Semua tahu bahwa bekerja adalah suatu ibadah, namun jika tidak menemukan kerja yang baik dan dapat membantu mendekatkan diri kepada Allah SWT maka pekerjaan itu menjadi sebuah mala petaka buat kita. Karena sesungguhnya apapun yang kita kerjakan di dunia ini pada dasarnya beribadah kepada Allah.
Bagi kamu yang susah mencari pekerjaan ini adalah solusi yang tepat untuk kamu terapkan dalam mencari suatu pekerjaan yang baik.
1. Ingatlah, Bahwa Sesungguhnya Setiap Jiwa Tidak Akan Mati Sebelum Rezekinya Sempurna
Kamu harus paham bahwa sesungguhnya seorang manusia tidak akan meninggal sebelum jatah rezekinya sempurna. Jika sudah ada jaminan tersebut maka setiap yang bekerja teruslah bekerja, jangan pernah khawatir akan jatah rezekinya akan berkurang.
Dari Ibnu Mas’us radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ رُوْحَ القُدُسِ نَفَثَ فِي رَوْعِي إِنَّ نَفْسًا لاَ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا ، فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ ، وَلاَ يَحْمِلَنَّكُمْ اِسْتَبْطَاءَ الرِّزْقُ أَنْ تَطْلُبُوْهُ بِمَعَاصِي اللهَ ؛ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُدْرِكُ مَا عِنْدَهُ إِلاَّ بِطَاعَتِهِ
“Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.” (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8: 166, hadits shahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah no. 2866).
Dalam hadist tersebut diperintahkan bahwa untuk mencari rezeki harusnya dengan cara yang halal. Janganlah mencari rezeki dengan cara bermaksiat atau menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Karena sesungguhnya allah itu sudah mengatur rezeki untuk kamu. Jadi, kenapa masih aja ada segelintir orang menempuh cara yang haram dalam mencari rezeki? Karena mereka sudah berputus asa dari rezeki Allah sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.
2. Carilah Pekerjaan yang Halal, Jauhi yang Haram
Dalam mencari pekerjaan sebaiknya berusahalah untuk meleksi pekerjaan yang kamu ingin daftar. Carilah yang halal dan jauhilah yang haram.
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Rabbku, wahai Rabbku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?” (HR. Muslim no. 1015)
Yusuf bin Asbath juga berkata:
بَلَغَنَا أنَّ دُعَاءَ العَبْدِ يَحْبِسُ عَنِ السَّمَاوَاتِ بِسُوْءِ المطْعَمِ
“Telah sampai kepada kami bahwa do’a seorang hamba tertahan di langit karena sebab makanan jelek (haram) yang ia konsumsi”
Lihatlah para ulama terdahulu mereka sangat memperhatkan yang masuk ke dalam tubuh mereka. Ada yang pernah bertanya kepada Sa’ad bin Abi Waqqash:
تُسْتَجَابُ دَعْوَتُكَ مِنْ بَيْنَ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ؟ فَقَالَ : مَا رَفَعْتُ إِلَى فَمِي لُقْمَةً إِلاَّ وَأَنَا عَالِمٌ مِنْ أَيْنَ مَجِيْئُهَا ، وَمِنْ أَيْنَ خَرَجَتْ
“Apa yang membuat do’amu mudah dikabulkan dibanding para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya?” “Aku tidaklah memasukkan suatu suapan ke dalam mulutku melainkan aku mengetahui dari manakah datangnya dan dari mana aka keluar,” jawab Sa’ad.
Wahb bin Munabbin, juga berkata:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيْبَ اللهُ دَعْوَتَهُ ، فَلْيُطِبْ طُعْمَتَهُ
“Siapa yang berharap do’anya dikabulkan oleh Allah, maka perbaikilah makanannya.” (Dinukil dari Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 275-276)
3. Carilah Berkah Dalam Pekerjaan, Buka Pada Besar Gajinya
Suatu ketika ada sahabat yang pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam:
أَىُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ قَالَ عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ
“Wahai Rasulullah, mata pencaharian (kasb) apakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur (diberkahi).” (HR. Ahmad 4: 141, hasan lighoirihi)
Kita dapat menarik pelajaran sangat berharga pada hadist ini bahwa para sahabt tidak bertanya manakah pekerjaan yang paling banyak menghasilkan. Namun yang mereka tanyakan adalah manakah pekerjaan yang paling diberkahi (thoyyib). Sehingga dari sini kita tahu bahwa tujuan dalam mencari rezeki bukanlah semata-mata mendapatkan penghasilan itu sendiri melainkan keberkahan. Karena penghasilan yang besar belum tentu akan menjamin akan terdapat suatu keberkahan didalamnya. Demikian penjelasan berharga dari Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al Fauzan dalam Minhatul ‘Allam, 6: 10.
Pekerjaan yang memiliki gaji yang besar belum tentu mendekatkan diri kita kepada Allah, namun terkadang bisa juga melalaikan dari ibadah shalat. Sungguh mengkhawatirkan.
4. Hindari Diri Kamu dari Pekerjaan Meminta-Minta
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, pernah mendengar Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِىَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِى وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ
“Jika seseorang meminta-minta (mengemis) pada manusia, ia akan datang pada hari kiamat tanpa memiliki sekerat daging di wajahnya.” (HR. Bukhari no. 1474 dan Muslim no. 1040)
Dari Hubsyi bin Junadah, pernah berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَأَلَ مِنْ غَيْرِ فَقْرٍ فَكَأَنَّمَا يَأْكُلُ الْجَمْرَ
“Barangsiapa meminta-minta padahal dirinya tidaklah fakir, maka ia seakan-akan memakan bara api.” (HR. Ahmad 4: 165. Syaikh Syu’aib Al Arnauth berkata bahwa hadits ini shahih dilihat dari jalur lain)
Perlu dipahami bahwasannya hanya ada tiga orang yang diperbolehkan untuk meminta-minta sebagaimana disebutkan dalam hadits Qabishah, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَا قَبِيصَةُ إِنَّ الْمَسْأَلَةَ لاَ تَحِلُّ إِلاَّ لأَحَدِ ثَلاَثَةٍ رَجُلٍ تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَهَا ثُمَّ يُمْسِكُ وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ اجْتَاحَتْ مَالَهُ فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ – أَوْ قَالَ سِدَادًا مِنْ عَيْشٍ – وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ حَتَّى يَقُومَ ثَلاَثَةٌ مِنْ ذَوِى الْحِجَا مِنْ قَوْمِهِ لَقَدْ أَصَابَتْ فُلاَنًا فَاقَةٌ فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ – أَوْ قَالَ سِدَادًا مِنْ عَيْشٍ – فَمَا سِوَاهُنَّ مِنَ الْمَسْأَلَةِ يَا قَبِيصَةُ سُحْتًا يَأْكُلُهَا صَاحِبُهَا سُحْتًا
“Wahai Qabishah, sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal kecuali untuk tiga orang:
(1) seseorang yang menanggung hutang orang lain, ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya,
(2) seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup, dan
(3) seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya berkata, ‘Si fulan benar-benar telah tertimpa kesengsaraan’, maka boleh baginya meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup.
Meminta-minta selain ketiga hal itu, wahai Qabishah adalah haram dan orang yang memakannya berarti memakan harta yang haram.” (HR. Muslim no. 1044)
Kita juga harus memahami bahwasanya orang miskin yang sebenarnya adalah seperti yang disebutkan dalam hadits Nabi dari Abu Hurairah berikut, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ الْمِسْكِينُ الَّذِى تَرُدُّهُ الأُكْلَةُ وَالأُكْلَتَانِ ، وَلَكِنِ الْمِسْكِينُ الَّذِى لَيْسَ لَهُ غِنًى وَيَسْتَحْيِى أَوْ لاَ يَسْأَلُ النَّاسَ إِلْحَافًا
“Namanya miskin bukanlah orang yang tidak menolak satu atau dua suap makanan. Akan tetapi miskin adalah orang yang tidak punya kecukupan, lantas ia malu atau tidak meminta dengan cara mendesak.” (HR. Bukhari no. 1476). Orang miskin yang dimaksud adalah bukanlah pengemis. Orang miskin yang dimaksud adalah sudah bekerja, namun tetap belum mencukupi untuk kebutuhan pokoknya.
5. Carilah Pekerjaan yang Tidak Menyengsarakan Orang Lain
Ada salah satu pekerjaan yang sangat dilarang yaitu menimbun barang sehingga mematikan stok barang di pasaran, terutama pada barang kebutuhan poko yang sangat diperlukan oleh masyarakat banyak. Dalam sebuah hadist disebutkan:
لاَ يَحْتَكِرُ إِلاَّ خَاطِئٌ
“Tidak boleh menimbun barang, jika tidak, maka ia termasuk orang yang berdosa.” (HR. Muslim no. 1605).
Apa hikmah terlarang dari menimbun barang?
Iman Nawawi berkata, “Hikmah terlarang dalam menimbun barang karena dapat menimbulkan mudarat bagi khalayak ramai.” (Syarh Shahih Muslim, 11:43).
6. Perbanyak Doa Agar Mendapatkan Rezeki yang Halal
Jika kita tidak berdoa kepada Allah dan memohon kepada-Nya, maka kita akan sulit untuk mendapatkan yang halal. Hanya dengan banyak memohon kepada Allah lah, kita akan dipermudah untuk meraih suatu yang halal.
Cobalah terus meminta kepada Allah untuk mendapatkan pekerjaan yang halal sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan berikut ini:
اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
“Allahumak-finii bi halaalika ‘an haroomik, wa agh-niniy bi fadhlika ‘amman siwaak”
[Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu] (HR. Tirmidzi no. 3563, hasan menurut At Tirmidzi, begitu pula hasan kata Syaikh Al Albani)
Semoga tulisan ini bermanfaat.