Beda: Cinta vs. Kasih Sayang

Cinta bukan kata asli bahasa Indonesia atau Melayu. Ia datang daripada bahasa Spanyol dan Portugis ke tanah Melayu semasa zaman kolonial Eropa dahulu.

Arti cinta adalah pita sebagai tali pengikat. Dan arti kedua daripada cinta adalah cincin. Pita sendiri juga bukan asli bahasa Indonesia, melainkan dari kata fita milik Portugis. Biasanya pita adalah berkait erat dengan bentuk pemberian cadeau atau kado. Pengistilihan kado adalah meniru lughah Belanda, kata lain dari hadiyah.

Dalam sastra Melayu asli, tidak ditemukan kata cinta, melainkan hanya kata kasih dan sayang atau rahman wa rahim, seperti termakhtub dalam pantun Melayu berikut:

dari mana punai melayang
dari sawah turun ke kali
dari mana kasih sayang
dari mata turun ke hati

Di kemudian hari pantun itu berulah dan berubah menjadi:

dari mana datangnya lintah
dari sawah turun ke kali
dari mana datangnya cinta
dari mata turun ke hati

Bahasa Indonesia tidak bisa menterjemahkan dan menggambarkan secara pasti apakah itu sebenar cinta.

Yang mesti kita pahami, sejarah awal kata cinta di Nusantara adalah, wujud bentuk pemberian cincin berpita atau cadeau ketika orang melamar calon istri sebagai tanda jadi untuk pernikahan. Ini adalah efek ekpansi bahasa dari ekspansi militer Portugis di Nusantara pada masa lalu.

Jadi ketika ada orang mengatakan, “aku cinta padamu,” adalah sama arti dengan ia mengatakan, “aku pita padamu,” atau, “aku cincin padamu.” Sunggoh menjadi aneh dan rancu jadinya. Mungkin makna yang tersembunyi adalah, “aku terikat dengan kamu.” Tapi hanya terikat, dasar laki-laki masih bisa selingkuh atau membuat konspirasi ranjang dengan yang lain.

Kalau digambarkan dan diterjemahkan dengan bahasa Arab, juga tidak mewakili seperti wujud sebuah aqad, jika cinta itu tali ikatan seperti tali cinta. Karena mereka menamakan cinta sejak kali bertemu pandang, sedang ke dua belah pihak belum ada kesepakatan dan keterikatan akad saat bertemu pandang. Arti aqad adalah iqad atau iqadan yang kemudian melahirkan kata ikat atau ikatan sebagaimana istilah untuk utas tali dalam bahasa Indonesia.

Jadi cinta adalah sebuah cerita untuk orang dewasa yang hendak naik rumah berjenjang atau rumah tingkat atau rumah bertangga. Rumah bertangga atau rumah berjenjang biasa disebut lamin. Di mana lamin adalah rumah bertingkat tempat berkumpul keluarga besar suatu suku di Kalimantan. Sehingga arti lain Rumah Tingkat atau Rumah Tangga adalah Lamin.

Kemudian orang menyebut “naik lamin” atau “naik pe~lamin~an”. Yaitu sebagai kiasan menuju tatanan rumah besar yang naik tangga berjenjang di mana dalam kehidupan kita akan menemukan jenjang-jenjang kesulitan dan ujian hidup.

Alat untuk berumah tangga disebut ke~lamin. Jadi fungsi alat kelamin adalah untuk berumah tangga bukan untuk berpacaran dan apalagi untuk berpelacuran dan berbuat yang tidak senonoh. Tidak untuk berbuat yang enggak-enggak dan yang engguk-engguk.

Dan jangan anda menawarkan sebuah kalimat seperti ini, “Mari main ke rumah saya,” karena sama maksud dengan mengajak, “Mari main ke lamin saya.” Karena bermain kelamin adalah tidak senonoh dan dilarang oleh presiden.

Ya, cinta dan rumah tangga memang memerlukan kelamin. Dan secara tidak legal banyak penjual cinta atau penjual kelamin.

Sulit pula ditemukan istilah penjual kasih sayang, karena kasih sayang tidak dijual baik pra bayar maupun pasca bayar. Beda sekali dengan germo yang leluasa menjual beli cinta dan kelamin tanpa perlu naik pelamin dahulu.

Cinta dalam bahasa Persia adalah asyiq, bahasa Indonesia menulisnya menjadi asyik. Yaitu kondisi yang lupa diri dan lena. Kondisi yang nikmat dan kepayang. Orang yg bercinta biasa disebut masyuq sehingga ada istilah sedang berasyik masyuk dalam cumbu mencumbu. Yaitu penggambaran suasana titek titek dan tidak senonoh.

Jika republik ini telah menjadi “republik cinta” atau “republik asyik”, maka wajar saja telah menjadi “republik napsu” atau “republik mesum”. Yang diperlukan negeri ini dan pejabatnya adalah sentuhan kasih sayang kepada rakyatnya.

Pemaksaan terjemah kata cinta dari bahasa Arab adalah dari kata hubb. Kata bahasa Arab yaitu hubb diartikan cinta, padahal arti sesungguhnya dari hubb adalah suka atau menyenangi. Kata hubb kemudian berkembang dalam bahasa Inggris menjadi hobby yaitu kesukaan atau kesenangan.

Sama maksud dengan istilah amateur yaitu gambaran “suka akan sesuatu”, yang mana datang dari pengembangan kata amar dan amor. Tinju amateur adalah tinju karena kesukaan belaka, bukan sebagai profesi mencari wang. Radio amateur adalah radio untuk kesukaan belaka bukan radio niyaga.

Kalau kita perhatikan dengan seksama, film-fim Indonesia pada tahun 1960-70 tidak memakai kata cinta untuk mengucap ketertarikan atau jatuh hati. Pelakon atau bintang film akan berkata, “Wati… aku kasih padamu, aku sayang padamu.”

Film-film masa lalu mengingatkan kita, betapa santunnya bangsa Indonesia di masa lalu.

Penterjemahan dan pengartian cinta menjadi banyak ma’na. Terlebih dalam bahasa Indonesia kian menjadi rancu, karena bahasa Indonesia bukan bahasa ilmu. Dokter cinta dan peramal cinta juga tidak menjabarkan, “apakah itu cinta”. Arti cinta selalu berubah-ubah setiap saat sesusai keperluan zaman.

* * *
Tuhan menurunkan paham kasih dan sayang atau paham rahman dan rahim. Suatu ajaran tentang kasih sayang untuk pergaulan dunia.

Artinya kita harus selalu memiliki rasa kasihan [rahman] dan rasa sayang [rahiim] kepada sesama makhluq, punya rasa kasihan kepada kekasih, juga kasihan kepada pasangan. Memiliki rasa kasihan kepada suku yang hitam atau yang putih, memiliki rasa kasihan kepada musuh agar tercapai perdamaian dan keselamatan dunia.

Terjadi kekerasan dalam rumah tangga, atau perceraian karena mereka telah hilang sentuhan dan rasa kasihan [rahman] kepada pasangan sehingga, lalu muncul rasa benci dalam benak masing-masing. Mungkin satu sebab satu dari mereka telah tergoda cinta dengan selingkuhan yang lain. Ini hanya efek dari zaman yang gelap, dan kejadian demikian sedang lumrah terjadi.

Kita telah banyak kehilangan sentuhan rasa kasihan [rahman] dan rasa sayang [rahiim].
Sehingga banyak cekcok dalam rumah lamin atau rumah tangga, kita menjadi tak segan memukul atau menendang, memutilasi tubuh dan meninggalkan pasangan kita, itu karena kita sedang hilang sentuhan rasa kasihan [rahman] dan rasa sayang [rahim] pada sesama makhluq.

Menendang kucing karena kebencian pada binatang, adalah wujud kita tidak memiliki sentuhan rasa kasihan [rahman] kepada sesama makhluq Tuhan. Kalau menyukai makhluq Tuhan karena sexy belaka, itu karena cinta atau napsu belaka, bukan karena kasih dan sayang. Artinya bukan karena anjuran Tuhan, tapi karena anjuran nafsu dan nafas belaka

Mempertahankan pernikahan tidak hanya memerlukan cinta, tapi memerlukan rasa kasihan dan rasa sayang. Itulah hal-hal yang utama dalam bahtera perlaminan. Kita harus selalu kasihan kepada pasangan hidup kita.

Kesalahan zaman kini adalah, banyak pernyataan sikap wanita, bahwa tidak mau dinikahi oleh pria dengan alasan karena pria itu hanya merasa kasihan [rahman] kepada wanita tersebut. Wanita tersebut akan merasa terhina jika ia dikasihani.

Sang wanita akan berkata dengan penuh makna, “Mas… aku tidak mau jika kau menikahi aku hanya karena rasa kasihan [rahman] padaku.”

Padahal dikasihani oleh pria adalah hal yg pokok dan haqiqi dari Tuhan YME.

Cinta adalah napsu dan bisa dibeli di setiap kota.

Lelaki cepat menaruh rasa cinta dengan siapa saja, namun belum tentu memiliki atau menaruh rasa kasihan dan rasa sayang pada wanita itu. Lelaki kerap berlaku seperti kuching garong. Begitu ia bertemu perempuan ia langsung bisa bersetubuh. Begitu ia masuk tempat pelacuran ia langsung “jatuh cinta”, ia langsung berkelamin.

Itulah arti cinta, adalah bukan rasa kasihan dan rasa sayang lagi. Melainkan gelora yang menyala-nyala dan mudah padam begitu maksud tercapai.

Kenapa banyak perceraian pada zaman sekarang?

Karena mereka tidak memiliki rasa kasihan [rahman] dan rasa sayang [rahim] kepada pasangannya. Mereka memiliki keinginan lain yaitu keinginan manusia. Manusia dengan manusia lain tidak akan pernah bisa cocok, melainkan harus berselaras dan berharmoni. Jika telah sepakat dalam perlaminan, maka ego pribadi harus diubahkan. Jika tidak maka kapal akan pecah dan karam.

Yang diperlukan dunia adalah kasih sayang.

Cinta selalu berubah-ubah arti menurut kepentingan zaman, kepentingan bisnis, dan keadaan.
Wujud dan rasa dari kasih sayang adalah abadi dari dahulu sehingga kini.

Dunia tidak perlu asyik masyuk untuk sebuah kelahiran bayi, namum memerlukan kasih dan sayang untuk melahirkan dan menumbuh kembangkan insan manusia dalam keselamatan dan perdamaian dunia.

Oleh: Aries Yulianto
Facebook