Masalah-masalah aneh yang perlu diketahui. Di antaranya ialah apabila membaca surat, kemudian angin mengganggunya (menguap), maka hendaklah dia menghentikan bacaanya hingga sempurna keluarnya, kemudian kembali membaca. Demikianlah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Dawud dan lainnya dari Atha’ dan itu adalah adab yang baik.
Diantaranya ialah apabila seseorang menguap, dia hentikan bacaannya hingga selesai menguap, kemudian meneruskan bacaan. Mujahid berkata: “Itu adalah baik.”
Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri ra, katanya: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Jika seseorang dari kamu menguap, hendaklah dia menutup mulutnya dengan tangannya karena syaitan akan masuk.” (Riwayat Muslim)
Diantaranya apabila membaca Firman Allah ‘Azza wa Jalla:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ
“Kaum Yahudi berkata: ‘Uzair putera Allah Subhanahu wa Ta’ala’ dan kaum Nasrani berkata, ‘Al-Masih putera Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS At-Taubah 9:30)
وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ
“Dan kaum Yahudi berkata: Tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala terbelenggu.” (QS Al Maidah 5:64)
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا
“Dan mereka berkata: Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak…” (QS Maryam 19:88)
Dan ayat-ayat lain yang seumpama itu. Maka hendaklah dia memperlahankan suaranya ketika membacanya. Demikianlah yang dilakukan oleh Ibrahim An-Nakha’ ra.
Di antaranya ialah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Dawud dengan isnad dhaif dari Asy-Sya’b’ bahwa dikatakan kepadanya, jika manusia membaca:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala dan para malaikat-Nya bersholawat kepada Nabi.” (QS Al Ahzab 33:56)
Dia pun mengucapkan sholawat untuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Asy-Sya’bi menjawab: “Ya”.
Diantaranya ialah disunnahkan baginya mengucapkan apa yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anh dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa Baginda bersabda: “Barangsiapa membaca (Wattiini waz-zaituuni) dan sehingga pada (Alaisa Allah Subhanahu wa Ta’alau bi ahkamil haakimiin), hendaklah dia mengucapkan: Balaa wa ana ‘alaa dzaalika minays-syaahidiin.” (Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi, dengan isnad dhaif)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Tirmidzi berkata: “Hadits ini diriwayatkan dengan isnad ini, dari orang badui dari Abu Hurairah.” Dia berkata: “Dan tidak disebut namanya.”
Ibnu Abi Dawud dan lainnya meriwayatkan dalam hadits ini, sebagai tambahan riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi: “Barangsiapa membaca akhir surat Al Qiyamah, (Alaisa dzaalika bi qaadirin ‘alaa an yuhyiya Al nautaa), hendaklah dia mengucapkan: ‘Balaa wa ana asyhadu’. Dan Barangsiapa membaca (Fa bi ayyi hadiitsin ba’dahu yu’minuun), hendaklah dia mengucapkan, ‘Aamantu billahi.”
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, Ibnu Zubair dan Abu Musa Al Asy’ari’ra bahwa apabila seseorang dari mereka membaca: Sabbihisma rabbikal a’laa mereka mengucapkan Subhaan Rabbiyal A’laa (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi). Diriwayatkan dari Umar Ibnu Khattab Radhiyallahu ‘Anh bahwa dia mengucapkan pada ayat itu Subhaana Rabbiyal a‘laa tiga kali. Diriwayatkan dari pada Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anh bahwa dia shalat dan membaca akhir surat Bani Israil. Kemudian dia ucapkan Alhamdullilahi ladzii lam yattakhidz waladan.
Salah seorang sahabat kami telah menyebut bahwa sunnah mengucapkan dalam shalat apa yang telah kami kemukakan dan dalam hadits Abu Huarairah berkenaan dengan ketiga surat itu. Demikian jugalah disunnahkan mengucapkan lainnya dari yang kami sebutkan dan yang semakna dengannya. Wallahua’lam.
Imam An Nawawi