Suatu siang Tika terpaksa menjemput Aisyah kecil di playgorup nya, karena suaminya mas Rifan sedang bertugas ke luar kota. Maka suasana bertambah pengap dan panas manakala Tika dan putrinya berhimpitan di sebuah bis kota membawanya pulang. Ah, tidak masalah sesekali saja pikir Tika. Biasanya jika suami tidak bisa menjemput, ada bapak ojek langganan yang menggantikan, tapi kali ini bapak ojek pun juga berhalangan. Dan kali ini kekhawatiran Tika benar-benar terjadi, ketika didepan bis kota dihadang tawuran pelajar. Lalu di dalam bis beberapa pelajar laki-laki dan perempuan bercanda tanpa etika. Haduh, itu bercanda atau berzina sih. Tika bergidik merinding. Apa yang harus ia katakan pada putri kecilnya Aisyah, tentang kejadian yang sedang dilihatnya. Yang Tika inginkan saat itu hanyalah secepatnya sampai dirumah dan menunggu suaminya pulang. Beruntung dia tidak menghadapi kebingungan ini sendiri.
Bukan hanya Tika saja yang kebingungan jika hal ini terjadi di depan buah hati kita, keponakan yang masih kecil atau siapa saja generasi penerus kita. Bahwa orang tua yang mendidik pribadi anak dan anak juga cerminan orang tua. Pergaulan memang bermacam-macam diluar sana, tapi filter nya tetap pada orang tua dan penerapan pendidikan agama yaitu akidah ialah solusi yang utama. Bukankah Ibu adalah madrasah utama untuk anaknya dan ayah adalah fotokopi utama untuk untuk di copy oleh si anak. Ah, ternyata keluarga faktor utama ya.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S At Tahrim 6)
Gelisah jika melihat pergaulan remaja tanpa etika, tapi jangan hanya gelisah. Kita semua bertanggung jawab atas perilaku mereka. Sadarkah jika mungkin mereka meng copy dari generasi kita. Sudahlah, yang lalu kita jadikan pelajaran untuk kedepan. Masih banyak yang harus kita perbaiki. Langkah awal adalah memperbaiki Akhlaq. Patut dipertanyakan apakah akhlaq kita bisa dijadikan contoh oleh generasi penerus kita? Sejauh mana kita ber adab dalam pergaulan, atau bagaimana adab kita dalam berpakaian lalu adab berbakti kepada orang yang lebih tua?Lihatlah betapa banyak PR akhlaq yang harus diperbaiki. Beruntung kita mempunyai Al Qur’an, tempat belajar dengan membaca lalu memahami dan diamalkan.
“Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil (QS Al Imron:3).
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (QS Al Qamar : 17)
Ah ya, semoga pembaca dimampukan dan dipilih oleh Allah sebagai contoh generasi penerus kita untuk menjadi khalifah yang baik di muka bumi ini.
Saya mungkin belum pantas berbicara panjang lebar tentang mendidik anak, karena saya belum menjadi orang tua. Tapi saya adalah seorang anak yang sedang bersyukur karena di titipkan kepada orang tua yang hebat.