Aku rindu cerita menakjubkan; ketika Harits bin Hisyam, Ikrimah bin Abu Jahl dan Iyash bin Abi Rabiah saling mendahulukan saudaranya untuk diberikan minuman, padahal ketiganya dalam keadaan terluka parah, hingga ketiganya syahid.
Aku rindu cerita menakjubkan itu; ketika Aisyah RA di cerca oleh seseorang, Ammar bin Yasir yang berselisih dengan Aisyah dalam Wa’qah Jamal justru yang membelanya.
Aku rindu cerita menakjubkan; ketika dua orang sahabat Rasul, Ibnu Abbas dan Zaid bin Tsabit yang saling beriringan menunggang kuda dan satunya menuntunnya, padahal mereka sedang berselisih pendapat yang begitu tajam
Aku rindu cerita menakjubkan; ketika Mursyid Aam membatalkan rihlah anggota Jama’ah Ikhwan, hanya karena melihat ikhwah saling berebut duduk di dalam bis.
Aku rindu cerita menakjubkan; ketika seorang al-akh menunggu saja di antrian terakhir dalam sebuah resepsi, karena mengutamakan saudaranya yang kelaparan.
Aku rindu cerita menakjubkan; ketika sekumpulan ikhwah berkumpul makan di sebuah nampan, dan sesama ikhwah saling menyorongkan daging lauknya kepada saudaranya.
Aku rindu cerita menakjubkan; ketika seorang al-akh mengundurkan diri dari amanahnya, karena melihat ikhwan lain ingin menduduki amanah itu demi memperbanyak amal kebaikannya.
Aku rindu cerita menakjubkan; ketika ada persaingan jabatan politik, seorang al-akh menyatakan dengan suara hati terjernih; “biarlah saja si fulan yang menduduki jabatan itu akh. Kapasitasnya lebih memadai”
Aku rindu cerita menakjubkan; ketika seorang al-akh mempersilahkan saudaranya mengkhitbah seorang akhwat pujaan hatinya, hanya karena pernah mengetahui saudaranya yang lain itu jatuh hati pada akhwat itu.
Aku rindu cerita menakjubkan; ketika seorang al-akh memohon maaf kepada saudaranya yang lain yang telah menyakiti hatinya, karena mengetahui saudaranya yang bersalah itu sungkan untuk minta maaf.
Aku rindu cerita menakjubkan; ketika seorang al-akh meminta dengan sangat kepada saudaranya setiap hari untuk menasehati dan menjaganya dari keburukan.
Aku rindu cerita menakjubkan; ketika seorang. al-akh datang ke rumah saudaranya yang lain, dan memohon ampunan Allah, hanya karena ia pernah membicarakan keburukan saudaranya (ghibah), membawa berita tentang sudaranya yang membawa permusuhan (naminah), serta memata-matai saudaranya itu (tajassus)
Aku rindu cerita menakjubkan; ketika ada peluang usaha yang hasilnya banyak bermanfaat bagi da’wah, seorang al-akh mempersilahkan saudaranya untuk mengambil ladang usaha itu, atau di lain kesempatan, ia mengajarkan kepada saudaranya yang lain belajar menggarap ladang usaha itu tanpa takut tersaingi
“Ukhuwah itu adalah saudara iman dan perpecahan itu saudara kufur. Ada hamba-hamba Allah bukan nabi, bukan syuhada namun “diri/disamakan” oleh para nabi dan syuhada dihadapan Allah. “Mereka orang -orang yang saling mencintai dengan ruh Allah, bukan karena hubungan sedarah atau hubungan kepentingan memperoleh kekayaan. Demi Allah, wajah-wajah mereka cahaya. Mereka takkan merasakan ketakutan ketika banyak orang yang ketakutan dan tidak bersedih, bila ummat manusia bersedih” (HR Ahmad)
“Saudara yang lurus memandang pada saudaranya lebih utama dari pada dirinya sendiri” (Hasan Al-Banna)
“Yang saya maksud dengan ukhuwah adalah terikatnya hati dan ruhani dengan ikatan aqidah. Aqidah adalah sekokoh-kokoh ikatan dan semulia-mulianya. Ukhuwah adalah saudaranya keimanan, sedangkan perpecahan adalah saudara kembarnya kekufuran. Kekuatan yang pertama adalah kekuatan persatuan; tidak ada persatuan tanpa cinta kasih; minimal cinta kasih adalah kelapangan dada dan maksimalnya adalah itsar (mementingkan orang lain dari diri sendiri)” (Hasan Al-Banna)