Di salah satu sudut ruangan seorang gadis kecil duduk sambil menangis sendu. Aku mendekati dirinya, namun si kecil ini tetap menangis. Ku ulurkan tanganku meraih tangan mungilnya. Dia menatapku, bola matanya yang penuh keluguan seolah mengisyaratkan berjuta cerita, cinta dan penuh misteri. Aku membalas tatapan wajah itu dengan sebuah senyuman, aku meraihnya dan memeluknya.
“Gadis kecil kenapa kau menangis?”
Dia tetap membisu yang terdengar hanya tangis kecilnya.
Tanganku meraih wajahnya, dengan hati-hati ku tatap matanya dan aku memegang muka yang penuh keluguan itu seraya membetulkan posisi jilbabnya yang sedikit miring.
“Bu Fida, apa Ais adalah anak yang bodoh, apa Ais anak nakal? Kenapa bundaku sering mengatakan kalau Ais anak yang nakal dan bodoh?”
Aku tersenyum.. ” Ais bukan anak nakal juga bukan anak bodoh, Ais anak sholihah dan anak cerdas.. dan Bu Fida yakin, Ais akan menjadi orang yang hebat.
“Benarkan itu Bu Guru?” tanya Ais dengan penuh semangat
“InsyaAllah” jawabku
“Asalkan Ais mau belajar giat mulai sekarang, dan mau berjanji dua hal pada bu guru”
“Apa Itu Bu”
“Ais harus berjanji agar senantiasa menjadi hamba Allah yang mencintai Allah dan Rasulullah, baik dalam keadaan senang maupun sedih.. terus berjanji agar Ais belajar menjadi anak yang berbakti kepada orang tua.. Apa Ais bisa?
Dengan air muka bahagia Ais menjawab ” InsyaAllah Bu Guru”
Akupun mengantarkan Ais pulang kerumahnya.
Di sana seorang ibu muda cemas menunggu kedatangan buah hatinya, air mukanya menunjukkan penyesalan terhadap apa yang telah katakan kepada buah hatinya.
Di peluknya putri kecilnya tsb dan kemudian mengantarkanya ke kamarnya, sedang aku di persilahkan masuk ke rumahnya. Ibu muda tersebut, menceritakan banyak hal tentang putrinya dan kenapa dia sampai mengatakan putrinya bodoh dan nakal sehingga sikap Ais sering dianggapnya mengganggunya terlebih disela-sela kesibukkannya sebagai wanita karir.
“Ibu.. Di dunia ini tak ada namanya anak yang bodoh ataupun nakal” jawabku, “yang ada adalah anak yang belum di ketahui kemampuan untuk di asah lebih dalam. Bahkan kenakalan yang ibu katakan itu hanya sebuah kamuflase agar dia mendapatkan perhatian lebih dari Anda..”
“Memiliki kemampuan yang berbeda dari apa yang kita harapkan bukan berarti dia tidak berbakat, kita hanya membutuhkan kesabaran agar lebih pro aktif mencari dan menggali bakat terpendamnya, bukanlah sesuatu yang bijak bila kita memaksa kehendak kita karena belum tentu kebutuhan kalian sama.. Jadi tolong hargailah itu.”
Ibu muda tersebut terdiam..
“Sebaiknya apa yang harus saya lakukan untuk memperbaikinya”
“Banyaklah membaca karena bagaimanapun dunia kita dulu berbeda dengan kebutuhan si kecil karena kita hidup dengan rentang waktu yang beda. Jalinlah komunikasi yang efektif dengan si kecil supaya kalian bisa saling memahami kebutuhan dan harapan di antara kalian. Terakhir berdo’alah dan jemputlah pertolongan Allah.. insyaAllah semuanya menjadi lebih baik. Maaf bu, saya pamit dulu karena sudah sore..”
Oleh : Amatulllah Mufidah, Surabaya