Tasyabbuh (penyerupaan) adalah pelakunya melakukan sesuatu yang merupakan ciri khas yang diserupainya. Menyerupai orang-orang kafir artinya, seorang Muslim melakukan sesuatu yang merupakan ciri khas mereka.
Seyogianya kita sebagai Muslim diperintahkan untuk menyelisihi jalan orang-orang kafir…. bukan malah mengikuti dan menyerupai tatacara beribadah mereka.
Allah shubhana wata’ala berfirman, “Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurot dan sifat-sifat mereka dalam Injil. Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Alloh hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir dengan kekuatan orang-orang mukmin.” (QS. Al-Fath: 29)
Membangkitkan amarah dan kejengkelan orang-orang kafir merupakan tujuan yang disukai oleh Robb dan sesuatu yang dituntut oleh Allah. Membangkitkan amarah dan kejengkelkan orang kafir termasuk dalam kesempurnaan ‘ubudiyah (penghambaan kepada Alloh –ta’ala-).
Hal ini sebagaimana Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika shalatnya telah sempurna, maka dua sujud itu untuk membuat setan marah dan jengkel.” Dalam riwayat lain: “Sebagai pembangkit kemarahan setan.”
Menyelisihi orang kafir dengan membangkitkan amarah dan kejengkelan merupakan hal yg efektif untuk menutup pintu tasyabbuh (penyerupaan) terhadap mereka dan lebih membantu untuk meninggalkan penyerupaan tersebut dalam rangka meraih keridhoan Allah. (lihat: Al-Iqtidha’: 1/98)
Dan sifat tasyabbuh terhadap orang kafir adalah menyebabkan hilangnya loyalitas seorang Muslim kepada Alloah dan hilangnya perlindungan Allah bagi si pelaku, sebagaimana Alloh berfirman:
“Seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap siksa Alloh.” (QS. Ar-Ra’d: 37).
Tasyabbuh juga menyebabkan kesesatan, sebagaimana Allah berfirman : “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu engikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang benar.” Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Alloh tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 120)
Tasyabbuh juga menyebabkan tidak adanya pertolongan Alloh terhadap si pelaku, sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 120)
Tasyabbuh juga termasuk dalam bentuk kedzoliman sebagaimana Allah berfirman, ‘Sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu -kalau begitu- termasuk golongan orang-orang yang dzalim.” (QS. Al-Baqoroh: 145)
Hal ini juga berdasarkan hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang bersabda: “Pasti kalian akan mengikuti orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, dan sehasta demi sehasta, sampai jika mereka memasuki lubang biawak kalian pasti akan mengikuti mereka.” Kami berkata: “Wahai Rosululloh, yahudi dan Nashoro?” Beliau bersabda: “Siapa lagi?” (HR. Al Bukhari (7320) dan Muslim (2669)).
Juga dalam hadis yang lain Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Tidaklah akan datang hari Kiamat sampai umatku mengambil apa yang diambil oleh generasi sebelum mereka, sejengkal demi sejengkal, dan sehasta demi sehasta.” Kami berkata: “Wahai Rasulullah, seperti Persia dan Romawi?” Beliau bersabda: “Siapa manusia selain mereka?” (HR. Al Bukhariy (7319)).
Penyerupaan kaum muslimin terhadap orang-orang kafir juga merupakan sebab penyelisihan kaum muslimin itu sendiri terhadap petunjuk Rosul shallallohu ‘alaihi wa sallam-. Hal ini sebagaimana disampaikan dalam tafsir firman Allah –ta’ala-: “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi bergolong-golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Alloh. Kemudian Alloh akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” (QS. Al-An’am: 159)
Sedangkan menyelisihi orang-orang kafir termasuk upaya mengalahkan mereka. Hal ini berdasarkan hadis dari Abu Hurairah –radhiyallohu ‘anhu- bahwa Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
“Agama ini senantiasa menang selama manusia menyegerakan buka puasa, karena orang-orang Yahudi dan Nasrani mengakhirkannya.” (HR. Abu Dawud, no. 2353; hadits hasan)
Menyelisihan orang-orang kafir juga merupakan sebab keselamatan dari murka Alloh –‘azza wa jalla-. Dari Ibnu ‘Abbas –rodhiyallohu ‘anhuma- bahwasanya Nabi –shollallohu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
“Tiga jenis manusia yang paling dibenci oleh Allah: mulhid (pembuat penyelewengan syariat) di tanah harom, orang yang mencari sunnah jahiliyyah dalam berislam, orang yang menuntut darah seseorang untuk ditumpahkan tanpa haq.” (HR. Bukhori, no. 6882, bab Man Tholaba Dam Imriin, cet. Darul Kitab Al-Arobi)
Juga dalam hadis yang lain, Rasulullah bersabda : “Dan barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud, no. 4026, hadits shohih)
Namun yang sangat disayangkan, berdalih ingin mendakwahkan hukum-hukum Allah kepada orang kafir, tapi kenapa malah menjelek-jelekkan ummat Islam itu sendiri?