Batasan Dalam Bertindak

“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi!” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari.” (QS. 2: 11-12)

Ketika saya membaca beberapa portal berita hari ini, beberapa diantaranya membuat headline yang cukup ironis dan tragis. Dua berita yang mengejutkan datang dari negeri Sakura, yang ilmuwannya berhasil membuat daging sintetis dari kotoran manusia dengan mengambil zat-zat seperti protein, karbohidrat dan sebagainya. Menurut berita yang saya baca, daging sintetis yang kemudian diolah menjadi steak ini telah diuji rasa, dan menurut mereka rasa dagingnya mendekati rasa daging sapi. Hasil penelitian yang sangat kontroversial ini memang masih akan disempurnakan lagi mengingat dampak psikologisnya. Ilmuwan Jepang tersebut memang meyakini kandungan zat izinya sangat tinggi. Hal ini juga sebagai upaya mengurangi polusi dari pembuangan kotoran manusia yang populasinya semakin meningkat namun tidak diiringi dengan ketersediaan bahan pangan.

Sepintas, kita sebagai orang awam insya Allah merasa jijik membacanya. Bahkan mendengar kotoran manusia saja kening kita sudah mengkerut, lantas bagaimana jika kita memakannya? Ah, tak perlu dibayangkan. Hal yang patut diperhatikan adalah aspek halal dan haramnya, karena kita adalah umat Islam yang sudah seharusnya mempertimbangkan betul perkara halal dan haram, bahkan perlu juga di tambahkan, thoyyib alias kebersihannya. Sayyid Sabiq dalam Fiqh Sunnah bab Thaharah membuat sub-bab tersendiri tentang kotoran manusia. Muntah, kencing dan kotoran manusia termasuk dalam najis, dengan beberapa pengecualian, yaitu untuk muntah jika jumlahnya sedikit, juga terkait kencing bayi. Selain itu, sudah jelas hukumnya adalah haram. Logikanya, masyaAllah…Jepang ini seperti sudah benar-benar tidak ada makanan saja. Seharusnya, kotoran itu bisa dimanfaatkan untuk pupuk sehingga tanaman hijau bisa ditumbuhkan untuk dijadikan makanan alternatif yang justru dengan itu mereka turut membantu masalah pangan dunia. Bukankah tumbuhan hijau justru lebih kaya manfaat? Bahkan pun ketika ingin mengkonsumsi daging, beberapa waktu lalu tersiar kabar bahwa Australia hendak memusnahkan unta-unta liar yang berkeliaran di negaranya. Nah, kenapa tidak memanfaatkan kondisi itu? Bukankah itu justru membantu pihak Australia yang kelabakan menangani unta-unta?

Lain ladang lain belalang, lain benua lain pula masalah yang ditimbulkan. Berita ini datang dari markas besar Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Para pembesar yang duduk dalam markas PBB ini baru saja mengetok palu tanda setuju untuk persamaan hak kaum yang sempat dibinasakan Allah Swt karena perbuatan keji mereka,

Dan (ingatlah) ketika Luth berkata kepada kaumnya, “Kamu benar-benar melakukan perbuatan yang sangat keji (homoseksual) yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun dari umat-umat sebelum kamu.” (QS. 29:28)

Kaum gay, lesbian, trans-gender dan para simpatisan mereka kini boleh berbangga hati karena hak-hak mereka telah diakui dan disahkan oleh PBB. Sekali lagi atas nama HAM. Selama sidang pengesahan resolusi tersebut, banyak di antara negara-negara Afrika dan Arab yang tergabung dalam OKI menolak gagasan tersebut. Entah bagaimana dengan Indonesia. Negara yang dalam pandangan saya, batas antara benar dan salah, halal dan haram semakin hari justru semakin abu-abu.

Dengan melihat dua headline berita tersebut, kita seolah sedang menghitung mundur datangnya balasan dari Allah Swt atas makhluknya yang semakin jauh dari sunnatullah. Tanda-tanda kiamat terasa semakin jelas, jadi kawan-kawan, sebaiknya kita segera perbanyak lagi perbekalan kita sebelum Israfil benar-benar meniup sangkakalanya, pertanda Hari Kebangkitan itu telah tiba.

“Hari Kiamat. Apakah hari Kiamat itu? Dan tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan. Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. Maka adapun yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang). Dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas” (QS. 101: 1-11)

Oleh: Rina Rakhmawati, Jogjakarta.
Blog