Siapakah laki-laki itu? Yang karenanya Nabi Yang Mulia mendapat teguran dari langit bahkan menyebabkan beliau sakit, dan membuat Jibril membisikkan wahyu ke dalam dada Rasulullah. Dia adalah Abdullah bin Ummi Maktum.
Abdullah masih memiliki hubungan darah dengan Rasulullah saw. Ibunya dipanggil Ummi Maktum karena anaknya terlahir dalam keadaan buta. Ia termasuk orang Quraisy Mekkah yang pertama-tama masuk Islam. Sebagai Muslim kelompok pertama, ia turut menanggung segala penderitaan yang diderita kaum muslimin di Mekkah. Namun dia tidak mengeluh sedikitpun, dia justru lebih sering mempelajari syariat dan sering mendatangi majelis Rasulullah. Tidak peduli dengan keadaannya yang buta, dia selalu hadir terdepan di majelis Rasulullah, dan mengisi waktu senggangnnya untuk membaca Al Quran.
Dialah Abdullah bin Ummi Maktum. Pada saat itu Rasulullah sedang mengadakan diskusi dengan para pemimpin Quraisy. Beliau bermaksud mengajak mereka untuk menerima Islam dan menghentikan siksaan mereka kepada para sahabatnya. Rasulullah berharap bila mereka menerima dakwahnya, Islam akan semakin kuat dan dakwah semakin lancar. Dan ketika itu Abdullah datang menemui Rasulullah seraya berkata, “Wahai Rasulullah, sampaikanlah padaku ayat Quran yang telah disampaikan Allah kepadamu”. Namun Rasulullah mengacuhkan permintaanya dan membelakangi Abdullah, seraya melanjutkan diskusinya dengan kaum Quraisy.
Selesai berdiskusi, Rasulullah bermaksud pulang. Namun ditengah jalan beliau merasa kepalanya sakit seperti kena pukul. Ternyata Allah menyampaikan wahyuNya, yaitu surat ‘Abasa ayat 1-16. Sejak hari itu Rasulullah selalu memuliakan Abdullah dan memenuhi kebutuhannya.
Dialah Abdullah. Karena rewelnya dia beruntung mendapatkan pengajaran dari Rasulullah, yang juga keuntungan bagi yang lainnya. Abdullah meninggal ketika umat Islam berhasil menggulingkan kerajaan Persia yang zalim. Walaupun beliau buta, namun ia tetap minta diikutsertakan dalam perang. Ia minta ditempatkan di antara dua barisan yang membawa bendera. Dialah Abdullah, yang tidak pernah mengeluh atas kekurangannya, malah terus bersemangat untuk mempelajari, menyebarkan dan menerapkan ajaran Islam.