Anak-anak Penghafal Al Quran dari Somalia

Namanya Hassan. Sebenarnya ia menyebutkan nama panjangnya secara lengkap. Namun keriuhan saat itu membuat tim PKPU Aid for Somalia yang berkunjung kerumah pengungsian itu harus meladeni diskusi dengan beberapa anak sebaya lainnya, relawan lokal dan para pengungsi.

Selepas melakukan prosesi awal pembuatan sumur di kamp pengungsian Abd Azis, relawan lokal Mohammed Yusuf meminta tim PKPU melihat aktifitas puluhan anak yang sedang belajar. Jangan berpikir tentang aktifitas belajar mengajar sebagaimana anak-anak seusia mereka di negeri manapun. Usia mereka bervariasi antara 4-10 tahun. Dibilik bundar selebar 2 meter itu kami membungkuk untuk bisa masuk didalamnya. Bilik ini seperti hunian umum pengungsi lainnya terbuat dari kumpulan ranting dan dahan kayu, tanpa dinding dan beralas tanah.

Mengejutkan, kami menemukan beberapa lembar papan dan pelepah kayu bertuliskan untaian ayat-ayat dan potongan surat Al Quran. Tentu kita akan langsung mengingatkan kisah pembukuan mushaf Al Quran di kala para Sahabat. Itu surah Al Waqi’ah kata pengasuhnya.

Sejenak mendengar kenapa Al Waqi’ah? Apa karena salah satu fadhilah dari surah ini tentang kemiskinan? Namun dari tulisan inilah anak-anak ini belajar dan menghafal. Diantara mereka bahkan tidak dengan kondisi busana yg lengkap, lengkap pun sudah lusuh dan koyak. Dan tentunya bukan hanya Al Waqi’ah.

Bisa dibayangkan akan begitu banyak papan dan pelepah yang dibutuhkan untuk menuliskan 30 juz, sementara jangankan papan, rantingpun sangat langkah di daerah gersang seperti ini.

Hassan, Sang Penghafal Al Quran dari Somalia

Kembali ke Hassan, saya masih tertegun, sembari menyaksikan ia melafalkan ayat-ayat yang ia pelajari. Sang pengasuh memintanya membacakan juz amma. Surah Al Muluk dihafalkan sampai tuntas. Selanjutnya surah pilihan sesuai instruksi pengasuhnya. Sangat lancar. Beberapa anak sudah menghafal 4-5 juz terakhir termasuk Hassan.

Kami meninggalkan kamp ini. Sepanjang perjalanan, sejumlah pertanyaan muncul.. Cerita para sahabat ratusan ribuan tahun masih kita jumpai.

Apa sesulit itukah kalian mendapatkan kertas, alat tulis, mushaf skalipun bekas, padahal negeri tetangga  di seberang kan ada yg makmur? Tapi akhirnya menjadi realistis jika sebelum pertanyaan ini muncul mereka harus berjuang dengan persoalan perut yang jauh lebih penting, tentang hidup dan mati..Semoga Allah SWT memberi kekuatan kita semua.

pkpu | fimadani