Agar Kesabaran Menyatu dalam Jiwa Da'i

Dari Suhaib radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda, “Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu’min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR. Muslim)

Rasulullah menggambarkan orang yang beriman sebagai orang yang memiliki pesona karena ia memandang segala persoalannya dari sudut pandang positif. Seorang muslim ketika mendapatkan kebaikan, kebahagian, dan rasa bahagia, akan menunjukkan kesyukurannya kepada Allah SWT. Sebaliknya, jika ia mendapatkan suatu musibah, kesedihan, dan hal-hal yang tidak dikehendakinya, ia akan bersabar. Seorang mu’min bersyukur karena meyakini semua nikmat itu anugerah dari Allah, dan bersabar karena semua cobaan itu juga dari Allah.

Dalam Al Qur’an, Allah berfirman tentang kesabaran sebanyak lebih dari 100 kali, bukti bahwa Rabb semesta ala mini menaruh perhatian penting terhadap kesabaran. Allah menyatakan bahwa bahwa sabar merupakan perintah. Dalam QS.2: 153 Dia berfirman:

 “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Oleh karena sabar adalah perintah, kita wajib bersabar dan dilarang untuk tidak bersabar. Allah melarang kita tergesa-gesa/tidak sabar dalam QS. Al-Ahqaf 46: 35:

“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka…”

Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar terdapat dalam QS. 2: 177:

“…dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.”

Dan janji Allah SWT terhadap orang-orang yang sabar terdapat surat Ali Imran: 146:

“Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.”

Sebagai bentu rasa cinta Allah, Dia akan memb ersamai orang-orang yang sabar seperti difirmankan dalam QS. 8: 46 ;

“Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar.”

Selain diberamai, pahala surga dari Allah juga diberikan kepada orang yang sabar. Dalam Al Qur’an 13: 23 – 24) Allah berafirman:

 “(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): “Salamun `alaikum bima shabartum” (keselamatan bagi kalian, atas kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.”

Lalu, bagaimanakah kesabaran itu dapat menyatu dalam jiwa kita, para da’i?

Pertama, kita harus kembali pada niat da’wah kita. Apa yang kita perbuat adalah untuk Allah semata. Jika Dia menghendaki kita diberi ujian, maka datanglah ujian itu dan akan ada suatu kebaikan di baliknya. Apa yang kita lakukan adalah aperintah-Nya, maka apapun yang akan ditimpakan oleh-Nya adalah yang terbaik.

Kedua, memperbanyak interaksi dengan Al Qur’an. Al Qur’an merupakan obat bagi hati. Penyakit tergesa-gesa, kecewa, putus asa, mutung, dan sebagainya dapat dismbuhkan dengan Al Qur’an. Bacalah Al Qur’an dan salami maknanya.

Ketiga, memperbanyak puasa sunnah. Puasa mengendalikan nafsu dan mengekang hawa nafsu, sedangkan ketidaksabaran biasanya didorong oleh nafsu adan dibakar oleh hawa nafsu. Puasa dapat melatih kesabaran, dan menjadikan kita bertindak hati-hati.

Keempat, membiasakan diri membaca kisah-kisah  kesabaran dari para sahabat dan tabiin dalam berjuang. Kisah ini akan menginspirasi kita untuk bersabar, merasa diri kita kalah sabar dan bersemangat untuk menjadi lebih meningkatkan kesabaran agar setangguh mereka. Kisah-kisah ini akan memberikan peringatan bahwa tantangan yang kita hadapi tidak seberat mereka.

Kelima, kembali pada visi dan tujuan da’wah kita. Lihatlah kembali apa yang kita lakukan sesungguhnya adalah mulia, terencana sejak lama dan menjadi harapan banyak ummat manusia. Tidakkah amat merugi jika kemuliaan ini terhapus oleh ketidaksabaran yang muncul hanya sesaat?

Menjadi orang tipe apapun, kita mesti belajar dan terus belajar. Sekarang kita belajar dan terus belajar menjadi orang yang sabar ketika berdakwah. Setiap hari adalah latihan kesabaran, setiap peristiwa adalah ujian kesabaran. Sampai pada satu saat kita akan merasakan nikmatnya menjadi orang yang dicintai Allah, da’i yang sabar.