Bahasan kali ini saya cenderungkan untuk mendampingkan sistem/pola asuh/pendidikan Mr Kobayashi (Kepala Sekolah Dasar Tomoe Gakuen dalam buku TGCDJ) dengan pola asuh efektif (dari buku MOE, Menjadi Orangtua Efektif karya Thomas Gordon). Sebetulnya saya kesulitan karena baru sekali membaca novel tersebut –saya minimal harus 2 kali untuk disebut telah membaca buku favorit– selamat menyimak!
Totto-chan adalah gadis yang nakal, itu menurut guru-guru di sekolahnya, sebelum akhirnya sang mama mendaftarkan gadis cilik ini ke Tomoe Gakuen. Kemudian, ia bertemu orang yang tepat, sungguh-sungguh tepat untuk memuaskan hasrat kekanakannya yang cerdas; rasa ingin tahu yang tinggi, suka bereksplorasi/bereksperimen, mengkhayal, dan melakukan hal-hal unik khas anak-anak. Orang itu adalah Mr. Sosaku Kobayashi, kepala sekolah dasar Tomoe gakuen. Mr. Kobayashi sangat memahami anak-anak, setiap anak dia rencanakan, benar, saya harus mengulanginya sekali lagi agar anda mengerti; setiap anak direncanakan dengan sangat baik!
Anda akan memahaminya saat membaca bagaimana Mr Kobayashi membuat Yasuaki-chan, anak dengan cacat fisik akibat polio –dan teman-teman yang cacat fisik lainnya– menjadi pribadi yang percaya diri dan kuat! Tidak ada minder dan rendah diri karena bahkan Mr. Kobayashi pun merencanakan pembangunan karakter saling menghormati, saling melindungi, dan bersikap hormat kepada anak-anak yang lainnya, semua anak-anak di sekolah dasar Tomoe Gakuen. Iya, semua itu seolah-olah konspirasi yang beliau rancang dengan sangat baik.
Menyenangkan saat membaca bagian di mana Totto-chan akhirnya tumbuh menjadi gadis cilik yang spesial di mata Kepala Sekolah, hal itu dapat kita ketahui sejak kepala sekolah dengan sabar dan telaten mendengarkan Totto-chan berbicara, bercerita apa saja! Sementara Kepala Sekolah mendengarkan tanpa interupsi apa pun (hal. 24-28). Dapatkah Anda betah mendengarkan bocah cilik berbicara tiada henti selama 4 jam? Mr. Kobayashi bisa.
Apa yang dikatakan Kepala Sekolah kepada Totto-chan sangat mengesankan, “Kau benar-benar anak baik, kau tahu itu, kan?”, itu yang selalu dikatakan Kepala Sekolah setiap kali dia berpapasan dengan Totto-chan. Dan setiapkali Kepala Sekolah mengatakannya, Totto-chan tersenyum, melompat rendah, lalu berkata, “Ya, aku memang anak baik”. Dan ia mempercayai kata-kata itu (hal. 187-189). Lihatlah bagaimana Mr. Kobayashi meninggikan harga diri seorang anak yang dicap “nakal” oleh guru-guru di sekolah lamanya!
Mr. Kobayashi sering berkata kepada guru Taman Kanak-kanak agar tidak mencoba memaksa anak-anak tumbuh sesuai kepribadian yang sudah digambarkan.
“Serahkan mereka kepada alam”, begitu katanya. Jangan patahkan ambisi mereka. Cita-cita mereka lebih tinggi daripada cita-cita kalian” (hal. 257)
Saya membuat sebuah catatan saat membaca halaman 112-113, tentang bagaimana mama Totto-chan menerapkan prinsip “mendengar aktif”. Ceritanya, akibat hobi Totto-chan menyusup di bawah pagar kawat berduri pakaiannya menjadi robek, meskipun baju tersebut sangat usang (tua), tetapi Totto-chan tahu jika mama menyukainya, jadi ia memeras otaknya mencari alasan yang tepat untuk tidak membuat mamanya sedih. Akhirnya ia mengarang cerita,
“Aku sedang menyusuri jalan”. ia berbohong kepada mama begitu sampai di rumah. “Tiba-tiba segerombolan anak nakal melempari punggungku dengan pisau. Jadinya pakaianku robek seperti ini”. Begitu selesai bicara, Totto-chan berpikir bagaimana ia akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan mama.
Untung mama hanya berkata, “Wah, pasti mengerikan sekali!”
Lihat bagaimana mama dapat mendengarkan secara aktif; beliau bahkan tidak menuduh/menghakimi ulah bohongnya, namun dengan cerdas menyasar pada perasaannya yang ketakutan; takut mama sedih, takut dimarahi, dan lain sebagainya. Dengan cantik mamanya tidak bergegas menasehati; sesuatu yang jelas sangat dibenci anak-anak. Mama tidak marah sekalipun mengetahui dengan pasti bahwa tidak mungkin pisau hanya melukai pakaiannya, ia bahkan memahami Totto-chan menyukai hobinya yang menyusup dari pagar satu ke pagar lain, dan pagar-pagar itu merobek hampir seluruh pakaiannya.
Banyak pelajaran penting dalam mengasuh anak secara positif yang dapat kita baca dari cara-cara Mr. Kobayashi dan mamanya melakukannya. Dan semua itu terbukti efektif; anak-anak Tomoe gakuen akhirnya (sebagian besar) meraih cita-citanya karena minat mereka terfasilitasi sejak Sekolah dasar (hal. 264-271).
Saya tahu semua sari penting belum sepenuhnya terbahas di sini, namun setidaknya dongeng tak berarti dari saya sedikit bisa menghimpun hikmah positif dari pola pengasuhan dan pendidikan yang dilakukan tokoh-tokoh orang dewasa dalam Totto-chan Gadis Cilik di Jendela. Semoga bermanfaat!