Apa Yang Salah dengan Kita?

Apa yang salah dengan kita?

Ketika Rasulullah menikah dalam kesederhanaan dan keterbatasan harta namun begitu romantis serta syahdu rumah tangganya hingga terumpamakan selayak sekeping syurga yang tergeletak di dunia, kita yang malah memiliki rumah lebih luas dari rumah Rasulullah, harta yang mencukupi, kenderaan yang memudahkan, pendapatan yang melebihi kebutuhan, namun kita malah sulit mencari bahagia.

Apa yang salah dengan kita?

Ketika Ali Radhi Allahu Anhu menikah dan memulai dari nol, berbekal uang dari penjualan baju zirahnya saja, memiliki hanya satu selimut yang dipakai sebagai alas makanan di pagi hari serta malamnya dijadikan alas tidur, berbantalkan sabut kurma dalam kain perca, dan timba serta gerimba untuk penyimpanan kurma, rumah yang awalnya terletak di perbatasan kota dan jauh dari mesjid nabawi, namun rumah tangganya begitu berkah dan mewangi. penuh canda tawa dan kebahagiaan,

sedangkan pemuda kita saat ini, berbadan sehat dan tegap, berilmu serta cakap, berpenghasilan serta berharta, memiliki ide-ide besar dalam membentuk generasi rabbani, namun malah sering kecut dan takut untuk memulai kehidupan berumah tangga.

Apa yang salah dengan kita?

Ketika Umar bin Khattab tiada malu mengetuk pintu-pintu rumah shahabat demi menawarkan anaknya Hafsah agar dinikahkan dengan mereka, kita yang tidak lebih mulia dari Umar merasa ragu berjibaku mencarikan suami yang taat untuk anak dan saudari-saudari kita. bahkan tanpa sungkan menolak lamaran lelaki yang bagus agamanya hanya karena takut kemiskinan mendera anak atau saudari kita.

Apa yang salah dengan kita?

Bahkan Julaibib yang buruk rupa, tidak terkenal nasabnya, namun Rasulullah bersegera membantunya mencarikan seorang istri yang bagus nasab dan agamanya., maharnya pun di mudahkan. namun di saat ini, lelaki yang begitu pantas untuk menikah pun masih enggan menikah padahal dia jauh lebih siap menikah dibandingkan dengan Julaibib

Bila bukan karena terlalu miskin, sedikitnya ilmu, lemahnya tubuh, maka apa yang salah dengan kita hingga kita masih menunda menikah?

Rh. Fitriadi