Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?
Kitab suci Al Quran penuh keistimewaan dan merupakan mu’jizat yang diberikan kepada nabi Muhammad shalallahu alaihi was salam, Nabi Akhir Zaman yang pada beliau telah sempurna agama ini dan menjadikan Al Quran sebagai petunjuk bagi umat manusia untuk menjalani kehidupan. Kita sering merasa memahami Al Quran bukanlah hal yang mudah, apalagi bahasanya yang memang berbeda dengan bahasa Indonesia, tetapi itulah keindahannya, ketika kita tilawah kita sedang berusaha untuk berdialog dengan Allah subhanahu wa ta’ala.
Jika kita amati ayat diatas, ternyata ayat tersebut didalam surat Al Qamar diulang sebanyak 4 kali yaitu pada ayat 17, 22, 32, dan 40. Hal tersebut sebagai bukti bahwa Allah menjanjikan kemudahan bagi kita untuk mempelajari Al Quran, baik dalam mempermudah pembacaan maupun memahami pengertian yang penuh ibarat dan tamsil (membuat pemisalan perumpamaan), serta untuk kita jadikan pelajaran dan direnungkan.
Ibarat komunikasi, jika salah dialek saja maka orang yang sedang berkomunikasi dengan kita bisa tidak paham apa maksud kita, salah arti atau yang lebih fatal bisa salah makna. Al Quran langsung diturunkan sebagai firman Allah subhanahu wa ta’ala, nah berani kah kita mengubah-ubahnya karena egoisme kita dengan dialek daerah kita saat ini?
Saat tilawah adalah saat kita berkomunikasi dengan Allah. Agar komunikasi berjalan dua arah, perlu kita perbaiki bacaan kita, mulai dari makharijul (cara keluar) huruf dan penggunaan tajwid yang benar.
Sekali lagi mari kita dalami makna ayat di atas, bahwa tak ada kesukaran ketika kita memang sungguh-sungguh memahaminya. Dan ayat tersebut terbukti pada kemudahan dari keunikan yang ada pada Al Quran cetakan Timur Tengah atau sering disebut Al Quran Utsmani atau Al Quran Madinah.
Al Quran Madinah merupakan Al Quran standar yang dipakai di seluruh dunia. Pada Al Quran tersebut, kita dibantu untuk tidak perlu hafal huruf dalam hukum tajwid seperti ikhfa, ’idgham dan idzhar. Karena terdapat beberapa tanda yang mempermudah kita dalam membacanya.
Pada Al Quran Madinah, hukum idzhar dimana dibaca jelas dan tidak ghunnah (mendengung) ditandai dengan nun mati yang diatasnya ada tanda sukun, kemudian untuk fat-ha-tain dan kasrah-tain kalau diperhatikan bentuk garisnya sejajar, sementara itu untuk dhammah bentuknya seperti angka enam sembilan.
Berbeda dengan ikhfa’ dibaca samar antara idgham dan idzhar disertai ghunnah, sehingga pada Al Quran Madinah ditandai dengan nun mati yang tidak ada tanda sukun diatasnya dan tanda fat-ha-tain serta kasrah-tain jika diperhatikan tidak sejajar bentuknya, sementara itu untuk dhammah bentuknya seperti angka sembilan-sembilan.
Sementara untuk idgham yang dibagi dua: idgham sempurna dan tidak sempurna juga memiliki ciri khas tertentu pada Al Quran Madinah. Idgham sempurna adalah memasukkan huruf setelahnya dengan sempurna sehingga huruf pertama hilang makhraj dan sifatnya, dan idgham tidak sempurna adalah memasukkan huruf pertama dimana masih ada sifatnya.
Idgham sempurna ditandai dengan tanda seperti ikhfa’ tetapi setelah tanda baca bertemu huruf yang ber-tasydid. Sedangkan yang tidak sempurna hurufnya tidak ber-tasydid setelah tanda baca.
Belajar hukum tajwid memang fardhu kifayah, tetapi hukum praktiknya adalah fardhu ‘ain. Di setiap lantunan ayat Al Quran yang kita baca, ada do’a pengharapan, ada peringatan, dan ada hikmah yang perlu dipelajari dan direnungkan. Oleh karena itu, tak ada alasan untuk merasa sulit, tetapi kesungguhan yang diperlukan. Janji Allah yang mempermudah kita dalam mempelajarinya terbukti dari tanda-tanda yang unik yang membuat kita mudah untuk membacanya.
Ad Dahhak telah meriwayatkan bahwa Ibnu `Abbas berkata: “Andaikata Allah tidak memudahkan Al Quran bagi lidah manusia, niscaya tidak seorang pun dari manusia yang dapat berbicara dengan pembicaraan Allah.”
Untuk mengenal Al Quran dengan lebih dekat melalui menghafalnya, maka diperlukan perbaikkan bacaan yang tiada henti, selain itu tak lupa untuk mengajarkan kembali apa yang sudah dipelajari. Belajar makharijul (cara keluar) huruf hijaiyah sesuai haqnya memang sulit, tetapi kesulitan itu akan berakhir pada kemudahan kita membacanya dengan sempurna seperti bacaan Rasulullah shalallahu alaihi was salam.
Ibadah adalah cinta dan kesungguhan. Jadi, jangan pernah lelah untuk meletakkan kata-kata itu dalam hati kita dan menjadikannya pelecut ibadah dan amal. Sesungguhnya, Al Quran itu mudah untuk dipelajari. Buktikanlah!
Nisa Adzkiya – Nangroe Aceh Darussalam