Bahagia Menurut Islam Itu Bukan Harta tapi Hati

Bahagia Menurut Islam – Mungkin hari ini, banyak dari kita yang terjebak dalam konsepsi tentang bahagia. Berapa banyak yang mengasosiasikan keadaan hati dengan banyaknya materi? Padahal Islam tidak pernah mencatat riwayat baik itu Firman ataupun Hadits yang berkata demikian. Lalu bagaimanakah bahagia menurut Islam?

Rasulullah saw. pernah bersabda,

“Yang namanya kaya (ghina’) bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun yang namanya ghina’ adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Semua orang tentulah mendambakan kehidupan yang bahagia. Tetapi banyak yang malah menempuh jalan yang keliru untuk mendapatkannya. Maka tidak jarang, apa-apa yang telah mereka dapatkan bukan membahagiakan, tetapi malah menyengsarakan.

cara terbebas dari hutang secara islam
huffingpost.com

Sebagaimana hadits di atas, seharusnya kita menakar bahagia atau tidaknya kita itu dari hati. Seberapa nyaman hati kita pada suatu keadaan, seperti itulah kadar kebahagiaan kita.

Maka sebetulnya konsep sederhana dari bahagia adalah selalu bersyukur dan merasa cukup (Qona’ah). Namun memang, meskipun kita sudah tahu, susah sekali untuk dipraktekkan.

Mari simak kalam-kalam Allah yang indah,

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An Nahl: 97). Ini adalah sebuah janji dari Allah; sebagai balasan bagi orang mukmin di dunia, yaitu akan mendapatkan kehidupan yang baik.

وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl: 97). Tidak hanya di dunia, tetapi juga sampai kehidupan selanjutnya. Seperti dalam ayat ini adalah balasan di akhirat, yakni alam barzakh.

Di surat lain Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.” (QS. Huud: 3).

Begitu pula Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10).

Tidak cukupkah ayat-ayat di atas membuatmu yakin bahwa dengan beriman kamu bisa bahagia?

Cara-Cara Bahagia

hubungan intim

fimanadi.com mencoba merangkum dan mengumpulkan sedikit cara-cara agar kita dapat menjadi seseorang yang bahagia berdasarkan nash-nash / hadits dari Rasulullah saw.

1. Tulus Menerima Ketetapan Allah

keutamaan shalat tarawih

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Di antara kebahagiaan anak Adam adalah istikharahnya (memohon pilihan dengan meminta petunjuk kepada Allah) kepada Allah, dan diantara kebahagiaan anak Adam adalah kerelaannya kepada ketetapan Allah, sedangkan diantara kesengsaraan anak Adam adalah dia meninggalkan istikharah kepada Allah, dan diantara kesengsaraan anak Adam adalah kemurkaannya terhadap ketetapan Allah.” [HR. Ahmad No. 1367]

2. Berpegang Teguh pada Agama di Tengah Rusaknya Moral

hukum dalam wakaf

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Iman itu bermula dalam keadaan asing dan akan kembali asing seperti semula, maka berbahagialah orang-orang yang asing pada hari itu, ketika manusia sudah rusak …” [HR Ahmad No. 1518]

3. Terpelihara Dari Fitnah

indahnya surga

“Barang siapa memberi tangguh pada orang yang kesulitan atau menggugurkannya, Allah akan memelihara dia dari uap (panas) Jahannam. Ketahuilah bahwa amalan surga ialah kesulitan yang berada di jalan mendaki.” (Beliau saw. mengucapkannya tiga kali), “Sebaliknya ketahuilah bahwa amalan neraka itu ialah kemudahan di emperan rumah. Orang yang bahagia adalah yang dipelihara dari fitnah. Tidak ada tegukan yang lebih aku sukai daripada tegukan kemarahan yang ditahan oleh seorang hamba. Tidaklah seorang hamba menahannya (yakni menahan kemarahan) karena Allah, kecuali Allah akan memenuhi hatinya dengan keimanan.” [HR Ahmad No. 2860]

4. Memiliki Istri Shalehah, Tempat yang Baik, dan Kendaraan Yang Baik

http://nettik.net/
sumber : http://nettik.net/

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiga faktor kebahagiaan anak Adam, dan tiga faktor kesengsaraan anak Adam; faktor kebahagiaan anak cucu adam adalah istri yang shalehah, tempat tinggal yang baik, dan kendaraan yang baik. Sedangkan faktor kesengsaraan anak Adam adalah istri yang berakhlak buruk, tempat tinggal yang buruk dan kendaraan yang buruk.” [HR Ahmad No 1368]

5. Rajinlah Berpuasa

mandi junub
rumaysho.com

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla melipat gandakan satu kebaikan bagi anak Adam menjadi sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat kecuali puasa. Puasa adalah untukKu dan Akulah yang membalasnya. Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan pada hari kiamat. Dan bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari pada wewangian misik.” [HR Ahmad No 4036]

6. Bersyukur

anak kecil berdoa

Karena kebahagiaan bagian dari nikmat, maka syukuri kebahagiaan itu agar bertambah.

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim: 7)