi tersebut.
Laki-laki sebagai qawwam (pemimpin) dalam rumah tangga, cenderung menganggap penting nilai keahlian atau kompetensi teknis. Ia menganggap dengan keahlian itu posisinya akan kokoh sebagai pemimpin, sebaliknya, tanpa keahlian ia akan kehilangan kepercayaan diri untuk memimpin. Berbeda dengan perempuan yang cenderung lebih menganggap penting nilai kebersamaan, justru karena ia banyak memanfaatkan potensi perasaannya.
Laki-laki cenderung kurang suka ungkapan verbal, berbeda dengan perempuan yang sangat suka ungkapan verbal. Apabila laki-laki mengalami tekanan masalah yang berat dalam kehidupan, ia akan meringankan beban masalah dengan cara diam. Sebaliknya, jika perempuan mengalami masalah, ia akan meringankan beban dengan cara menceritakan masalah itu kepada orang lain.
Memahami titik-titik perbedaan ini akan menghantarkan kepada saling pengertian, tidak memaksakan kehendak kepada pasangan, dan mengerti maksud dari sikap yang dimunculkan pasangan. Ketika saling tidak memahami adanya berbagai perbedaan tersebut, akan menyebabkan suami dan isteri sering salah paham dengan bahasa komunikasi pasangannya.
Kedua, menceritakan kondisi diri di hadapan pasangan
Tak ada satupun buku kepustakaan di muka bumi ini menulis tentang kesukaan kita atau ketidaksukaan kita, selama kita tidak membuatnya. Lalu darimana kita berharap pasangan kita mengetahui dengan sendirinya apa yang kita rasakan jika kita tidak terbuka apa adanya menceritakan segala sesuatu tentang diri kita? Masing-masing harus bisa membuka diri di hadapan pasangannya.
Ambil kesempatan khusus sesekali waktu, untuk Anda berdua menceritakan diri di hadapan pasangan, sepuas-puasnya. Dalam waktu-waktu lain, pandai-pandailah mencari momen agar pengenalan itu terus berlanjut. Ceritakan tentang makanan kesukaan, warna baju, musik, olah raga juga hobi diri. Sampaikan harapan-harapan Anda tentang kata-kata yang ingin didengar dan tak ingin didengarkan.
Suami Anda tidak tahu betapa senangnya Anda kalau ia membelai lembut rambut anda, kalau Anda tidak menyampaikan perasaan itu. Suami Anda tidak tahu betapa bangganya Anda kalau ia memuji lezatnya masakan yang Anda hidangkan. Isteri Anda tidak tahu betapa jengkelnya Anda kalau ia tidak berdandan ketika Anda di rumah. Ketika semua memilih diam, siapa yang akan mengerti kondisi kita? Pasangan kita bukanlah paranormal yang merasa bisa mengetahui segala sesuatu yang dirahasiakan.
Ungkapan berikut tidak tepat disampaikan dalam kaitan dengan keinginan memahami pasangan:
“Aku ingin kau mengerti sendiri apa yang aku inginkan”
“Aku tidak perlu mengungkapkan apa yang kuinginkan”
Tentu saja masih ada hal-hal yang tersembunyi dan tidak perlu dibuka di hadapan pasangan, karena justru akan menimbulkan ketidakbaikan jika dibuka. Hal-hal yang berkaitan dengan ketidakbaikan masa lalu, misalnya, tidak perlu bahkan tidak layak diungkapkan di hadapan pasangan. Ketika seorang wanita di masa lalunya bergelimang dosa dan sekarang telah meninggalkan itu semua dengan taubat, detail kenyataan yang telah lampau tersebut tidak layak diceritakan di depan suami. Yang penting ia selalu memperbaiki diri.
Seorang laki-laki yang pernah memiliki masa lalu yang gelap, kemudian ia bertaubat kepada Allah atas tindakan jahatnya itu, tak perlu mengungkapkan detail kejadian tersebut kepada isterinya. Demikian pula semua hal yang berkaitan dengan kejelekan terdahulu, sebaiknya dibuang dari ingatan dengan taubat dan istighfar kepada Allah, tak perlu diceritakan pada pasangan.
Ketiga, membuat evaluasi dan kesepakatan secara berkala
Mungkin Anda merasa sudah menceritakan semua tentang diri Anda kepada pasangan. Mungkin juga pasangan Anda merasa telah mencurahkan segala sesuatu tentang dirinya kepada anda. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari, tetap saja Anda merasa pasangan Anda tidak sepenuhnya memamahi dan mengerti tentang anda. Masih ada banyak perbuatan atau ucapan pasangan Anda yang menimbulkan ketersinggungan.
Oleh karena itu, buatlah evaluasi bersama, bagaimana selama ini masing-masing telah bersikap terhadap permasalahan yang kadang cenderung berulang-ulang seperti itu. Jangan lupa, buat pula kesepakatan tentang berbagai macam hal yang harus dilakukan dalam rangka saling memahami dan meningkatkan potensi. Contoh berikut ini merupakan ungkapan yang tidak efektif:
“Ternyata engkau tidak pernah memahami diriku”
“Kau selalu mengatakan kalau mengerti perasaanku, tapi mengapa kau berbuat seperti ini lagi?”
Ungkapan ini menunjukkan adanya peristiwa berulang. Mereka merasa telah saling menceritakan kondisi diri, tetapi terjadi lagi ucapan atau perbuatan pasangan yang menunjukkan ketidaktahuan dia akan dirinya. Di sinilah pentingnya evaluasi berkala, dan senantiasa membuat kesepakatan-kesepakatan baru untuk membuat hubungan dan komunikasi menjadi semakin baik.
Keempat, berusaha memahami, bukan menuntut dipahami
Jika Anda merasa pasangan Anda tidak memahami anda, lakukan evaluasi apakah Anda sudah berusaha memahami dia? Jangan menuntut pasangan memahami anda, kalau Anda sendiri tidak mau memahami dia. Kuncinya di sini: Anda harus menjadi orang pertama yang memahami pasangan anda. Jika ini yang terjadi, kedua belah pihak akan saling memahami.
Seandainya kedua pihak menuntut dipahami oleh pasangannya, maka yang terjadi tak ada satupun dari keduanya yang memahami pasangan. Ungkapan berikut merupakan contoh tuntutan yang tidak efektif, apabila diungkapkan oleh kedua belah pihak:
“Cobalah engkau belajar memahami diriku, jangan aku yang harus selalu memahamimu”
“Mengapa engkau tak mau mengerti kondisi diriku? Bukankah aku selalu memahami kondisimu?”
Jika suami dan isteri menuntut hal yang serupa seperti di atas, maka sesungguhnya mereka berdua tidak saling memahami pasangannya.
Kelima, bersedia ditegur dan menegur pasangan
Hal penting lainnya dalam rumah tangga adalah kesediaan diri untuk ditegur dan menegur pasangan. Menegur tidak sama dengan memarahi atau melampiaskan emosi. Jangan terbiasa mendiamkan atau membiarkan sesuatu ketidakbaikan terjadi pada diri pasangan anda. Kebiasaan mendiamkan tindakan pasangan yang tidak baik, akan berdampak merubah perilaku secara tidak disadari.
Jika Anda punya kebiasaan shalat tepat waktu, lalu Anda mengajak pasangan Anda untuk turut melakukannya, dalam waktu yang lama akan membentuk perilaku shalat tepat waktu pada keluarga anda. Suatu ketika, pasangan Anda tidak melakukan shalat tepat waktu, ia mengundur-undur waktu shalat untuk sesuatu hal yang semestinya bisa ditinggalkan. Jika Anda tidak menegurnya atas perbuatan itu, hal ini akan berdampak terlonggarkannya kebiasaan shalat tepat waktu.
Suatu saat ia mengundur waktu shalat lagi, dan kembali Anda mendiamkannya, tidak menegur. Semakin sering kejadian seperti itu berulang, akan menguatkan persepsi bahwa shalat tidak di awal waktu tidak menjadi masalah. Dampaknya bisa mengubah perilaku. Demikian pula pada berbagai perilaku negatif lain yang dilakukan pasangan, jika Anda tidak menegur, akan terbentuk persepsi bahwa Anda tidak mempermasalahkan perilaku negatif tersebut.
Suatu saat seorang istri menegur suaminya karena ketahuan selingkuh. Namun berikutnya, sang isteri mendiamkan saja perselingkuhan suami yang berulang. Tatkala tidak lagi ditegur, suami menganggap berarti isterinya telah memaklumi hobi selingkuh yang ia lakukan. Maka biasakanlah saling menegur dengan kelembutan, cinta dan kasih sayang. Bukan melampiaskan emosi dan kemarahan.
Menegur memang bukan peristiwa yang sulit, tetapi menegur dengan penuh kasih sayang pada waktu yang tepat dan hasilnya akurat itulah yang tidak sederhana.
Keenam, memulai tanpa harus menunggu
Jangan menunggu pasangan Anda melakukan sesuatu untuk anda. Jangan menunggu pasangan Anda memulaisebuah perubahan sikap terhadap anda. Saling menunggu artinya tidak pernah ada perubahan sama sekali. Siapapun yang menyadari pentingnya komunikasi, dan betapa bahayanya sikap antikomunikasi, hendaknya memulai terlebih dahulu.
Yakinlah isteri Anda akan sangat senang, jika sebagai suami Anda membantu menyelesaikan berbagai urusan rumah tangga tanpa diminta. Suami Anda akan sangat senang, jika sebagai isteri Anda membantu menyiapkan berbagai keperluan kerjanya tanpa diminta. Mulailah dengan menceritakan segala sesuatu tentang diri anda, agar pasangan Anda juga tergerak melakukan hal yang serupa untuk anda. Mulailah bersikap romantis, jangan menunggu pasangan Anda berlaku romantis terlebih dahulu.
Jangan bersikap menunggu, lakukan sesuatu secara proaktif. Anda akan melihat hasilnya.