Beberapa waktu yang lalu banyak isu yang mengatakan bahwa ada lilin dalam mie instan. Benarkah demikian?
Ternyata tidak. Prof Dr FG Winarno, ahli pangan dan Ketua Dewan Pakar PIPIMM (Pusat Informasi Produk Industri Makanan dan Minuman) mengatakan, bahwa mi instan awet dan tahan simpan karena proses pembuatannya, antara lain dengan cara penggorengan atau deep frying yang membuat kadar air mi instan menjadi sangat rendah (sekitar 5 persen), sehingga tidak memungkinkan bakteri pembusuk hidup dan berkembang biak. Karena kadar air yang sangat rendah tersebut, mi instan bersifat sangat awet. Karena proses deep frying tersebut menggunakan minyak goreng, tidaklah aneh kalau sewaktu memasak mi instan terlihat berminyak. Tapi tidak mengandung lilin karena lilin adalah senyawa inert untuk melindungi makanan agar tidak basah dan cepat membusuk. Dan itu terdapat pada makanan seperti apel dan kubis
Mie instan kering merupakan produk setengah matang. Disebut instan karena sangat cepat disajikan setelah dipanaskan pada suhu air mendidih. Biasanya kurang lebih 100 derajat Celsius dalam waktu kurang dari 5 menit. Jadi, suhunya bukan 120 derajat Celsius, di mana suhu tersebut baru dapat dicapai bila menggunakan pressure cooker atau retort untuk strelisasi dalam proses pengalengan pangan.
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa pernyataan yang mengatakan dalam mie instan ada lilinnya itu sama sekali tidak benar. Isu lain yang tidak kalah santernya adalah, mie mengandung zat Na atau Natrium yang berbahaya bagi tubuh. Natrium atau dalam bahasa lain disebut sebagai Sodium memang tidak baik apabila dikonsumsi oleh penderita Hipertensi.
Sebenarnya Natrium ini sering kita jumpai dalam menu keseharian kita, yaitu pada garam dapur, Rumus kimia dari garam dapur adalah NaCl atau Natrium Klorida. Jadi kalau ada yang bilang Natrium adalah zat yang berbahaya, itu tidak berlaku kepada semua orang.
Selain kedua hal diatas, salah satu yang dikhawatirkan masyarakat terkait mie instan adalah kandungan MSG yang ada pada bumbu mie. Sebenarnya, MSG tidak berbahaya selama penggunaanya, tidak terlalu banyak atau sesuai dengan porsi kita. Lembaga pengawas kesehatan, seperti Depkes maupun WHO atao Codex, telah menyatakan bahwa MSG merupakan jenis bahan tambahan makanan yang tidak dilarang penggunaannya dalam industri pangan (sepanjang tidak melampaui batas aman yang distandarkan).
Hal lain yang perlu kita ketahui, mie instan menggunakan bahan pengawet. Dalam proses pembuatannya, mi instan mi instan menggunakan metode khusus agar lebih awet, namun sama sekali tidak berbahaya. Seperti yang telah dijelaskan di atas, salah satu cara pengawetan mi instan adalah dengan deep frying yang bisa menekan rendah kadar air sekitar 5 persen. Metode lain adalah hot air drying (pengeringan dengan udara panas). Inilah yang membuat mi instan bisa awet hingga 6 bulan, asalkan kemasannya terlindung secara sempurna.
Namun, bukan berarti mie instan layak dikonsumsi setiap hari. Meskipun mie instan tidak berbahaya, kandungan gizi dari mie instan lebih sedikit dari apa yang diperlukan oleh tubuh. Sehingga apabila ingin mendapatkan gizi yang sesuai, pada saat memasak mie instan perlu ditambahkan sayur-sayuran.