“Sabar itu ada batasnya!” Kalimat itu bukanlah kalimat baru. Seringkali kita mendengarnya, atau bisa jadi kita sendiri termasuk orang yang mudah mengatakan kalimat tersebut. Benarkah sabar itu berbatas? Atau tanpa batas? Jika berbatas, dimanakah batas akhir dari sebuah sikap bijak bernama sabar itu?
Sabar merupakan salah satu mutiara yang diajarkan oleh Rasulullah kepada umatnya. Dalam sebuah riwayat, beliau mengatakan, “Sungguh ajaib setiap urusan orang beriman. Jika diberi nikmat mereka bersyukur, dan itu baik baginya. Jika diberi ujian mereka bersabar, dan itu baik baginya.” Sabar dalam hadits ini dikategorikan sebagai sebuah sifat yang membuat orang mukmin ‘ajaib’ dalam pandangan Allah dan Rasulullah.
Sabar berarti tahan uji. Ia bukan sikap pasif. Melainkan sebuah sikap aktif yang didorong oleh idealisme. Ia adalah desakan yang ada pada setiap manusia untuk menjadi lebih baik dari hari ke harinya. Karena kesabaran inilah, kita mengenal banyak pribadi yang sukses. Mereka sabar dalam mengejar mimpi sehingga terwujud seperti apa yang dia inginkan. Rasulullah dan para sahabat adalah salah satu bukti. Beliau dengan kesabaran baja tetap menyebarkan risalah Allah. Bahkan, himpitan, siksaan, juga aneka makar yang selalu dilancarkan oleh seluruh pengganggu dakwah seperti tidak berdampak. Rasululah tetap melanjutkan langkah, meskipun banyak ‘anjing’ menggonggong. Akhirnya, Islam jaya di muka bumi.
Allah berkali-kali memerintahkan kepada kita untuk bersabar, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’”(Al baqarah : 45). Dalam ayat lain, “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan Sabar dan Shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” ( Albaqarah 153).
Sabar dalam kedua ayat di atas merupakan sarana yang Allah berikan kepada kita untuk mengundang pertolonganNya. Ia juga berfungsi agar kita selalu disertai Allah dalam setiap jenak kehidupan. Kedua ayat ini merupakan sebuah janji dan resep mujarab dari setiap apa yang kita alami dalam kehidupan yang makin tidak pasti ini. Dimana pertolongan Allah dan kesertaanNya dalam setiap kondisi adalah jaminan terbaik bagi seorang hamba yang memang tidak punya daya upaya kecuali karenaNya.
Sabar yang diperitahkan oleh Allah adalah sabar yang baik, “Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.” (Al Ma’arij : 5). Dalam menafsirkan ayat ini, Sayyid Quthb mengatakan, “Sabar yang baik adalah kesabaran yang tenang tenteram, kesabaran yang tidak disertai perasaan-perasaan marah dan gelisah dan tidak pula disertai rasa ragu-ragu terhadap kebenaran janji Allah. Kesabaran orang yang yakin terhadap akibat-akibat, kesabaran orang yang rela dengan takdir Allah, kesabaran orang yang menyadari hikmah disebalik ujian Allah dan kesabaran orang yang senantiasa berhubung dengan Allah dan mencari pahala di sisiNya dan dari apa saja kesusahan yang menimpa dirinya.”
Dalam ayat lain, Allah juga memerintahkan kita untuk bersabar seperti sabarnya para nabi Ulul ‘Azmi, yaitu nabi yang mempunyai kesabaran yang sangat bagus jika dibanding dengan nabi lainnya. Allah berfirman, “Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar ( Ulul ‘Azmi )” (Al Ahqof : 35 ).
Semoga kita bisa menjadi pribadi yang Sabar dengan terus berdoa dan berusaha. Karena sabar, ternyata hanya bisa dilakukan karena pertolongan Allah, “Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah” (Al Ahqaf : 127). Semoga Allah menolong kita sehingga menjadi pribadi yang sabar dan menurunkan pertolonganNya lantaran kesabaran kita. Wallahu A’lam.