Sepotong Kayu tiba-tiba saja sudah berada tepat di depan pemanggang sate. Suara teriakan saling menghujat riuh ramai di sekitar warung itu. Seorang ibu paruh baya terpaksa membatalkan sate yang sudah di pesannya. Pelanggan lainnya bubar entah kemana.
Hari itu tepat malam ke-20 di Bulan yang amat mulia, Ramadhan. Malam yang seharusnya diisi dengan munajat dengan penuh kekhusyukan kepada Allah SWT. Namun malam itu berbeda, gerombolan remaja yang biasa nongkrong di pinggiran perempatan jalan Provinsi sebuah Kabupaten di Jawa Barat terlibat tawuran dengan remaja lain. Entah apa pemicu pertikaian itu. Apapun itu terdapat satu hal yang sudah pasti, bahwa perbuatan yang mereka lakukan telah merugikan orang-orang di sekitar mereka.
Jalanan menjadi macet. Warung tegal di samping mereka mangkal ditinggalkan pembeli. Pedagang sate di depan tempat mereka biasa menghabiskan waktu merugi karena dagangan yang sudah dipesan dibatalkan oleh konsumennya. Para tukang ojek harus berpindah tempat mangkal. Dan masih banyak kerugian lain yang tak mungkin di sebutkan satu persatu.
Betapa tercela apa yang sudah mereka lakukan. Waktu yang mereka miliki seharusnya dapat di gunakan dengan baik , malah digunakan untuk hal-hal yang dapat merugikan orang banyak. Seandainya waktu bisa ditukar, ingin rasanya kutukar waktu yang telah mereka sia-siakan untuk dapat digunakan dalam aktivitas kebaikan yang masih sangat sedikit ini. Hasan Al- Banna pernah berkata bahwa Kewajiban yang kalian miliki lebih besar dari pada waktu yang kalian punyai. Jika kita meresapi kata-kata beliau sungguh benar adanya. Jika kita me-list satu persatu apa yang harus kita lakukan dan dibandingkan dengan waktu yang kita punyai maka waktu kita serasa tidak cukup.
Begitu pentingnya waktu hingga Allah SWT bersumpah menggunakan waktu, Al-‘Asr, Al-Lail, Adh-Dhuha. Begitu besarnya perhatian Allah terhadap waktu hingga menamai beberapa surat yang terdapat dalam Kitab-Nya dengan waktu (Al-‘asr). Waktu adalah kehidupan. Manusia hidup dari rangkaian waktu yang tersusun dari detik, menit, jam, hari hingga, tahun. Saat jatah waktu yang Allah berikan kepada seseorang habis, maka berakhirlah hidup seseorang.
Waktu-waktu yang telah di lewati manusia akan menjadi umur yang kelak akan di pertanggungjawabkan. Rasulullah SAW, bersabda : “Kedua telapak kaki seorang hamba akan selalu berada di hadapan Allah, sehingga hamba itu ditanya tentang empat hal : (1) tentang umurnya, untuk apa umurnya itu dihabiskan; (2) tentang jasadnya, untuk apa jasad itu dirapuhkan; (3) tentang ilmunya, untuk apa ilmu itu dipergunakan; (4) tentang hartanya, dari mana harta itu diperolehnya, dan untuk apa harta itu dibelanjakannya” (HR. At-Tirmidziy no.2417). Jadi, masihkah kita akan menyia-nyiakan waktu yang telah Allah amanahkan kepada kita?
Waktu adalah pedang, begitu sabda Rasulullah SAW. Jika kalian tidak menggunakannya untuk memotong niscaya kalian lah yang akan terpotong. Waktu adalah makhluk Allah SWT yang ketika ia telah berlalu maka ia tidak dapat kembali lagi, walau seper seribu detik. Ia pun tidak dapat di majukan barang sebentar walau di tukar dengan seluruh makhluk Allah yang berada di atas dunia ini. Berkat Maha Kasih dan Sayang Allah, semua makhluk-Nya dikaruniai waktu yang sama, dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu. Apakah ia orang kaya yang memiliki rumah megah dan uang melimpah, ataukah seorang miskin yang tinggal di kolong jembatan, mereka sama-sama dikarunia Allah waktu yang sama. Seorang kakek yang sudah memiliki dua belas orang cucu maupun bayi mungil yang baru lahir sama-sama memiliki waktu yang sama.
Presiden Iran yang mengurusi satu negara memiliki waktu dua puluh empat jam sehari. Seorang yang sakit jiwa pun memiliki waktu dua puluh empat jam sehari. Namun dalam memanfaatkan waktu terdapat perbedaan yang sangat signifikan. Dalam satu waktu seorang Presiden Iran dapat mengatur urusan manusia satu negara, namun dalam waktu yang sama seorang yang sakit jiwa bukan hanya tidak dapat mengurus orang lain, bahkan dirinya saja tidak mampu ia urus. Samakah antara yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat?
Seandaianya waktu bisa di tukar maka sungguh akan ada lebih banyak kemanfaatan yang timbul dari orang-orang yang selalu mengurusi umat dan orang banyak. Namun karena waktu tidak dapat ditukar oleh orang lain maka kita hanya bisa berdoa dan berusaha memanfaatkan waktu yang terbatas ini dengan semaksimal mungkin.
Wahai saudaraku dengan tulisan yang sederhana ini saya ingin mengingatkan diri sendiri khusunya dan sebagai masukan untuk para pembaca, mulai detik ini jangan sampai ada waktu yang tebuang dengan sia-sia. Manfaatkan waktu yang sedikit ini dengan amal-amal produktif dan amal-amal yang memberikan kemanfaatan untuk orang lain.
Wallohu’alam Bishowab